12 Juli 2012 | By: nsikome

THE LOST CITY 2 (Bloodline-Secret of the Royal Family) PART 2


Image: www.twotourism.com
        

THE LOST CITY (BOOK 2)
BLOODLINE, Secret of The Royal Family

Part 2


            “Kamu tenang saja, Ning. Nanti Papa yang bicara sama Mama, ya?” Papa mengedip padaku. Hatiku seketika langsung merasa tenang, Papa memang hebat. Sejak dulu, jika aku dan Arya berantem sama Mama, selalu Papa yang jadi penengahnya. Dia kan yang paling tahu bagaimana cara meluluhkan si hati baja.

“Bagaimana urusan ijinnya, Kak?” tanya Arya. Aku hanya menggeleng lemah. Kami berempat tengah bersantai di kamar tidur Arya usai makan malam. Tadi, Mama dengan alasan sakit kepala, tidak ikut makan bersama kami. Aku tahu benar, pasti dia masih marah sama aku dan Papa. Terdengar Arya mengeluh pelan.


“Bagaimana kalau Mama tahu aku juga mau ikut-ikutan minta ijin di sekolah ya, Kak..” Aku membelalakkan mata padanya. Perjanjiannya kan bukan seperti itu. Arya sudah kelas 9, sebentar lagi dia akan ikut ujian akhir untuk kelulusan SMA-nya. Mama bisa mati berdiri jika dia mendengar Arya juga ingin ikut-ikutan membangkang. Bisa-bisa kami berdua langsung di lobotomy* sama Mama.

“Kamu itu gila ya? Kakak kan sudah bilang, nanti seusai ujian, kamu boleh ikut kita. Kamu mau dibunuh Mama apa? Aku saja sewaktu minta ijin sama dia tadi hampir rusak gendang telingaku gara-gara diteriakin sama Mama, bagaimana jika dia mendengar kamu juga mau ikutan? Bisa-bisa seisi kota Jakarta bisa mendengar aumannya!” tukasku setengah mengeluh. Arya hanya diam saja.

“Kamu bicara apa, Aning?” tanya Annamaya, sedari tadi dia hanya mendengarkan sambil membolak-balik album foto Arya.
“Aku masih belum dikasih ijin sama Mama untuk cuti kuliah satu semester, biar bisa ikut kalian mencari kunci rahasia para dewa.”

“Mudah-mudahan saja, nanti Mama kamu berubah pikiran, sebab hampir pasti kami tidak bisa melakukan pencarian tanpa kamu atau Arya, Ning. Mungkin orang lain bisa menjadi penunjuk jalan kami saja, namun kami tidak bisa sembarang percaya orang!”
Aku merenungkan kata-kata Rapalla. Benar juga apa yang dia katakan. Dalam hati aku juga berharap, moga-moga Papa bisa berhasil membujuk Mama.
Keesokan harinya, setelah semalaman hampir tak bisa tidur, aku sengaja menunggu Papa dan Mama dimeja makan untuk sarapan pagi. Sungguh penasaran ingin mendengar keputusan Mama dan Papa.

“Selamat pagi Ma, Pa..” sapaku dengan suara yang dibuat seramah mungkin.
“Pagi!” Mama menjawab agak ketus, normal. Mengingat permintaan cuti satu semesterku padanya. Papa sendiri hanya senyum-senyum sambil mengedipkan sebelah matanya padaku.
Nih..Aning sudah masak dadar telur kesukaan Mama, lengkap dengan irisan daun bawang dan bawang Bombay nya, silahkan dimakan, Ma..” kuangkat piring berisi dadar telur dan mengangsurkannya pada Mama.

Dengan sikap dingin, Mama menyambut piring itu dan langsung menuangkan isinya kedalam piring makan dihadapannya. Pertanda bagus, ujarku dalam hati, setidaknya Mama tidak menolak sarapan pagi buatanku itu. Papa mengacungkan jempolnya sembunyi-sembunyi dari bawah meja, tak urung membuatku tersenyum geli.

“Apa kamu senyam-senyum gitu?” tanya Mama judes. Cepat-cepat kugelengkan kepalaku. Kalau Mama sampai mengambek lagi, bisa runyam deh, urusannya.
“Nggak kok Ma, emang nggak boleh senyum? Kata Oma dulu, kalau di pagi hari hati kita gembira, maka sepanjang hari itu, akan terisi dengan kegembiraan pula!”
“Sagala rupa!!”* Mama mulai mengoceh dengan bahasa Manado, bahasa daerah asalnya, hal yang selalu dia lakukan jika sedang kesal.

“Ning, kamu pernah merhatiin nggak? Mama kalau sedang marah tambah cantik ya?” bukannya menenangkan Mama, Papa malah menggodanya. Tapi Mama malah hanya tertawa mendengar godaan Papa, membuat hatiku jadi lega. Sedetik kemudian, wajah Mama berubah kembali serius dan sedikit judes, sambil menatapku tajam, dia lalu menukas,

“Aning, Papa dan Mama sudah memutuskan, bahwa kamu bisa ikut keliling Indonesia atau kalau perlu keliling dunia juga bersama Rapalla dan Annamaya, namun kamu harus menyelesaikan ujian semestermu yang sekarang. Tidak ada tawar-menawar, titik!” Ku tatap Papa dengan wajah memelas, tapi dia hanya mengangkat bahu, lalu kembali membungkuk ke piring rotinya, yang bagiku itu adalah jawaban final mereka berdua. Seperti kata Mama, tak akan ada lagi tawar-menawar.

“Ma, aku juga pengen ngomong, nih..” terdengar suara Arya, dia sudah berdiri diantara pintu ruang makan dan ruang tengah.
“Kamu juga mau minta cuti? Sekalian saja berhenti sekolah dan kalian berdua jadi penyamun!” tandas Mama galak, sebelum Arya bersuara lebih jauh.
“Ihh Mama, judes amat sih..Arya balik jadi anak bego seperti kata Mama dulu baru tahu rasa..”
“Memangnya Mama peduli? Nggak lah ya..” Dengan lagak acuh tak acuh, Mama menelan suapan nasi dan dadar  telur terakhirnya, lalu berdiri dan melenggang melewati Arya.

“Minggir! Mama mau mandi! Ada operasi pagi ini di Rumah Sakit!”
Aku, Arya dan Papa hanya terpana melihat tingkah Mama. Namun sedetik kemudian, kami bertiga langsung tertawa terbahak-bahak, karena baru kali ini kami melihat Mama berlagak seperti anak muda jaman sekarang yang sok cuek.

“Jadi, kamu harus menyelesaikan ujian sekolahmu dulu ya?” tanya Annamaya begitu kuceritakan tentang keputusan Mama dan Papa. Aku mengangguk mengiyakan
“Tapi kan sudah tidak lama lagi kakak akan ujian..lebih baik menunggu sebentar, dari pada tidak diijinkan sama sekali oleh Mama” saran Arya
“Aku sendiri, sudah pasti tidak akan diijinkan, kakak lihat sendiri apa kata Mama, pas aku mau ngomong tadi pagi? Aku disuruh jadi penyamun!” lanjutnya, sambil tergelak ketika mengingat ucapan Mama tadi pagi. Aku ikut-ikutan tertawa.

Rapalla tak bersuara, dia kelihatan sangat serius, dan tengah memikirkan sesuatu. Tiba-tiba dia melonjak bangkit dari karpet bergambar Superman-nya Arya.
“Katamu ujiannya tinggal seminggu lagi ya, Ning? “ tanya Rapalla antusias. Kuanggukkan kepalaku.

“Kita kan tidak harus pergi sekarang, bagaimana kalau selama seminggu ini, sebelum ujianmu dilaksanakan, kita melakukan riset dulu, seperti yang sering kamu lakukan untuk mencari informasi lewat apa namanya ya, layar kecil yang sering kamu bawa-bawa, yang menyimpan lukisan-lukisanmu itu?”

Aku tertawa kecil mendengar ucapan Rapalla yang bersemangat. Walaupun mereka sudah berkeliling setengah belahan dunia, dia masih sangat terisolasi dari dunia modern. Bahkan, laptop saja tak dia tahu apa namanya, dan lukisan yang dia maksudkan, adalah foto-foto koleksi dari kamera digitalku yang kusimpan disana.

“Maksudmu laptopku?” Dia menganggukkan kepalanya.
“Katamu, barang itu, bisa memberikan informasi yang sangat banyak bagi manusia, mungkin saja kita bisa mendapatkan informasi dari sana”
Astaga! Rapalla benar juga. Kenapa tidak terpikirkan olehku sejak sebelumnya, ya? Kami kan bisa memulai untuk melakukan riset lewat internet sejak Annamaya dan Rapalla mengungkapkan maksud utama mereka berkunjung ke Indonesia. Bodoh benar aku!

Seminggu kemudian, kami berempat jadi jarang keluar rumah. Rapalla dan Annamaya bahkan menjadi semacam penjaga rumah kami, sebab, setelah aku pergi kuliah dan Arya pergi ke sekolahnya, Mama dan Papa juga berangkat ke kantor mereka masing-masing, dan hanya tinggal mereka berdua dirumah, ditemani Mbok Iyem, pembantu kami.

Annamaya bahkan jadi ketagihan dengan permainan Zuma yang ada di komputerku, dia tak henti-hentinya memainkan permainan itu. Sedangkan Rapalla, semenjak kuajarkan bagaimana cara membuka internet, yang langsung dia kuasai dengan cepat, dia hanya menghabiskan waktunya didepan laptopku, mencari informasi tentang gambar pohon di lukisan kain batik, yang masih tak menghasilkan apapun juga.

Semuanya mulai menjadi sedikit terang, ketika pada hari pertama ujian semesterku dimulai. Aku baru saja menghempaskan tas punggungku yang berat di kursi, ketika terdengar teriakan Arya dari halaman depan.
“Kaaaaakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk……ada berita baguuuuuuuuuusss!!!”

(Bersambung)

1 komentar:

cici mengatakan...

Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny

Posting Komentar