SANG BINTANG
Oleh : N.Sikome
Dara menghembuskan nafasnya pelan-pelan. Dia sedang berbaring di tempat tidur mungil berwarna biru langit. Enam bulan berlalu begitu cepat. Gadis itu tak tahu apa yang sebenarnya harus dia rasakan. Senang atau sedih kah ?!. Yang pasti Dara merasa ada banyak hal yang telah berubah, semenjak dua bulan terakhir ini.
Gadis itu meraih sebuah majalah remaja yang paling top di negeri ini, dia lalu melirik sekilas cover majalah itu, dan membuangnya kasar ke lantai. Ada foto dia di situ, bersama seorang coverboy yang baru saja memenangkan kompetisi itu.
Dara lagi-lagi tersenyum miris.
Tepatnya enam bulan yang lalu, Dara tengah berjalan-jalan di Mall dengan sohib-sohib se-genk nya saat seorang laki-laki bertampang mengantuk mencegatnya. Laki-laki itu lalu mengaku bekerja di sebuah agen pencari bakat. Dia bilang tertarik dengan wajah Dara, karena menurut laki-laki itu sangat cocok dengan peran dalam sebuah film layar lebar yang hendak di buat oleh sebuah production house terkenal di Indonesia, namun kesulitan untuk mencari pemeran yang wajah tepat dengan karakter yang ada dalam cerita film tersebut.
Mulanya, Dara hanya tertawa mendengar tawaran laki-laki itu, apalagi dengan berita-berita yang banyak beredar tentang casting-casting bohong, Dara hanya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum manis, lalu mulai berlalu dari situ. Melihat Dara sudah mau pergi, laki-laki itu lalu menyodorkan sebuah kartu nama, dan meminta Dara agar memikirkan tawaran yang dia sebutkan, lalu pergi mengikuti casting ke alamat di kartu nama itu.
Dua hari sesudah itu, Dara beserta dengan Inggrid, Joey, Lani, Vika, dan Steve pergi ke alamat yang tertera di kartu nama itu. Dan selanjutnya, sungguh di luar dugaan gadis itu, ternyata laki-laki yang akhirnya mereka tahu namanya adalah Pak Anton benar-benar adalah seorang pencari bakat. Mereka lalu berbicara sekilas tentang film apa yang akan di buat, dan juga nilai kontrak yang membuat biji mata gadis itu nyaris keluar saat mendengar jumlah yang Pak Anton sebutkan itu.
Dara tak memerlukan waktu lama untuk mendapat ijin Ayah dan Ibu-nya. Kedua orangtua gadis itu yang notabene adalah penggemar film-film layar lebar langsung menyetujui keinginan Dara untuk bermain film, dengan catatan asal nggak pake adegan buka-bukaan.
Selanjutnya, semua hal mengalir sangat cepat. Setelah penanda-tanganan kontrak kerja, Dara langsung memulai syuting film bertema remaja yang berjudul KUINGIN MENGGAPAI BINTANG itu.
Tak di sangka, film itu berhasil meraup sukses besar dan jadi pembicaraan para kritikus film, bahkan semua media massa mengupas habis tentang film yang di bintangi oleh Dara. Akting gadis itu-pun di puji-puji oleh para kritikus yang terkenal paling serem dalam memberikan penilaian mereka tentang kemampuan akting seorang aktris. Bagi semua orang, Seorang Bintang sudah lahir, dan mulai menampakkan kilau terangnya. Dara tak bisa lagi kemana-mana sesuka hatinya, bahkan dia tak bisa lagi menikmati lezatnya soto Pak Jul yang sangat dia gemari karena satu kali saat dia kesana, warung soto Pak Jul hampir roboh di terjang fans yang pengen ketemu Dara.
Berbagai tawaran untuk membintangi iklan mengalir deras, dalam waktu 4 bulan, wajah Dara sudah menjadi tak asing lagi bagi semua orang.
“ Dara....ada telpon, tuh..!! ” terdengar suara ketokan di pintu. Suara Ibunya.
“ Dari siapa, Bu ? ” gadis itu bertanya malas. Entah mengapa hari ini dia merasa enggan untuk ketemu siapa-pun, bahkan keluar dari kamarnya saja Dara nggak kepingin.
“ Dari manajer kamu, kenapa HP kamu di matiin? dia mau bicara, katanya penting !! ”
Dengan malas gadis itu meraih sandal Mickey Mouse-nya, lalu menyeret kedua kakinya ke arah telpon di sudut ruang tamu.
“ Hallo ?!.. ”
“ Dara ?!..ini Mbak Yulia, kok udah dua hari ini kamu susah banget untuk di hubungi ?!..” suara manajer Dara terdengar agak kesal. Sejak dua hari yang lalu dia memang tak pernah berhenti untuk menelpon gadis itu, namun tak berhasil. Di telpon bahkan di cari hingga ke rumahnya, kata orang rumah Dara lagi keluar. Di telpon ke HP, nggak di aktifkan.
“ Aku lagi refreshing keluar kota, Mbak” jawab Dara pendek. Mendengar jawaban gadis itu, Mbak Yulia membelalakkan matanya, di antara rasa marah dan heran.
“ Dara....kamu sadar apa nggak sih, kalau kamu itu sudah dua hari bolos syuting ?! ” suara Mbak Yulia mulai meninggi
“ Iya...aku tau, Mbak. Tapi, aku capek banget, aku pengen istirahat sedikit, emang nggak boleh ?! ” Dara menundukkan kepalanya yang mulai berdenyut-denyut
“ Kalau kamu kayak gini terus, gimana dengan kontrak kamu, Ra ? kita bisa di tuntut sama produser !!...”
“ Tapi, Mbak__”
“ Nggak usah pake tapi-tapian, pokoknya sekarang juga Mbak jemput kamu ke rumah, kamu masih juga belum mengerti resiko yang kamu ambil dengan bolos syuting dua hari ini, Ra ?! kemarin aja produser datang sambil ngamuk-ngamuk ke lokasi syuting, saat dia denger kabar kamu nggak ke sana !! ” Mbak Yulia memotong kalimat Dara.
“ Pagi Ra...gimana nih kabar selebriti kita yang bolos seminggu dari sekolah untuk syuting film terbarunya ??... ” Joey menepuk pundak Dara. Seminggu Dara meminta ijin kepala sekolah untuk syuting, dan seperti biasa, dia selalu di kasih ijin. Tokh selama dia nggak ke sekolah, ada Joey yang membantu merekam semua pelajaran yang di ajarkan oleh guru di kelas dengan Handycam milik Dara, serta semua PR yang harus mereka kerjakan di rumah, tak pernah satupun di lalaikan oleh gadis itu.
“ Capek Jo.. ” jawab Dara pelan
“ Kok muram gitu muka kamu, Ra ?! ” Joey menatap wajah Dara lebih seksama, sama sekali bukan keletihan yang tergambar di wajah tirus gadis itu, hanya sedikit keletihan, tapi lebih banyak kesedihan.
“ Aku capek, Jo, itu aja..Oh ya, anak-anak lain pada kemana ??! ” Dara mengalihkan pembicaraan mereka
“ Mereka pada belum dateng, tau sendiri kan kebiasaan mereka ?! ngaret melulu... ”
“ Kamu yakin, nggak ada yang ingin kamu omongin ke aku, Ra ? ” lanjut Joey bernada prihatin. Dara hanya menggelengkan kepalanya pelan. Bel masuk berdentang nyaring, keduanya lalu bergegas menuju ke dalam kelas.
Selama pelajaran berlangsung, Dara paling banyak melamun. Dia tak henti-hentinya berpikir tentang apa yang terjadi padanya. Harusnya, dia bahagia dengan semua sukses yang dia peroleh. Apa yang dulunya hanya bisa dia ingini, kini bisa dia dapatkan. Popularitasnya pun semakin melambung, dia menjadi selebriti papan atas di dalam negeri. Namun Dara merasa kesepian, bahkan di tengah-tengah banyak orang, gadis itu merasa sendiri. Berbeda dengan dulu, saat dia belum menjadi tenar seperti sekarang.
“ Ing, kapan kita jalan-jalan bersama anak-anak lain ?! ” Dara menyapa sohib karibnya yang tomboy banget itu. Inggrid hanya menatap Dara, lalu mengangkat bahunya cuek sambil berucap pelan,
“ Kita-kita sih, kapan saja bisa. Kan yang jadi orang sibuk sekarang kamu ?! udah jadi selebriti besar, biasanya kan nggak boleh bergaul dengan sembarangan orang..” kata-kata yang Inggrid ucapkan itu menusuk seperti belati ke dalam dada Dara. Setelah dia menjadi aktris terkenal, sepertinya teman-teman Dara satu persatu mulai menjauh. Hanya Joey yang masih seperti dulu, selalu perhatian sama Dara.
“ Ing, kamu marah ya sama aku, karena nggak bisa kasih kamu foto Steve Emanuel dengan tanda tangan-nya ?! aku kan malu, Ing...biarpun aku udah pernah foto bareng di cover majalah sama dia, bukan berarti aku akrab sama idola-mu itu,.. ”
“ Siapa yang marah sama kamu ? wong yang jadi sombong di sini siapa ?!...siapa yang sudah jadi bintang terkenal di sini...aku ??!! ” bentak Inggrid. Dara menatap wajah sahabatnya lekat-lekat. Lalu dia berjalan menuju arah WC, meninggalkan Inggrid tanpa bersuara apa-apa. Namun, dia masih sempat mendengar suara Inggrid di belakangnya yang menggerutu,
“ Dasar sombong !! mentang-mentang udah jadi orang terkenal...”
Dara menangis.
Joey mengucek-ucek kedua biji matanya, dia masih sangat mengantuk. Tadi dia tengah tertidur lelap saat bermimpi ada yang mengetuk pintu kamarnya, dan ternyata itu beneran, bukan mimpi.
“ Dara ?!! ngapain kamu di sini malem-malem ?!... ” Joey bertanya keheranan melihat gadis itu di hadapannya
“ Jo....aku..... ” Dara tak bisa meneruskan kata-katanya, gadis itu ambruk di depan pintu kamar kost Joey. Saat Joey mengangkat Dara masuk, tercium bau alkohol yang sangat menusuk dari mulut Dara.
“”Ra...kenapa kamu jadi seperti ini ?! ” Joey berkata pelan pada dirinya sendiri, sambil menatap Dara yang terbaring di atas tempat tidur.
Joey menunggu hingga tertidur di samping tempat tidur. Tiba-tiba terdengar suara erangan, cepat-cepat Joey bangkit, lalu memegang tangan Dara.
“ Jo....selama ini...apa kamu pernah ngeliat aku berubah..jadi sombong..? ” suara Dara tersendat-sendat, sepertinya karena pengaruh alkohol dan juga dia mulai menangis. Joey hanya menggelengkan kepalanya.
“ Lalu...kenapa teman..teman..lain pada bilang...aku..sombong ?! ” Dara mulai terisak-isak. Joey lalu merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya.
“ Jo... aku nggak berubah, kan ? aku masih Dara yang dulu kan ? aku masih temen kamu, sama Inggrid...Steve..Vika..Lani..kita masih temenan, kan ?? ” suara Dara perlahan-lahan mulai menghilang. Saat Joey mengangkat kepala gadis itu, dia langsung panik ketakutan, ada darah kental yang mengalir dari kedua lobang hidung Dara.
Sudah hampir sejam Dara berada di dalam ruangan Gawat Darurat. Selama itu Joey mondar-mandir di depan pintu dengan gelisah. Kali ini, ada rasa takut yang luar biasa di dalam hati cowok itu. Takut kehilangan Dara untuk selama-lamanya.
“ Ya Tuhan Jo...apa yang terjadi sama Dara ?!...” Vika terengah-engah bertanya, di belakangnya nampak Lani, Steve dan Inggrid. Nampak kecemasan yang amat sangat tergambar di wajah mereka. Mereka langsung ke rumah sakit saat Joey menelpon bahwa Dara harus di bawa ke sana.
“ Jo...Dara nggak apa-apa, kan ?! ” Inggrid menimpali pertanyaan Vika, sedangkan Lani dan Steve hanya menatap Joey seakan ingin meminta penjelasan.
Saat melihat mereka semua, tiba-tiba saja ada rasa marah yang muncul di hati Joey.
“ Sekarang kalian puas ngeliat Dara jadi kayak gini ?! ini kan yang kalian inginkan ?! ” Joey menatap sahabat-sahabatnya satu persatu
“ Kamu ini ngomong apa sih, Jo ? kamu pikir kita-kita seneng liat Dara jadi kayak gini ?! ” Steve langsung jadi gusar mendengar kata-kata Joey.
“ Semenjak Dara jadi terkenal, kalian mulai menjauh dari dia, mulai melihat dia seperti seorang asing, kenapa ?!...” tanya Joey lagi
“ Tapi Jo...dia udah berubah, Dara udah bukan kayak kita lagi, dia sudah jadi selebriti terkenal, dia__”
“ Dia apa, Lan ?! emang selama ini dia nggak pernah mau nyamperin kita-kita lagi ?! atau nggak menyapa kita lagi seperti saat dia belum terkenal ?! ” Joey memotong kata-kata Lani. Gadis itu langsung tertunduk mendengar penuturan Joey.
“ Sebenarnya....di sini yang berubah bukan Dara, tapi kalian. Kalian nggak melihat dia sebagai Dara sahabat kita, yang selalu bersama dalam susah ataupun senang. Kalian melihat dia sekarang sebagai seorang bintang terkenal, yang punya imej sombong. Tapi sebenarnya dia nggak gitu, dia masih Dara yang aku kenal...Dara yang aku sayang..” suara Joey mulai terdengar putus asa. Apalagi saat dia menatap pintu ruangan Gawat Darurat masih saja terkunci.
“ Jo...kamu bener, yang salah di sini adalah kita, mudah-mudahan Dara mau maafin kita-kita saat dia sembuh nanti...” Vika menyeka airmatanya.
“ Aku udah maafin kalian, kok !! ” sebuah suara terdengar dari arah pintu ruang UGD, Dara tengah berdiri di sana, dan gadis itu kelihatan segar-bugar.
“ Dara......” kelima sahabatnya langsung menghambur ke arah gadis itu, lalu memeluknya erat-erat.
“ Aduh...aku nggak bisa napas, nih... ” Dara kewalahan juga di peluk seperti itu
“ Eittt....tunggu dulu...Ra, kamu kok kelihatan segar banget ?! ” Steve melepaskan pelukannya, lalu menatapi sekujur tubuh Dara. Sedangkan yang lain mengikuti jejak cowok itu.
Dara tersenyum jahil, perlahan dia mengeluarkan sebuah kantong plastik kecil yang berisi cairan merah kental seperti darah, lalu menuangkan cairan itu ke telapak tangannya.
“ Dara ?!....lalu....gimana dengan bau alkohol yang tercium dari mulut kamu ?! ” tanya Joey kebingungan, dia mulai bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi.
“ Aku hanya berkumur dengan segelas French Wine milik produser-ku, biar mulutku bau alkohol...” jawab Dara
“ Sebenarnya, aku cuman mau tahu, kalian semua masih care apa enggak sama aku. Abisnya...selama ini, aku di cuekin terus, sih...makanya aku bikin skenario ini, sekalian ngerjain kamu semua....” Dara melanjutkan penjelasannya. Gadis itu sudah bersiap-siap untuk menerima serangan cubitan dari kelima sahabatnya, namun mereka malah kembali memeluk dia.
“ Ra...kita-kita mau minta maaf atas sikap kita selama ini ke kamu, mau kan ?! ” Vika mewakili keempat sahabatnya. Dara hanya tersenyum lebar.
“ Sekarang, gimana kalau aku traktir kamu semua makan di warung Pak Jul ?! ” tawar Dara sambil menatap kelima temannya penuh antusiasme. Kelima orang itu seperti di komando langsung menggeleng kepala mereka secara bersamaan.
“ Ra... di Boston Cafe aja traktirnya, katanya di situ masakannya enak, ya ?! ” usul Steve
“ Di Ardut aja, Ra...di sana konon ada makanan Perancis asli, aku pengen nyoba....” Vika menatap Dara dengan pandangan memohon
“ Dara sayang.... di GP’s aja...kabarnya di sana tempat nongkrongnya Steve Emanuel, please..... ” Inggrid memeluk kaki Dara
“ Ya ampun.....gini aja, skarang aku lagi kepengen makan soto nya Pak Jul, entar esok kita ke Ardut, lalu ke Boston cafe lusa, esok lusa nya baru ke GP’s, ok ?! ”
“ Yeeeee...... ” Inggrid, Steve dan Vika memonyongkan mulut mereka bersamaan
“ Jo....bener yang kamu omongin tadi di depan ruangan UGD ?! ” Dara meraih pergelangan tangan Joey, menahan langkah cowok itu. Sementara teman-teman mereka yang lain sudah berada di dalam mobil Limousine milik Dara.
“ Kamu sendiri, Ra ?! ” Joey balas bertanya. Perlahan Dara menggenggam tangan Joey, lalu mendaratkan sebuah kecupan manis di pipi cowok itu sambil berbisik,
“ Saat aku sendiri, kamu selalu setia nemenin aku. Sekarang, biarpun aku lagi dengan kru – kru saat syuting, atau lagi ke pesta-pesta selebriti yang membosankan, kamu mau kan nemenin aku terus ?! ”
(For my little sister, Asye.. rest in peace, I miss you so much..)
0 komentar:
Posting Komentar