25 Agustus 2011 | By: nsikome

LOUIS

Hi All!!...cerpen ini sudah pernah di publikasikan di sebuah Majalah Remaja, dan merupakan salah satu cerpen favorit aku juga. Kebetulan lagi buka arsip lama and found it, yah sudah..ku posting aja...Selamat menikmati..


LOUIS


Sekelompok turis Jepang melintas di hadapanku dengan gaya mereka yang sangat khas ; berbaju hampir semua sama, dengan Handycam dan kamera photo yang tergantung berjubel di pundak masing-masing. Sepertinya, satu kamera saja untuk setiap orang, tak cukup untuk mengabadikan semua yang mereka lihat.

Aku lalu meneruskan langkah² kakiku yang sempat terhenti oleh sekelompok turis Jepang tadi, memasuki Château de Versaille.

Walaupun sudah hampir 2 tahun aku tinggal di negeri anggur ini, kali ini adalah yang pertama kalinya aku menginjakkan kakiku di Château* yang terkenal hingga ke seluruh penjuru planet. Maklumlah, kantong mahasiswa yang hanya pas-pasan, apalagi tinggal di negeri yang harga makanannya selangit, membuatku harus berhemat-hemat. Sebenarnya, sudah lama aku ingin sekali pergi mengunjungi château de Versailles. Bagi seorang siswa yang bersekolah di Academie de Beaux Arts**, rasanya akan ada sesuatu yang kurang, jika tak mengunjungi galeri lukisan di château itu, yang memang terkenal dengan lukisan² karya pelukis-pelukis besar yang namanya menghiasi museum-museum ternama di dunia.

Setelah selesai membayar harga karcis, segera aku memulai kunjunganku di château itu. Setiap ruangan di situ, untukku adalah sebuah cerita. Aku tak henti²nya membayangkan dan mencoba berimajinasi tentang apa yang terjadi dulu, saat château itu masih di huni oleh raja-raja dan ratu-ratu Perancis dengan keluarga mereka. Berimajinasi tentang mimpi buruk yang pasti selalu menghantui ratu Marie-Antoinette akibat tidur di kamar tidurnya yang segede lapangan Volly. Aku sendiri tak akan pernah bisa membayangkan, tidur di dalam sebuah kamar yang besar seperti itu, sampai-sampai saat aku bersenandungpun, ada pantulan gema suaraku sendiri hiiiii…..

Yang paling membuat aku tercengang² karena kagum, adalah sebuah ruangan yang mempunyai lampu² kristal di sepanjang ruangan itu, yang kira-kira berukuran sekitar 25 atau 35 meter panjangnya. Entahlah, aku tak menyempatkan waktuku untuk menghitung panjang ruangan itu.

Akhirnya, tibalah aku di tempat yang sudah lama ku impi-impikan, yaitu galeri lukisan. Pemandangan yang menyambutku di sana sangatlah mencengangkan. Lukisan perang Kaisar Napoleon di depan Piramida di Kairo, Mesir. Lukisan-lukisan Renoir, benar-benar sebuah pesta bagi mata seorang pelukis yang masih amatir seperti aku.

Kelompok turis Jepang yang tadi berhambur masuk ke galeri, membuyarkan konsentrasiku. Aku mulai merasa jengkel, untung saja mereka tinggal tak terlalu lama di situ. Setelah mendengar penjelasan² singkat dari guide mereka, serta mengambil foto-foto, mereka langsung meninggalkan galeri, meninggalkan aku dengan dua atau tiga orang turis.

Aku sedang mengamati sebuah lukisan seorang wanita cantik bergaun mewah dengan seorang anak laki² di pangkuannya saat ku dengar sebuah suara menyapa hangat di sampingku,

- Lukisan itu bagus, ya ? – ujarnya dengan bahasa Inggris yang fasih, tapi beraksen Perancis (yang untuk mempermudah pembaca, sengaja ku terjemahkan)

Ku tolehkan kepalaku ke arah suara itu, ternyata seorang laki-laki muda yang tampan, tetapi berbaju sama seperti yang di pakai oleh orang-orang di lukisan di galeri itu. Aku tersenyum geli, membayangkan laki-laki ini pasti fans Renoir atau raja-raja Perancis, sampai dia berela-rela jadi tontonan orang dengan baju yang di pakainya itu.

- I..iya, aku suka sekali lukisan ini. – Jawabku dengan memakai bahasa Perancisku yang masih agak kaku terdengar. Tentu saja itu normal, orang Perancis asli sendiri memerlukan beratus-ratus tahun untuk melatih langit-langit lidah mereka untuk bisa mengucapkan bahasa mereka dengan sempurna dan indah sepeti sekarang, bagaimana dengan aku yang baru dua tahun di sini ?

- Ooo…desolé*** saya pikir kamu turis – dia seperti menyesali telah menyapaku dengan bahasa Inggris

- Nggak apa-apa. Oh ya, kenapa kamu berpakaian seperti itu ? – tanyaku ingin tahu.

- Aku guide berbahasa Inggris, untuk lebih menghayati pekerjaanku, aku sengaja berpakaian seperti ini, biar lebih seru ! – ujar laki-laki itu dengan mimik lucu, yang membuatku mengalami perasaan deja vu*

- Oh…kamu ini aneh juga, tapi orang perancis memang aneh-aneh ! – aku mulai merasa akrab dengan laki² itu

- Kamu adalah orang ke 125 yang bilang hal sama tentangku ! oh ya, namaku Louis, kamu siapa ? – dia mengulurkan tangannya, yang segera ku jabat, tangannya halus seperti tangan seorang putri. Aku menjadi agak malu, aku sendiri seorang gadis muda, tapi tanganku kasar kayak tangan milik tukang kebun, apalagi dengan jumlah cat-cat minyak yang ku sentuh tiap hari, tanganku jadi terkelupas di sana-sini.

- Namaku Shanti. Aku berasal dari Indonesia – balasku memperkenalkan diri

- Senang ketemu denganmu, Shanti. Oh ya, aku tadi tertarik untuk bicara denganmu, karena ku perhatikan dari tadi, kamu sudah hampir setengah jam berdiri di depan lukisan itu. Apa sih yang kamu sukai darinya ? – tanya Louis panjang lebar. Aku mendadak merasa sangat senang, ternyata laki-laki itu juga suka bicara tentang lukisan.

- Entahlah Louis, aku sendiri tak tahu. Sepertinya yang paling menarik untukku, adalah anak laki-laki kecil di pangkuan wanita itu. Dia seperti sengaja di lukis untuk kelihatan hidup, dan bahagia. Wajahnya memancarkan kebahagiaan anak-anak kecil dan anehnya, itu kelihatan sangat hidup – ku jabarkan pendapatku tentang lukisan itu.

- Tapi anak itu memang bahagia, dia adalah anak raja François I-er dari gundiknya yang ke 4, namanya Louis-Ferdinand. – tukas Louis menerangkan

- Dan, wanita yang memangkunya, adalah Ibunya, Barones Marie-Elizabeth. – lanjut Louis.

- Tapi bagaimana kamu bisa tahu kalau anak itu bahagia ? – tanyaku heran

- Hehehe !! aku ini guide nona manis, terang saja aku musti tahu semua sejarah dan detail tentang château ini beserta orang-orang yang tinggal di dalamnya sebelum Perancis menjadi negara Republik ! – Louis mentertawakan pertanyaanku, memarkan sederetan gigi putih bersih bagus miliknya.

- Iya-ya…bener juga kamu – aku merasa seperti seekor keledai dungu yang baru saja masuk lobang yang sama untuk kedua kalinya dengan pertanyaanku itu.

- Terus, apa yang terjadi pada anak itu ? ehm..maksudku, si Louis-Ferdinand ! – tanyaku ingin tahu. Aku mulai merasa penasaran dengan cerita anak di lukisan itu, hingga melupakan kunjunganku ke kamar raja Louis XIV yang konon memiliki lukisan yang luar biasa indahnya di langit-langit kamar.

- Louis-Ferdinand bertumbuh menjadi seorang laki² muda yang tampan, dan di gilai oleh banyak gadis-gadis bangsawan dari negera-negara tetangga. Sayang sekali dia meninggal bunuh-diri, karena dia hendak di paksa untuk menikahi putri raja Inggris. Dia hanya ingin menikahi gadis impiannya, yang sayang sekali tak pernah dia temukan sampai hari kematiannya. – ada nada sendu yang tersirat dalam suara Louis saat dia menceritakan kisah anak kecil di lukisan itu.

- Memangnya, siapa sih gadis impiannya itu ? – aku semakin menjadi ingin tahu

- Dia sendiri tidak tahu, konon, gadis impiannya adalah gadis yang selalu datang di mimpinya, dia hanya tahu bahwa gadis itu memiliki tanda _____ - Louis belum lagi menyelesaikan ceritanya, saat jam antik yang terletak di dekat pintu ruangan galeri berdentang kuat menujukkan pukul 3 sore hari.

- Maaf ya, Shanti. Aku masih ingin bicara lagi denganmu, tapi jam 3 ini ada grup turis Amerika yang harus ku pandu. Bagaimana kalau minggu depan jam 10 pagi kita bertemu di sini, aku bebas tugas hari minggu itu, ok ?! – tanpa menunggu jawabanku, Louis langsung menghilang di balik pintu yang bertuliskan ‘Personal authorized only’

Sepeninggal Louis, aku baru menyadari, bahwa aku masih harus mengunjungi kamar raja Louis XIV yang sangat terkenal itu, bergegas aku melangkahkan kaki, tapi baru saja aku beranjak kira-kira dua meter dari situ, tiba-tiba mataku terpaku pada sebuah lukisan anggun yang agak tersembunyi di dekat lukisan berjudul ‘Bataille de Bourgogne’, yaitu sebuah lukisan seorang laki-laki muda tampan, berbaju dan berwajah persis seperti….Louis !!!!!! pemuda yang sempat berbincang-bincang denganku tadi. Mendadak darahku mulai mengalir dengan cepat, dan bulu kudukku mulai berdiri. Namun, ku beranikan diriku untuk menghampiri lukisan itu, dan melihat keterangan yang tertulis di bawahnya : Louis-Ferdinand, putra raja François I-er, 1780-1798.

Sementara itu, sekelompok turis Inggris memasuki ruangan galeri, aku masih terpaku di depan lukisan itu, masih tak percaya dengan apa yang ku alami. Ku hampiri guide berwajah latin yg menemani kelompok turis itu dan bertanya perlahan padanya,

- Apakah anda tahu gadis impian pangeran Louis-Ferdinand itu memiliki tanda yang bagaimana ? -

Guide itu menatapku heran, tapi dia menjawab juga pertanyaanku,

- Gadis itu memiliki tahi lalat bulat merah di tengah-tengah kedua alisnya. -

- Terima kasih, Monsieur**** - jawabku tak bertenaga, sambil meraba tahi lalat merah bulat yang bersarang di dahiku, di antara kedua alisku, dan langsung mengambil langkah seribu, keluar dari Château de Versaille, yang sungguh mati takkan pernah ku injakkan kakiku untuk kedua kali lagi di sana, tak akan pernah !!

(Just my imajination...)

TAMAT

Keterangan :

Chateau* = Istana

Academie de beaux arts** = Akademi art terkenal, tempat belajar pelukis² modern yang terkenal, dan juga para perestorasi lukisan-lukisan tua berharga yang sudah mulai rusak.

Desolé*** = permintaan maaf seperti ‘oh, maaf ya !!’

Deja vu**** = perasaan sepêrti mengenal, atau sudah pernah lihat

Monsieur***** = Bapak

0 komentar:

Posting Komentar