23 Oktober 2011 | By: nsikome

RAHASIA RANI (Novel Episode 2)

Hai guys.... The Lost City udah kelar, and makasih banyak yang udah setia selama berbulan-bulan ngikutin ceritanya ya.. Dan, Rahasia Rani adalah novel baru, yg setiap episode-nya terbit di hari Senin, buat gantiin TLC (Golden Mountain). Ceritanya keren abis (one of my favorite)..so Enjoy guys!!
Photo : www.randommization.com


Rani terbangun oleh percikan air yang menimpa mukanya, perlahan dia membuka kelopak matanya yang terasa berat. Samar-samar dia melihat wajah Ayahnya yang kelihatan sangat kuatir.
“ Rani...kamu baik-baik saja, Nak ? “ tanya Ayah Rani cemas
“ Rani nggak apa-apa kok, Pa. Hanya haus sekali.... “ Rani menjawab lemah. Tidak tahu bagaimana caranya, Ayah, Ibu, dan Kakak Rani sudah berada dengannya di dalam lorong itu. Anehnya, batu biru yang tadi di lihat gadis itu sudah hilang.
“ Bagaimana kalian bisa menemukan aku ? “ tanya Rani heran.
“ Si penunjuk jalan yang menemukan kamu, dia tahu bahwa di sekitar tempat ini ada banyak lobang² seperti ini yang jadi perlindungan orang-orang sekitar saat melintasi padang gurun dan tiba-tiba ada badai datang, kami sudah mencarimu di sekitar padang gurun selama hampir 1 jam, saat Mama melihat lobang kecil itu ! “ Andi kakaknya menjelaskan panjang lebar. Rani tertegun, untung saja mereka menemukan dia, kalau tidak dia mungkin akan mati kehausan.
Mama yang sejak tadi hanya diam mengamati Rani, tiba-tiba menyeletuk,
“ Ran, kok lehermu biru membengkak begitu ? tadi kayaknya nggak ada, deh ! “
Rani meraba bagian leher yang di tunjuk Ibu-nya, ada rasa nyeri di dekat tengkuknya.
“ Iya ya Ma, sakit nih ! mungkin tadi waktu batu biru itu meledak, Rani terpental jatuh dan bisa jadi waktu jatuh leher Rani sempat terbentur di batu. “ Jawab Rani mencoba memberi penjelasan kepada Ibunya, dan juga kepada dirinya sendiri.
“ Batu biru ? apaan tuh, Ran ? “ Andi bertanya heran sambil mengerutkan keningnya. Ayah dan Ibu-nya juga ikut-ikutan memandang Rani heran campur kuatir.
Rani tiba-tiba menyadari bahwa tak ada gunanya menceritakan kepada mereka tentang batu bercahaya biru yang sempat di lihatnya tadi. Mereka pasti akan bilang bahwa Rani menggigau, namun Rani sadar benar bahwa dia tak pernah bermimpi sedikitpun.

Karena kejadian hilangnya Rani di padang gurun pasir dan juga keadaan Andi yang bertambah sakitnya, membuat Ayah memutuskan untuk segera pulang ke Indonesia, dan menghabiskan sisa liburan mereka di sana. Rani menggerutu kesal saat mendengar keputusan ayahnya itu, sebab dia sebenarnya masih ingin berkeliling di negara yang memiliki salah satu dari 7 keajaiban dunia itu.

Seminggu kemudian, Rani sudah harus masuk sekolah lagi. Dia merasa agak-agak malas, tapi karena harus dan juga demi masa depannya, gadis remaja yang ingin menjadi petualang yang berkeliling ke seluruh penjuru dunia untuk melihat-lihat keajaiban-keajaiban masa lalu yang masih bisa di lihat saat ini, seperti “the city of the dead” Alexandria di Mesir, puing-puing candi Parthenon di Athena - Yunani, atau candi suku Maya di Meksiko, semua itu ingin sekali Rani kunjungi, dan satu²nya untuk bisa mencapai impiannya itu, adalah belajar lebih giat, agar bisa mencapai cita-citanya.

Hati Rani merasa sedikit terhibur saat memikirkan seseorang yang sangat spesial di hatinya, yang nanti akan dia temui di sekolah, yaitu Didi. Cowok manis berkaca mata, yang baru pindah ke sekolah Rani dua bulan yang lalu, dan duduk di depan bangku gadis itu.
Semenjak hari pertama Didi masuk ke kelas Rani, gadis itu langsung merasa ada yang aneh di hatinya. Dan semua perasaan yang dia rasakan, langsung di tumpahkan ke dalam buku harian yang sialnya di temukan kakaknya Andi.

Langsung deh, seisi rumah pada tahu bahwa Rani lagi jatuh cinta sama Didi. Bahkan yang paling menyebalkan, adalah sampai sebulan Ibu dan Ayahnya masih suka meledek Rani tiap kali lagi kumpul di meja makan. Dan yang paling parah lagi, Rani hanya bisa tersipu-sipu tanpa bisa membalas ledekan seisi keluarganya yang sangat dia sayangi itu, namun juga adakala bikin Rani gondok setengah mati.

“ Ran.....!! kamu ikut Papa apa Andi ? “ suara Ibu-nya mengagetkan Rani dari lamunan pagi gadis itu.
“ Ikut Papa aja, Ma, sebel kalau di antar Kak Andi ! “ tukas Rani sambil bergegas meraih tas-nya.
“ Rani ke sekolah dulu ya, Ma..... “ gadis itu mengecup pipi Ibu-nya sekilas, dan langsung berjalan menuju mobil Ayah-nya, siap untuk memulai hari pertama “back to school”, setelah liburan 2 minggu.

“ Rani !! aduh kulit kamu jadi gosong gitu, gimana liburannya ? “ baru saja Rani memasuki pintu kelas, Winda sahabat karib-nya sudah mencecar Rani dengan pertanyaan.
“ Ran, mana oleh-oleh untukku ?!! “ suara Rino, satu²nya cowok di dalam gank Rani terdengar dari bawah meja.
“ Ngapain kamu nongkrong di bawah meja, No ? cari pulpen lagi ya... “ Rani tertawa melihat tingkah temannya itu, soalnya si Rino setiap pagi kerjanya cari pulpen ketinggalan milik anak-anak yang masuk kelas sore.
“ Rino, lupa ya kalo anak-anak kelas sore juga liburan kayak kita ? “ si Winda berujar sambil di iringi tawa Rani.
“ Eh Ran, gimana liburan di Mesir, enak nggak ? “ tanya Winda ingin tahu
“ Enak apaan, gara-gara si buntut Keledai Andi, kita semua terpaksa harus pulang sebelum liburan selesai, nggak sempet deh liat kuil Abu Simbel* !! “ jawab Rani setengah menggerutu.
“ Emangnya kenapa dengan cinta-ku itu ? “ Winda lagi-lagi bertanya, dia memang selalu ingin tahu segala hal yang berhubungan dengan si Andi, sebab dia suka banget sama kakak Rani itu, nggak hanya suka, cinta malah !
“ Tau aja dia itu orangnya nggak bisa bepergian jauh, naik unta keliling padang pasir saja langsung sakit ! kita terpaksa harus pulang gara-gara si buntut keledai itu ! “ rasa penasaran Rani belum habis-habis juga
“ Hussss...Ran, idolamu tuh datang ! “ Winda berbisik sambil menunjuk ke arah pintu. Hati Rani tiba-tiba langsung berdebar keras, apalagi saat Didi menoleh ke arahnya seraya memberi ucapan  selamat pagi.
“ Pagi, Ran..pagi semua..... “ suara cowok kiyut itu terdengar bagaikan nyanyian merdu di telinga Rani
“ Duh...Rani di kasih selamat pagi duluan nih yee...... “ Rino berbisik meledek di telinga gadis itu, dia juga tahu bahwa Rani suka sama Didi.
“ Rino ah !! “ sebuah tepukan langsung melayang di pundak cowok yang tingkah-nya agak² kenes itu. 

Bel tanda pelajaran di mulai berdering tiba-tiba, anak-anak yang tadinya masih pada keluyuran di luar langqung berlarian menuju ke dalam kelas, banyak yang mulai panik, sebab pelajaran pertama hari ini adalah Aritmetika oleh Ibu Lasut, yang terkenal dengan hukuman unik-nya kalau dia lagi mengajar dan ada yang tidak meperhatikan, yaitu : berdiri di sudut kelas hingga jam pelajaran selesai dengan kaki yang di angkat satu, sementara jari telunjuk dan jari ibu membentuk bulatan seperti kacamata, dan di taruh di depan mata.
Saat pertama Ibu Lasut memberlakukan hukuman itu, Rani-lah yang lebih dulu tertawa dan di ikuti oleh hampir seisi kelas. Akibatnya, hampir seisi kelas di hukum, setelah itu, tak ada lagi yang berani tertawa, sebab kaki mereka semua pada pegal² sehabis menjalani hukuman unik itu.

“ Pagi anak-anak !!!! “ suara Ibu Lasut yang khas muncul di depan pintu kelas
“ Pagi Buuuu....!! “ terdengar bunyi koor seisi kelas menyahut guru mereka
Ibu Lasut langsung menuju tempat duduknya, dan mulai membuka buku absen yang sudah di taruh Anwar sang ketua kelas di atas meja guru.
“ Win, Ibu Lasut lupa mengunci retsluiting-nya “ Rani berbisik pada Winda di sebelah, yang langsung senyum-senyum geli melihat pemandangan itu.
“ Win, bilang dong sama Ibu Lasut....kamu kan anak kesayangannya di kelas ini !! “ bisik Rani lagi. Sayangnya aksi Rani itu di lihat oleh sang Ibu guru, malang bagi Rani, hari pertama di sekolah sudah harus dia jalani dengan hukuman unik ala Ibu Lasut.
“ Maharani !! ke sudut !!! “ suara Ibu Lasut menggelegar
“ Tapi Bu..... “ Rani mencoba untuk membela dirinya
“ Tidak ada tapi-tapian, dan tidak ada tawar-menawar !! “ kata² Ibu Lasut yang tegas tak terbantah membuat Rani tak bisa berkutik. 

Dia merasa kesal sekali, sebab dia yang tadinya bermaksud baik, malah di hukum tanpa mau mendengarkan penjelasannya.
Belum lagi rasa malu yang harus di tanggung Rani karena sekarang dia di hukum bukan saja di depan seisi kelas, namun yang paling memalukan adalah Didi tengah memperhatikan dirinya. Dengan muka yang mulai memerah, Rani berjalan ke sudut “legenda”, dan mulai mengangkat kaki kirinya.
“ Mudah²an ritsluiting Ibu Lasut lebih pecah dan rok-nya jatuh ke lantai ! “ Rani berkata dalam hatinya karena sebal.
Sedetik setelah itu, seperti di tarik oleh sebuah kekuatan yang tak terlihat oleh mata, ritsluiting rok Ibu Lasut rusak total, dan roknya langsung melorot ke lantai. Pemandangan itu langsung di sambung oleh tawa membahana seisi kelas, sedangkan Ibu Lasut kebingungan, masih belum menyadari apa yang terjadi pada dirinya. Dan saat dia menyadari semua itu, dengan muka merah padam, sang Ibu langsung menarik rok-nya ke atas, dan berlari panik keluar kelas, menuju ruang guru.

Rani tertegun, tak percaya dengan semua yang terjadi. Dia baru saja mengucapkan sesuatu dalam hatinya, dan semua yang dia ucapkan menjadi kenyataan. Namun dia menepis semua itu dari kepalanya. Gadis itu lalu berjalan kembali ke kursinya.
“ Hahahaha !! kamu lihat itu Ran, sekarang pasti jam Aritmetika kita bebas !! “ Rino tertawa terbahak-bahak sampai-sampai airmatanya jatuh bercucuran.
“ Kamu lihat bagaimana muka Ibu Lasut, No ? hahahahaha !! “ Winda malah terpingkal-pingkal hingga jatuh dari kursi. Seisi kelas masih terus tertawa, hanya Rani yang diam, dia masih merasa heran dengan kejadian itu. (BERSAMBUNG)

0 komentar:

Posting Komentar