Photo : www.randommization.com |
Rani terbangun oleh percikan
air yang menimpa mukanya, perlahan dia membuka kelopak matanya yang terasa
berat. Samar-samar dia melihat wajah Ayahnya yang kelihatan sangat kuatir.
“ Rani...kamu baik-baik saja,
Nak ? “ tanya Ayah Rani cemas
“ Rani nggak apa-apa kok, Pa.
Hanya haus sekali.... “ Rani menjawab lemah. Tidak tahu bagaimana caranya,
Ayah, Ibu, dan Kakak Rani sudah berada dengannya di dalam lorong itu. Anehnya,
batu biru yang tadi di lihat gadis itu sudah hilang.
“ Bagaimana kalian bisa
menemukan aku ? “ tanya Rani heran.
“ Si penunjuk jalan yang
menemukan kamu, dia tahu bahwa di sekitar tempat ini ada banyak lobang² seperti
ini yang jadi perlindungan orang-orang sekitar saat melintasi padang gurun dan
tiba-tiba ada badai datang, kami sudah mencarimu di sekitar padang gurun selama
hampir 1 jam, saat Mama melihat lobang kecil itu ! “ Andi kakaknya menjelaskan
panjang lebar. Rani tertegun, untung saja mereka menemukan dia, kalau tidak dia
mungkin akan mati kehausan.
Mama yang sejak tadi hanya diam
mengamati Rani, tiba-tiba menyeletuk,
“ Ran, kok lehermu biru
membengkak begitu ? tadi kayaknya nggak ada, deh ! “
Rani meraba bagian leher yang
di tunjuk Ibu-nya, ada rasa nyeri di dekat tengkuknya.
“ Iya ya Ma, sakit nih !
mungkin tadi waktu batu biru itu meledak, Rani terpental jatuh dan bisa jadi
waktu jatuh leher Rani sempat terbentur di batu. “ Jawab Rani mencoba memberi
penjelasan kepada Ibunya, dan juga kepada dirinya sendiri.
“ Batu biru ? apaan tuh, Ran ?
“ Andi bertanya heran sambil mengerutkan keningnya. Ayah dan Ibu-nya juga
ikut-ikutan memandang Rani heran campur kuatir.
Rani tiba-tiba menyadari bahwa
tak ada gunanya menceritakan kepada mereka tentang batu bercahaya biru yang sempat
di lihatnya tadi. Mereka pasti akan bilang bahwa Rani menggigau, namun Rani
sadar benar bahwa dia tak pernah bermimpi sedikitpun.
Karena kejadian hilangnya Rani
di padang gurun pasir dan juga keadaan Andi yang bertambah sakitnya, membuat
Ayah memutuskan untuk segera pulang ke Indonesia, dan menghabiskan sisa liburan
mereka di sana. Rani menggerutu kesal saat mendengar keputusan ayahnya itu,
sebab dia sebenarnya masih ingin berkeliling di negara yang memiliki salah satu
dari 7 keajaiban dunia itu.
Seminggu kemudian, Rani sudah
harus masuk sekolah lagi. Dia merasa agak-agak malas, tapi karena harus dan
juga demi masa depannya, gadis remaja yang ingin menjadi petualang yang
berkeliling ke seluruh penjuru dunia untuk melihat-lihat keajaiban-keajaiban masa
lalu yang masih bisa di lihat saat ini, seperti “the city of the dead”
Alexandria di Mesir, puing-puing candi Parthenon di Athena - Yunani,
atau candi suku Maya di Meksiko, semua itu ingin sekali Rani kunjungi,
dan satu²nya untuk bisa mencapai impiannya itu, adalah belajar lebih giat, agar
bisa mencapai cita-citanya.
Hati Rani merasa sedikit
terhibur saat memikirkan seseorang yang sangat spesial di hatinya, yang nanti
akan dia temui di sekolah, yaitu Didi. Cowok manis berkaca mata, yang baru
pindah ke sekolah Rani dua bulan yang lalu, dan duduk di depan bangku gadis
itu.
Semenjak hari pertama Didi
masuk ke kelas Rani, gadis itu langsung merasa ada yang aneh di hatinya. Dan
semua perasaan yang dia rasakan, langsung di tumpahkan ke dalam buku harian
yang sialnya di temukan kakaknya Andi.
Langsung deh, seisi rumah pada
tahu bahwa Rani lagi jatuh cinta sama Didi. Bahkan yang paling menyebalkan,
adalah sampai sebulan Ibu dan Ayahnya masih suka meledek Rani tiap kali lagi
kumpul di meja makan. Dan yang paling parah lagi, Rani hanya bisa tersipu-sipu
tanpa bisa membalas ledekan seisi keluarganya yang sangat dia sayangi itu,
namun juga adakala bikin Rani gondok setengah mati.
“ Ran.....!! kamu ikut Papa apa
Andi ? “ suara Ibu-nya mengagetkan Rani dari lamunan pagi gadis itu.
“ Ikut Papa aja, Ma, sebel
kalau di antar Kak Andi ! “ tukas Rani sambil bergegas meraih tas-nya.
“ Rani ke sekolah dulu ya,
Ma..... “ gadis itu mengecup pipi Ibu-nya sekilas, dan langsung berjalan menuju
mobil Ayah-nya, siap untuk memulai hari pertama “back to school”,
setelah liburan 2 minggu.
“ Rani !! aduh kulit kamu jadi
gosong gitu, gimana liburannya ? “ baru saja Rani memasuki pintu kelas, Winda
sahabat karib-nya sudah mencecar Rani dengan pertanyaan.
“ Ran, mana oleh-oleh untukku
?!! “ suara Rino, satu²nya cowok di dalam gank Rani terdengar dari bawah meja.
“ Ngapain kamu nongkrong di
bawah meja, No ? cari pulpen lagi ya... “ Rani tertawa melihat tingkah temannya
itu, soalnya si Rino setiap pagi kerjanya cari pulpen ketinggalan milik anak-anak
yang masuk kelas sore.
“ Rino, lupa ya kalo anak-anak
kelas sore juga liburan kayak kita ? “ si Winda berujar sambil di iringi tawa
Rani.
“ Eh Ran, gimana liburan di
Mesir, enak nggak ? “ tanya Winda ingin tahu
“ Enak apaan, gara-gara si
buntut Keledai Andi, kita semua terpaksa harus pulang sebelum liburan selesai,
nggak sempet deh liat kuil Abu Simbel* !! “ jawab Rani setengah
menggerutu.
“ Emangnya kenapa dengan
cinta-ku itu ? “ Winda lagi-lagi bertanya, dia memang selalu ingin tahu segala
hal yang berhubungan dengan si Andi, sebab dia suka banget sama kakak Rani itu,
nggak hanya suka, cinta malah !
“ Tau aja dia itu orangnya
nggak bisa bepergian jauh, naik unta keliling padang pasir saja langsung sakit
! kita terpaksa harus pulang gara-gara si buntut keledai itu ! “ rasa penasaran
Rani belum habis-habis juga
“ Hussss...Ran, idolamu tuh
datang ! “ Winda berbisik sambil menunjuk ke arah pintu. Hati Rani tiba-tiba
langsung berdebar keras, apalagi saat Didi menoleh ke arahnya seraya memberi
ucapan selamat pagi.
“ Pagi, Ran..pagi semua..... “
suara cowok kiyut itu terdengar bagaikan nyanyian merdu di telinga Rani
“ Duh...Rani di kasih selamat
pagi duluan nih yee...... “ Rino berbisik meledek di telinga gadis itu, dia
juga tahu bahwa Rani suka sama Didi.
“ Rino ah !! “ sebuah tepukan
langsung melayang di pundak cowok yang tingkah-nya agak² kenes itu.
Bel tanda
pelajaran di mulai berdering tiba-tiba, anak-anak yang tadinya masih pada
keluyuran di luar langqung berlarian menuju ke dalam kelas, banyak yang mulai
panik, sebab pelajaran pertama hari ini adalah Aritmetika oleh Ibu Lasut, yang
terkenal dengan hukuman unik-nya kalau dia lagi mengajar dan ada yang tidak
meperhatikan, yaitu : berdiri di sudut kelas hingga jam pelajaran selesai
dengan kaki yang di angkat satu, sementara jari telunjuk dan jari ibu membentuk
bulatan seperti kacamata, dan di taruh di depan mata.
Saat pertama Ibu Lasut
memberlakukan hukuman itu, Rani-lah yang lebih dulu tertawa dan di ikuti oleh
hampir seisi kelas. Akibatnya, hampir seisi kelas di hukum, setelah itu, tak
ada lagi yang berani tertawa, sebab kaki mereka semua pada pegal² sehabis
menjalani hukuman unik itu.
“ Pagi anak-anak !!!! “ suara
Ibu Lasut yang khas muncul di depan pintu kelas
“ Pagi Buuuu....!! “ terdengar
bunyi koor seisi kelas menyahut guru mereka
Ibu Lasut langsung menuju
tempat duduknya, dan mulai membuka buku absen yang sudah di taruh Anwar sang
ketua kelas di atas meja guru.
“ Win, Ibu Lasut lupa mengunci
retsluiting-nya “ Rani berbisik pada Winda di sebelah, yang langsung
senyum-senyum geli melihat pemandangan itu.
“ Win, bilang dong sama Ibu
Lasut....kamu kan anak kesayangannya di kelas ini !! “ bisik Rani lagi.
Sayangnya aksi Rani itu di lihat oleh sang Ibu guru, malang bagi Rani, hari
pertama di sekolah sudah harus dia jalani dengan hukuman unik ala Ibu Lasut.
“ Maharani !! ke sudut !!! “
suara Ibu Lasut menggelegar
“ Tapi Bu..... “ Rani mencoba
untuk membela dirinya
“ Tidak ada tapi-tapian, dan
tidak ada tawar-menawar !! “ kata² Ibu Lasut yang tegas tak terbantah membuat
Rani tak bisa berkutik.
Dia merasa kesal sekali, sebab dia yang tadinya
bermaksud baik, malah di hukum tanpa mau mendengarkan penjelasannya.
Belum lagi rasa malu yang harus
di tanggung Rani karena sekarang dia di hukum bukan saja di depan seisi kelas,
namun yang paling memalukan adalah Didi tengah memperhatikan dirinya. Dengan
muka yang mulai memerah, Rani berjalan ke sudut “legenda”, dan mulai mengangkat kaki kirinya.
“ Mudah²an ritsluiting Ibu Lasut lebih pecah dan
rok-nya jatuh ke lantai ! “ Rani berkata dalam hatinya
karena sebal.
Sedetik setelah itu, seperti di
tarik oleh sebuah kekuatan yang tak terlihat oleh mata, ritsluiting rok Ibu
Lasut rusak total, dan roknya langsung melorot ke lantai. Pemandangan itu
langsung di sambung oleh tawa membahana seisi kelas, sedangkan Ibu Lasut
kebingungan, masih belum menyadari apa yang terjadi pada dirinya. Dan saat dia
menyadari semua itu, dengan muka merah padam, sang Ibu langsung menarik rok-nya
ke atas, dan berlari panik keluar kelas, menuju ruang guru.
Rani tertegun, tak percaya
dengan semua yang terjadi. Dia baru saja mengucapkan sesuatu dalam hatinya, dan
semua yang dia ucapkan menjadi kenyataan. Namun dia menepis semua itu dari
kepalanya. Gadis itu lalu berjalan kembali ke kursinya.
“ Hahahaha !! kamu lihat itu
Ran, sekarang pasti jam Aritmetika kita bebas !! “ Rino tertawa terbahak-bahak
sampai-sampai airmatanya jatuh bercucuran.
“ Kamu lihat bagaimana muka Ibu
Lasut, No ? hahahahaha !! “ Winda malah terpingkal-pingkal hingga jatuh dari
kursi. Seisi kelas masih terus tertawa, hanya Rani yang diam, dia masih merasa
heran dengan kejadian itu. (BERSAMBUNG)
0 komentar:
Posting Komentar