Photo : Koleksi Pribadi |
Andre terpaku di depan
sebuah timbunan tanah yang masih basah belum lagi di semen. Suasana pemakaman
sudah sepi. Para pelayat sudah sejak setengah jam yang lalu beranjak pergi.
Tinggal Andre yang kini masih terdiam di depan makam Sarah, dengan setumpuk kesedihan
yang menyekat hingga ke tenggorokan.
Dia tak percaya kalau mimpi indahnya hanya
terhenti sampai di situ. Terlalu pendek semua itu, terlalu sulit untuk di
terima. Ada setitik airmata jatuh di pipi pemuda itu, bersamaan dengan
kenangan-kenangan yang bercampur baur melintas di benaknya…….
Andre mengenal Sarah
saat keduanya sama-sama menjadi pekerja sukarelawan di palang merah. Saat itu
Andre adalah mahasiswa yang duduk di semester pertama fakultas hukum, sedangkan
Sarah adalah kakak tingkatnya. Ketika Andre memutuskan untuk menjadi sukarelawan
di palang merah, Sarah sudah 1 tahun lebih jadi anggota di situ.
Andre teringat betul
saat pertama kali dia bertemu dengan Sarah. Dia di tugaskan oleh koordinator
team untuk mengantarkan daftar sumbangan bagi korban banjir yang sudah masuk
pada Sarah yang saat itu menjabat sebagai sekretaris umum. Waktu pertama kali
bertatap muka dengan Sarah, Andre langsung mendapat kesan seorang gadis yang
angkuh, dingin, dan tertutup. Tapi dia cantik, setidaknya itulah kesimpulan positif pertama yang di tarik Andre setelah bertemu dengan Sarah.
Hubungan keduanya
menjadi dekat nanti setelah enam bulan Andre berintegrasi di palang merah.
Itupun saat Andre memaksa masuk di kantor Bapak Gubernur untuk meminta bantuan
dan perhatian lebih terhadap regu palang merah yang di sandera pemberontak di
hutan Papua saat mereka tengah melakukan operasi distribusi obat-obatan kepada
suku-suku terasing di seputar lembah Baliem.
Dia harus berdiam satu
malam di hotel prodeo setelah kejadian itu, tapi usahanya membuahkan hasil. Dan
yang paling menyenangkan adalah sejak saat itu Sarah mulai bersikap lebih ramah
terhadapnya.
Andre sangat mengagumi
Sarah, baginya gadis itu adalah matahari yang memancarkan sumber energi yang
tak habis-habisnya. Dia tak pernah mengenal lelah, selalu saja ada yang dia
kerjakan. Dan sembilan puluh persen dari aktivitasnya dia habiskan untuk
membantu orang lain yang sedang di landa kesulitan, tanpa mengharapkan apa-apa.
“ Andre ! “ terdengar
sebuah lembut mengagetkan pemuda itu dari lamunan panjangnya, ternyata Jade sahabat
dekat Sarah. Malam perlahan mulai jatuh, langit barat yang
tadinya merah kini mulai menghitam.
“ Kamu sudah dari tadi
di sini, Jade ? ‘’ tanya Andre pelan.
Jade mengamati pemuda tampan di
hadapannya, betapa dia sangat mengharapkan perhatian lebih dari Andre, tapi dia
tahu bahwa hal itu mustahil. Tapi itu saat Sarah masih ada, kini Sarah sudah
pergi untuk selama-lamanya, dan tak akan pernah kembali lagi. Ada setitik
harapan bersamaan dengan rasa bersalah yang timbul di hati Jade.
‘’ Jade ?!! ‘’
terdengar teguran Andre mengagetkan.
‘’ Ehh..eng..nggak,
Ndre. Aku baru saja tiba, tadi aku menelepon ke rumahmu, kata Mamamu kamu belum
pulang, aku jadi cemas, makanya aku nyusul ke sini. ‘’ gelagapan Jade menjawab
Andre.
“ Aku nggak apa-apa
kok Jade. Memang agak susah untuk menerima semua ini, tapi itu sudah takdir
yang kuasa, kita semua hanya manusia biasa yang hanya bisa tunduk terhadap
kuasa-Nya. “ Andre menjawab diplomatis, tapi bagi Jade semua itu terdengar
seperti protes dan keluhan kepada Tuhan.
Jade sendiri masih tak
mengerti, sudah jelas sekali bahwa Andre dan Sarah saling menyukai, tapi tak
pernah ada satupun di antara mereka yang coba untuk memulai untuk mengungkapkan
isi hati masing-masing. Sarah selalu bercerita kepada Jade tentang semua
perasaannya terhadap Andre, tapi semuanya hanya sampai di situ.
Mereka bertiga
membentuk sebuah segitiga persahabatan yang terasa berat, karena masing²
mempunyai cinta untuk yang lain. Sayang sekali Jade hanya bisa bertepuk sebelah
tangan, karena dia sendiri tahu bahwa dia tak punya arti lebih selain dari
teman biasa di hati Andre.
“ Jade, kok Sarah
nggak pernah bilang padaku kalau dia itu lagi sakit ? “ tanya Andre gamang.
Jade menghela napas panjang, dia tahu bahwa Andre akan menanyakan hal ini. Jade
sendiri sudah sejak lama tahu kalau umur Sarah tak akan panjang, dia tahu kalau
kanker otak yang di derita Sarah sudah membawa gadis itu di ujung hidupnya.
Sebenarnya Jade ingin memberitahukan hal itu kepada Andre, tapi di larang keras
oleh Sarah dengan alasan bahwa dia tak ingin orang lain ikut campur dengan hal
pribadinya. Benar-benar alasan yang terlalu di buat-buat, tapi Jade mematuhi
permintaan sahabatnya itu.
“ Aku nggak tahu pasti
kenapa dia tak mau memberitahukan hal itu kepadamu, mungkin saja dia tak ingin
membuatmu kuatir, Ndre ! “ Jade terpaksa mengarang alasan yang di carinya
sendiri, tapi itu adalah kejujuran yang sebenarnya, karena Jade sendiri tak
tahu kenapa Sarah tak bilang pada Andre tentang penyakitnya.
“ Andre, kita pulang
yuk ! sudah mulai gelap tuh. “ Jade mencoba untuk mengalihkan pembicaraan
mereka, bukan hanya karena dia tak tega melihat Andre sedih seperti itu, tetapi
juga suasana di sekitar pekuburan yang mulai meremang membuat bulu kuduk Jade
merinding.Terdengar alunan lembut ’Jogjakarta’-nya KLA Project dari dalam kamar
Andre. Pemuda itu tengah berbaring di tempat tidurnya sambil membuka-buka
lembaran album foto miliknya. Ada Sarah di situ.
Hari ini genap sebulan
Sarah pergi meninggalkan dunia yang fana ini. Andre masih saja di lilit oleh
kesedihan yang tak berujung, dan dia sepertinya tak ingin kesedihan itu pergi
darinya, seperti dia tak ingin kenangan-kenangan tentang Sarah menghilang dari
benaknya.
Dia masih terus membuka-buka lembaran album foto itu. Ada dia dan
Sarah di puncak Bromo saat pelantikan ketua² wilayah palang merah Indonesia,
ada dia dan Sarah di kampus, ada Sarah tengah berbasah-basahan di air terjun
Kali Pineleng mirip filem-filem India, ada Sarah di sana, ada Sarah di sini,
ada Sarah di semua tempat.
Andre menutup matanya rapat, semua itu terlalu
menyakitkan. Yang paling membuatnya menyesal adalah hingga Sarah meninggal, dia
tak punya cukup keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya. Andre menatap
sebuah buku komik ‘Asterix & Obelix’ kesayangan milik Sarah yang di pinjamnya
seminggu sebelum Sarah meninggal. Perlahan di raihnya buku itu, tiba-tiba ada
sesuatu yang terjatuh dari dalamnya, ternyata sebuah amplop putih. Andre meraih
amplop itu, di belakangnya tertulis ; Untuk Andre
Penasaran dia merobek amplop itu dan memulai membaca isi lembaran kertas di
dalamnya…….
Dear Andre,
Sebelumnya maaf ya kalau aku
mengganggu kesibukanmu
Sarah memang seperti itu, selalu minta maaf pada setiap kesempatan yang
ada, seperti dia merasa bersalah terus, tapi itulah salah satu ciri khas gadis
itu yang membuat Andre jatuh cinta. Dia meneruskan membaca surat Sarah.
Surat ini ku tulis seminggu sebelum aku harus di opname. Aku tahu pasti
kamu marah padaku karena tak pernah memberitahukan tentang keadaanku yang
sebenarnya, tentang penyakitku. Semua itu karena aku tak ingin kamu jadi repot
atau kuatir. Andre, lewat surat ini aku mau bilang terima kasih untuk saat-saat
indah yang kita lalui bersama, untuk semua kebahagiaan yang kurasa saat
bercanda bersama denganmu. Kadang-kadang aku berpikir, kamu itu pantas untuk
jadi pelawak aja, habis kamu tuh lucu sih !! hehehe…sorry…awas matanya
nanti loncat kalau membelalak terus kayak gitu !!
Aku tahu skali kalau kamu suka aku ( mudah²an ini nggak hanya karena aku suka di
incar banyak cowok, atau aku-nya yang ke ge-eran, An ?! )
Andre
tersenyum, gadis yang pada mulanya dia nilai angkuh dan tertutup, ternyata suka
bercanda dan punya sense of humor yang tinggi. Hal itu baru tersingkap setelah
dia menjadi dekat dengan Sarah. Ah Sarah....gadis yang kadang membuat Andre sebal
setengah mati karena ’An’. Sarah memang selalu memanggil Andre dengan sebutan
itu. Sebutan yang sangat tak dia suka, sebab berbau agak kewanita-wanitaan.
Seribu kali Andre berusaha untuk membuat
Sarah
memanggilnya dengan sebutan lain, tapi dia tak pernah berhasil. Matanya kembali menelusuri tulisan tangan
yang sudah sangat dia kenal itu.
Aku sadar betul kalau perhatian kamu terhadapku tak hanya sebatas teman
biasa, dan jujur saja akupun merasakan hal yang sama terhadapmu. Tapi penyakit
yang ku derita membuatku tak ingin bermimpi lebih jauh, dan juga tak ingin
membuatmu nanti kecewa. Untuk apa memupuk sesuatu bersama, kalau ternyata itu
tak akan berlangsung lama, An ?! makanya aku memilih untuk diam, untuk terus
bersikap sebagai seorang teman terhadapmu, tak lebih dari itu.
Maafkan aku ya untuk semua itu, kamu adalah seseorang yang baik, aku yakin
pasti kamu akan dapat cewek yang sama cantik dan baik-nya dengan aku ( hehehe
!! yang ini sih namanya ge-er !! )
Jaga diri baik-baik, ya ?! jangan lupa ngurus palang merah kita, banyak
yang butuh kamu, An !! sampe ketemu nanti di atas...mungkin waktu kita ketemu,
kamu tuh udah ubanan dan banyak keriput hehehe !! awas kena jitakkkk !!!!
Much Kisses,
SARAH
Surat itu
terasa terlalu pendek, sebenarnya Andre berharap bahwa Sarah akan menulis lebih
banyak lagi, tapi menulis apa ? semuanya sudah jelas di situ. Pelan namun pasti
dia melipat surat itu, lalu menaruhnya ke dalam laci meja belajar. Dia
tiba-tiba menyadari, bahwa Sarah memang sudah lelah, sudah selayaknya dia
beristirahat dari semua beban. Andre mengucapkan dalam hati mohon ampun atas
semua protes dan kritik-nya kepada Tuhan, dia tahu bahwa Tuhan sudah memberikan
hal yang terbaik kepada Sarah.
Tidurlah mentari rapuhku, sudah saatnya
kau berbaring. Telah banyak yang kau berikan pada kemanusiaan, kini saatnya
untuk bersenang-senang di atas sana.....
6 komentar:
Luar biasa....Cerpennya...
"Tidurlah mentari rapuhku, sudah saatnya kau berbaring. Telah banyak yang kau berikan pada kemanusiaan, kini saatnya untuk bersenang-senang di atas sana....." Like This.....
mrofiuddin.blogspot.com
Mohammad Rofiudin : Thank's :)
sob..fotonya keren ...ijin copy ya...
Binbenk : OK..jgn lupa taroh sumber-nya kalau mau publish di internet ya Benk, biar gak kena pelanggaran hak cipta, hehehehe :)
fotonya keren itu :D
Taekwerp : Pasti keren..namanya juga mentari lagi rapuh, hehehehe...
Posting Komentar