26 Oktober 2011 | By: nsikome

BIARKAN CINTA BICARA

To a friend : You know who you are .....
Photo : www.kumpulangambar.com

BIARKAN CINTA BICARA


            “ Pokoknya Mama nggak mau tahu, Mama nggak kepingin denger alasan apapun dari kamu, hanya satu yang Mama mau, yaitu kamu harus menghentikan hubungan antara kamu dan Rama, titik !! “ suara Mama terdengar marah sekali, Asti sampai gemetar melihat Mama jadi histeris kayak gitu. Seumur hidupnya, gadis itu belum pernah melihat Mamanya marah sampai seperti itu.
“ Ma….. Asti salah apa ? kan Mama sendiri yang bilang, kalo sekarang Asti bisa ngenalin pacar Asti ke Mama... “ tukas Asti agak-agak gemetar
“ Ima... ada apa ini, sampe teriak-teriak segala ?... “ suara Nenek terdengar dari ruang nonton. Isak Asti yang tadinya tak terdengar kini mulai bersuara.
“ Nggak apa-apa, Bu. Saya cuman ngajarin Asti, agar dia jangan sembarangan milih pacar.. “ suara Mama Asti melemah.
“ Tapi jangan sampai teriak-teriak kayak gitu, malu kan kedengeran sama tetangga, “ sahut Nenek menasehati.
“ Ya sudah... pokoknya Mama nggak mau dengar apalagi sampai lihat kamu masih berhubungan sama anak sialan itu !! “ tambah Mama mengakhiri kalimatnya dengan nada mengancam, lalu berbalik menghambur ke arah kamarnya.
Tinggal Asti yang terdiam tak mengerti, gadis itu bingung dengan sikap Mama-nya. Dua bulan yang lalu, Mama ngomong sama Asti, kalau Asti sudah bisa punya pacar kalau dia sudah menginjak usia ke -17. Dua minggu yang lalu gadis itu merayakan Ultah seventeen-nya. Dan hari ini, dengan persetujuan Mama, Asti mengajak Rama untuk berkenalan dengan Mama. Sampai di rumah Asti sengaja meninggalkan Rama sendirian dengan Mama, sebab kata Mama dia ingin mengenal Rama lebih mendalam, ingin mengajukan pertanyaan tentang siap Rama, siapa keluarganya, dan segala macam pertanyaan lain.
Namun, saat Asti kembali dari kamarnya, Rama sudah tidak lagi berada di ruang tamu, yang ada hanya Mama dengan wajah memerah seperti menahan amarah, tengah menunggu Asti yang lengsung menyemprot gadis itu begitu dia tiba di hadapan Mamanya.
            “ Ta, aku sama sekali nggak ngerti dengan sikap Mama aku, kemaren dia bilang aku udah boleh pacaran, begitu aku kenalin Rama ke Mama, dia jadi histeris. Menurut kamu, Mama-ku cuman bercanda saat bilang aku udah boleh pacaran, atau apa ada yang salah dengan Rama, ya ? “ tanya Asti pada Ita sahabatnya, saat mereka berdua tengah beristirahat di depan halaman fakultas.
“ Kenapa kamu nggak tanya langsung pada Rama, Ti ? “ saran Ita tanpa mengalihkan perhatiannya pada es krim di tangan gadis itu.
“ Aku sih pengennya begitu, tapi semenjak hari itu, Rama kelihatannya enggak mau bertemu dengan-ku. Setiap kali aku mencarinya, Rama selalu nggak ada, “ keluh Asti kedengaran agak putus asa.
“ Yah.. kalau di kampus nggak bisa ketemu, kenapa kamu nggak samperin dia ke rumahnya aja ?! “ usul Ita
“ Iya..ya...usul kamu boleh juga, Ta. Tapi gimana caranya ? aku sendiri nggak tahu rumah Rama dimana... “
“ Gampang... tanya aja sama Andre, dia kan sahabat Rama yang paling dekat, nggak mungkin dia nggak tahu rumah Rama, kan ?  “
            “ Ti, bukannya aku nggak pengen kasih tahu, tapi Rama sendiri yang bilang ke aku, kalau dia udah nggak mau punya urusan apapun dengan kamu... “ Andre menatap Asti. Sebenarnya dia agak kasihan dengan gadis itu, tapi Rama sendiri yang nggak pengen ketemu gadis itu lagi.
“ Aku hanya pengen tahu, apa yang sebenarnya terjadi antara Rama dan Mama-ku hari itu, Ndre... soalnya aku sampai sekarang masih bingung... “ tutur Asti pelan, mata gadis itu mulai berkaca-kaca.
“ Please, Ndre.... aku cuman pengen tahu dimana rumah Rama, aku nggak bakal kasih tahu ke dia kalau kamu yang ngasih alamatnya ke aku, please.... “ ada airmata yang mulai jatuh di pipi gadis itu. Namun cowok berkacamata di hadapannya itu hanya menggelengkan kepalanya pelan, sambil berucap lirih,
“ Aku nggak bisa, Ti... maafin aku, ya.. “ Andre lalu beranjak pergi meninggalkan Asti yang terpaku dengan kedua pipi basah airmata. Tanpa gadis itu sadari, dari balik rimbunan semak-semak perdu di belakangnya,  Rama, tengah menatap Asti dengan pandangan tersiksa, sebenarnya dia ingin menemui gadis itu, namun kata-kata Mama-nya Asti kembali mengiang di telinga Rama, membuat dia mengurungkan niatnya untuk bicara pada gadis itu.
Sakit kepala Asti yang selalu muncul semenjak pertengkaran dia dengan Mamanya memaksa gadis itu untuk pulang ke rumah lebih awal hari ini. Gadis itu baru saja hendak melangkah naik ke kamarnya saat dia mendengar suara orang terisak dari arah kamar Nenek. Perlahan Asti berjingkat ke arah kamar itu, sakit kepalanya mendadak hilang tak berbekas.
“ Bu... bukannya saya jahat sama Asti, saya cuman nggak mau dia menderita seperti saya, Ibu tahu sendiri bagaimana saya begitu menderita selama ini.... “ terdengar suara Mama Asti. Gadis itu lalu menarik kursi plastik lalu naik ke atasnya dan mulai mengintip ke dalam kamar lewat celah-celah ventilasi di atas pintu. Nampak di dalam kamar Mama-nya tengah menangis di pangkuan Nenek di atas tempat tidur.
“ Ima... kamu harus tahu, itu adalah masa lalu. Asti adalah masa  kini dan juga masa depan-mu, bukan begitu caranya bila kamu hendak melindungi dia... “ Nenek membelai kepala Mama Asti
“ Bu... kalau bukan karena mereka memaksa hendak menikahkan bang Hendri dengan Ibu Rama dulu, Asti pasti masih punya Ayah, dan kami pasti bahagia sampai saat ini, pasti bang Hendri belum meninggal,.... “
Asti mulai tertarik dengan kata-kata Mama-nya. Sepertinya Mama-nya itu kenal betul dengan Ibunya  Rama. Gadis itu lalu memasang telinga-nya lagi.
“ Tapi itu sudah takdir dari yang maha kuasa, Ima... kita manusia hanya bisa ikhlas menerima... “ kembali Nenek bersuara bijak
“ Tidak !! itu bukan takdir, Bu... kalau mereka tidak menulis surat palsu pada bang Hendri, bahwa aku memilih untuk menikahi laki-laki pilihan Ayah, bang Hendri tak akan  pernah terjun dari jurang itu, Bu... tanpa tahu bahwa aku sedang mengandung anaknya...... “ Asti terkejut mendengar semua itu. Selama ini, setiap kali Asti mengajukan pertanyaan tentang Papa-nya, Mama-nya tak pernah mau menjawab selain bilang bahwa Papa Asti adalah laki-laki yang sangat baik, dan dia sudah meninggal saat Asti masih berada dalam kandungan.
“ Ibu tahu, Ima... namun itu tak boleh jadi alasanmu untuk menyiksa Asti. Rama boleh saja anak Rina, perempuan pilihan orangtua Hendri, tapi dia dan Asti hidup di jaman yang berbeda, mereka berdua punya perasaan, kamu harus sadari itu, Nak... ““ Jangan buat mereka mengalami penderitaan sama seperti yang kau alami, Ima... kau sudah tahu bagaimana rasanya. Apa kau ingin Asti mengalami penderitaan yang sama dengan-mu ? “ lanjut Nenek lagi
“ Bu.... bertahun-tahun saya berjuang untuk menghidupi Asti, bertahun-tahun saya berusaha untuk melindungi dia, saya nggak ingin dia terluka seperti saya... saya menderita sekali selama ini, Bu... saya sama sekali nggak pernah bisa menghapus bayangan Bang Hendri dari pikiran saya.... tak pernah sedikitpun hadir dalam benak saya untuk mengganti posisi Bang Hendri dengan laki-laki lain. Bang Hendri adalah cinta pertama, dan juga terakhir saya..... “ Airmata Asti tak tertahankan lagi, kini gadis itu mendengar kisah Mama-nya, cerita yang sejak dulu dia ingin tahu. Kini dia mengerti, kenapa Mama-nya marah pada Rama. Ternyata cowok itu adalah anak dari perempuan yang pernah di jodohkan oleh orangtua Papa Asti. Dia merasa sedih sekali, sekaligus terharu dengan kisah hidup Mama dan Papa-nya. Cinta mereka begitu kuat, sampai-sampai Papa-nya memilih untuk mati daripada nggak bisa bersama dengan Mama Asti. Dan Mama Asti yang tak berhenti mencintai Papa-nya hingga detik ini.
“ Ma..... Asti udah denger semua.... “ tiba-tiba saja gadis itu sudah menghambur masuk ke kamar neneknya
“ Asti..... “ Mama Asti tampak terkejut, namun gadis itu langsung menghambur ke pelukan Mama-nya
“ Ma.... Asti janji sama Mama, Asti bakal jaga diri baik-baik... Asti sayang sama Rama, namun perjalanan Asti masih panjang, dan ada banyak cita-cita yang pengen Asti raih. Kalau memang Asti dan Rama berjodoh, biar CINTA yang bicara, agar nanti nggak akan ada yang terluka... nggak kayak Mama dan Papa.... “ tutur Asti di sela-sela tangisnya
“ Maafin Mama ya, Ti.... Mama sebenarnya cuman kepengen melindungi kamu, tapi otak Mama tertutup dengan luka dari masa lalu Mama.... “ perempuan itu langsung merengkuh Asti ke dalam pelukannya. Dia memeluk anak-nya erat-erat.
“ Asti nggak pernah marah kok sama Mama, Asti sayang banget sama Mama.... “ gadis itu balas memeluk Mama-nya erat-erat.  Sementara itu, di pintu depan Rama tengah berdiri dengan seikat bunga di tangannya. Dan, Asti tahu, damai itu sudah ada di sana....

(June 05’ to  a little sister ; Asye, rest in Peace..)


3 komentar:

Michael mengatakan...

Hi, I was looking for a language translator but I can't find any. From the title and the line at the end, I somehow figure out that it's about love and someone you lost. That's a pretty tough combination. I feel you. But time will heal all wounds, and what you can do is just remember the good and happy times. Take care!

Show Me Your Look Today
The Pinoy Wanderer

Fiksi Lovers mengatakan...

Michael : Thank's for the good words...You are right,the story is about when you love someone, but you can't be with her, just because of the lost in the past (parent's old time story, love and anger), and everybody just try to find the way out...

Sepuluhribu saja mengatakan...

wah asyik juga artikelnya he he he... Kunjungi balik ya bro... ane mau minta Rb. 10.000,-

Posting Komentar