Hi guys, sekarang udah episode ke-empat. Thank you buat yg udah e-mail, info sekali lagi ya..Rahasia Rani untuk episode terbarunya terbit di setiap Senin, jadi, harus nunggu ya...yang sabar..orang sabar kan disayang Tuhan, hehehehe... jangan lupa komen dan kritiknya, boleh juga langsung ke nsikome@live.com
Photo: www.nightdeposits.blogspot.com
Episode 4
Sebulan sesudah itu, kekuatan
Rani semakin hari semakin bertambah. Bahkan ada kali gadis itu kelihatan tak
bisa lagi mengendalikan energi luar biasa itu. Saat Rani memberi tahu Andi,
kakaknya langsung menjadi panik setengah mati,
“ Aduh Ran, mungkin sudah
saatnya kita kasih tahu Mama dan Papa, aku takut kamu kenapa-kenapa !! “ ujar
Andi cemas
“ Rani juga takut, Kak. Tapi
Rani lebih takut kalau Mama dan Papa tahu, terus Rani di bawa ke dokter, trus
dokternya bilang itu luar biasa dan aneh, terus dia kasih tahu pada presiden,
terus presiden bilang pada FBI, terus___ “
“ Rani !! Ran !!
Hoiiii......kok bicaramu sudah ngelantur begitu ? “ Andi menepuk pundak adiknya
kasar. Tubuh Rani kembali gemetar, wajahnya mulai pucat. Tiba-tiba semua benda
yang ada di dalam kamar Rani bergerak-gerak, seperti sedang di guncang oleh
gempa bumi.
“ Rani, tenang Dik....tenang....jangan
gugup begitu ..... “ cowok itu menarik tangan Rani, berusaha untuk menenangkan
adiknya. Andi tahu bahwa guncangan itu terjadi karena ada energi yang di
keluarkan oleh Rani sebab gadis itu mulai gugup dan tak bisa mengendalikan
dirinya lagi.
Rani terengah-engah seperti
seorang atlet marathon yang baru saja mencapai finish. Guncangan di dalam kamar
itu sudah berhenti, Andi merasa lega.
“ Ran, mungkin aku tahu jalan
keluarnya, tanpa harus melibatkan orang lain selain kita berdua saja ! “ Andi
menatap mata adiknya serius, terlihat jelas ada rasa takut yang membayang di
bola mata coklat indah Rani.
“ Benar Kak Andi ? “ tanya Rani
penuh harap, kekuatan itu kemarin-kemarin bagi Rani sangat lucu, sebab hanya
dengan pikirannya dia bisa mengangkat atau memindahkan sebuah barang dari
tempatnya, namun saat energi yang ada di dalam tubuh Rani itu membesar dan jadi
tak terkendali, semuanya menjadi menakutkan.
“ Begini, Ran. Menurut aku,
energi yang ada di dalam tubuhmu itu menjadi lebih besar, karena kamu
melatihnya hampir setiap hari. Kamu suka memakainya kan ? “ Andi meraih tangan
Rani.
“ Iya Kak, hampir setiap hari
Rani memakai kekuatan itu, malah sampai berpuluh-puluh kali dalam satu hari
saja. “ jawab gadis itu.
“ Makanya aku berpikir, bahwa
kamu melatih energi itu dan juga membangunkan energi-energi lain yang masih
tersembunyi di dalam tubuhmu, makanya mereka menjadi lebih besar saat ini ! “
“ Kalau teori Kak Andi itu
benar, energi itu bisa menjadi berbahaya bagi kita semua__ “
“ Kecuali kalau kamu bisa
mengendalikannya !! “ potong Andi cepat. Rani menatap heran Kakaknya itu, dia
sama sekali tak mengerti dengan apa yang Kakaknya katakan.
“ Mengendalikannya ? “
“ Ya ! mengendalikan energi
itu. Seperti kamu bisa mengendalikan tenaga-mu saat memukul. Bisa kuat, bisa
juga lemah, tergantung dari keinginanmu, Ran !! “ dengan bersemangat Andi
menjelaskan teorinya.
“ Satu-satunya hal yang harus
kamu lakukan adalah berusaha untuk tetap tenang, dan mengontrol semua energi
yang ada di dalam tubuhmu.... “ lanjut Andi lagi.
“ Tapi Rani masih belum
mengerti Kak Andi ! “ penjelasan Andi itu hanya membuat Rani mulai pusing saja.
Andi memaklumi hal itu, dia tahu bahwa semuanya tak akan pernah mudah.
“ Kata lainnya, kamu harus
latihan dalam mengontrol energi itu ! “
“ Latihan ? di sini ? bisa-bisa
aku menghancurkan isi rumah kita. “ keluh Rani
“ Tentu saja bukan di sini,
selain terlalu berbahaya, nanti ketahuan, dan kamu bisa di bawa sama FBI !! “
Andi mulai bercanda, tapi tidak di sambut positif oleh Rani, gadis itu malah
membelalakkan matanya. Jelas Andi langsung tutup mulut cepat-cepat. Kalau dulu
di belalakin kayak gitu oleh Rani, pasti Andi jadi lebih ngelunjak, tapi
sekarang situasinya beda, dengan kekuatan yang Rani punya, sekali kedip aja dia
bisa bikin penyot Andi tanpa harus menyentuhnya.
“ Kita bisa ke hutan di atas
bukit, Ran. Di sana kan nggak ada orang.... “ lanjut Andi.
Keesokan harinya, seusai pulang
sekolah, Rani dan Andi langsung pergi ke bukit yang terletak di pinggiran kota.
Mulanya Ibu mereka merasa aneh saat Rani minta ijin mau ke sana, Andi hampir
saja mengetok kepala adiknya itu kalau dia tak berpikir ttg kekuatan super
Rani.
“ Ehmmm..anu Bu, Rani minta
saya untuk menemaninya cari kadal di sana !! “ Andi yang menjawab saat Ibu
mereka mengajukan pertanyaan pada Rani.
“ Kadal ? untuk apa ?? “ tanya
Ibu heran.
“ Untuk pelajaran Biologi, Bu.
Tentang anatomi binatang, trus Rani di tugaskan untuk membawa kadal ke sekolah
! “ masih Andi yang menjawab
“ Yah sudah, pergi sana kalau
begitu... “ tukas Ibu cepat, dia merasa heran dengan tingkah kedua anaknya itu.
Tak biasanya Andi mau mengantar adiknya seperti itu, apalagi untuk urusan
sekolah Rani. Hal yg paling banyak mereka berdua lakukan adalah berantem.
Akhir-akhir ini wanita itu merasa heran, ada yang aneh pada diri Rani dan Andi.
Sudah satu minggu ini mereka kemana-mana selalu berdua. Tidak biasanya mereka
begitu. Ibu Rani & Andi hanya bisa menebak, mungkin saja kedua anaknya itu
sudah mulai sadar, bahwa tak baik kakak-adik bertengkar melulu setiap hari.
Saat Rani dan Andi tiba di kaki
bukit, langit mulai tertutup awan, kelihatannya hujan akan turun tak lama lagi.
“ Kak Andi, kayaknya mau hujan,
ya ? “ celetuk Rani sambil melihat ke langit
“ Nggak, Ran. Itu cuma awan
yang lewat sebentar di bawah matahari. Kamu sudah siap ? “ Andi membuka
ransel-nya.
Dari dalam ransel kecil
berwarna biru-hitam itu keluar bermacam-macam barang. Mulai dari pensil ringan
hingga halter seberat 3 kilo. Semua barang-barang itu akan di pakai untuk
menguji kadar kekuatan yang di miliki adiknya.
“ Kamu siap, Ran ? “
Rani mengangguk. Andi lalu
meraih sebuah bola biliard, dan mengacungkannya ke arah Rani.
“ Kita mulai dengan bola ini,
Ran. Aku akan melemparkannya ke arah pohon besar di depanmu, dan kamu harus
mencoba untuk mengontrolnya dan membawa kembali ke depan aku, ok ? “ Andi mulai
bersiap-siap, sementara Rani mulai memusatkan konsentrasinya.
Dengan perasaan yang agak
was-was, cowok itu mulai mengangkat tangannya, Andi sadar benar, bahwa walaupun
sedetik saja Rani kehilangan konsentrasi, akibatnya bisa menjadi fatal bagi
mereka berdua, sebab bola biliard yang akan di kontrol Rani itu akan melayang
dengan kecepatan besar, apabila energi yg di keluarkan oleh adiknya itu terlalu
besar, dan bila tak terkontrol kemudian memukul salah satu di antara mereka,
Andi bisa membayangkan apa yang akan terjadi.
“ Ran, ayoooo !!!!! “ Andi
melemparkan bola biliard berwarna biru itu dengan sekuat tenaganya ke udara,
dan secepat kilat Rani mulai mengerahkan tenaganya. Nampak bola bercat biru itu
memantulkan sinar matahari sore, tiba-tiba bola itu mulai berputar-putar searah
dengan jarum jam, dan mulai melesat menuju ke atas bukit.
“ Rani kontrol energi-mu !!
jangan biarkan dia keluar terlalu besar, bisa berbahaya !! “ teriak Andi,
energi yg di keluarkan oleh adiknya semakin membesar. Bahkan pohon-pohon di
sekitar situ mulai bergoyang dan mengeluarkan bunyi berderak.
Rani berlari ke atas bukit,
berusaha untuk mengikuti bola biliard, sebuah tindakan konyol, sebab tentu saja
semakin dia mendekati bola itu, semakin bola itu menjauh karena tenaga yg
keluar dari tubuh gadis itu.
“ Kak Andiiiii.........aku tak
bisa mengontrolnya !!! “ Rani berteriak dari atas bukit. Bola biliard itu mulai
menuju ke arah tengah kota. Andi mulai panik.
“ Ran, tahan dia.........!!
coba kontrol tenagamu !!!! “
“ Aku tak bisa Kak Andiiiii
!!!!!.......... “ suara Rani terdengar sama panik dengan kakaknya. Sementara
itu, Andi mulai berlari ke atas bukit mengikuti adiknya, namun langkah Rani
terlalu cepat, jauh di atas manusia normal malah. Andi jelas aja langsung
ketinggalan jauh di belakang.
Dengan cepat cowok itu memutar
otaknya, dia harus berbuat sesuatu. Sebab situasi mulai menjadi tak terkendali.
Sementara di atas bukit Rani masih mencoba untuk mendekati bola biliard yg
tetap melayang kesana kemari dengan kecepatan kira-kira di atas 200 km/jam.
Andi berteriak memanggila Rani
dari kejauhan,
“ Ran, pusatkan
konsentrasimuuuu.............!!! tahan bola itu......!!!!! “
Sejenak Rani menoleh ke arah
kakaknya, kemudian dia menganggukan kepala dan memperlambat langkah kakinya.
Saat Rani sudah benar-benar
berhenti, gadis itu mulai berkonsentrasi. Dia bahkan meletakkan kedua jari
telunjuknya di dekat mata. Tak sampai semenit, bola biliard yang tengah
melayang kesana-kemari mulai menjadi lambat.
“ Bagus Raaaann !! teruskan
!!...... “ Andi terengah-engah. Dia tak habis berpikir tentang adiknya yang
tadi berlari menaiki bukit itu secepat kilat, dan tak berkeringat biar hanya
setetes-pun.
Rani kembali memusatkan
pikirannya, sedangkan kedua tangannya mulai bergetar. Bola biru yang tengah
melayang perlahan mendadak mulai bergerak turun, kembali Rani menggerakkan
tangannya ke arah Andi yang hampir sampai di atas bukit. Bola biliard itu lalu
melayang mengikuti arah yang di tunjuk Rani, dan secara mendadak berhenti tepat
di depan hidung Andi yang terpana melihat kemajuan adiknya dalam mengontrol
kekuatan yang di milikinya. Ketakutan cowok itu mulai berkurang. Andi tersenyum
kecut, adiknya sekarang bagai seorang alien dengan kekuatan yang dia miliki.
“ Good job, Ran ! “ puji Andi
dengan kekaguman yang tak di buat-buat.
“ Makasih, Kak. “ jawab Rani
pendek seraya mengusap bintik-bintik keringat yang muncul di ujung hidung
mancungnya. Terlihat Andi kembali mulai mengubek-ubek tas rensel-nya. Kali ini
sebuah halter seberat 3 kg yang dia keluarkan.
“ Kak Andi, itu nggak kebesaran
untukku ? “ Rani begitu terpana melihat halter berat yang akan di pakainya
untuk melatih energinya, hingga pertanyaan itu tercetus begitu saja.
Andi tersenyum manis, lalu
berkata dengan meyakinkan,
“ Kamu sudah bisa mengendalikan
bola biliard yang tengah melayang dengan kecepatan tinggi tadi, Ran. Itu
artinya, kamu juga bisa mengendalikan halter ini, tentu saja dengan kecepatan
yang tak sama dengan bola biliard. Kamu harus mulai perlahan-lahan, dan nanti
saat kamu merasa sudah mampu, baru kamu bisa menambah kapasitas energi sebanyak
yang kamu inginkan, okey ? “
“ Okey Kak. “ jawab Rani
setengah tak yakin, namun ada sedikit kepercayaan pada dirinya sendiri yang
mulai merambah. Dia lalu mulai bersiap-siap.
Andi kembali memasang kuda-kuda
seperti saat pertama yang dia lakukan,
“ Siap Ran ? “ tanya cowok itu
sedikit tegang. Rani menganggukkan kepalanya. Dengan sekuat tenaga Andi
melemparkan halter berat itu ke udara, yang langsung di kendalikan oleh energi
Rani.
Setengah bermain, gadis itu
mengerahkan energinya dan mulai memutar-mutar halter itu di udara, sambil
sesekali membuat gerakan seperti sedang bermain yo-yo. Andi terbengong-bengong
menatap adiknya yang mulai bisa mengendalikan tenaganya, sebuah pemandangan
yang hanya bisa di temui di film-film.
Sementara Andi terpana antara
kagum bercampur heran, Rani tiba-tiba mendapat ide nakal di kepalanya. Dia lalu
mulai mengeluarkan energi lebih banyak, yang membuat halter itu mulai bergerak
cepat. Andi mulai merasa cemas lagi, namun wajah adiknya yang kelihatan tenang
dengan senyum manis di bibir membuat hilang rasa khawatir-nya. Andi lalu
meneruskan observasi-nya.
Halter yang di kendalikan Rani
mulai bergerak cepat ke atas bukit, sambil sesekali menbrak ranting-ranting
kecil dari pohon-pohon besar di sekitar situ. Andi mengamati gerakan adiknya
dengan cermat, sambil sesekali melayangkan pandangannya ke arah halter yang
semakin cepat melayang di udara.
Saat halter itu mencapai puncak
bukit, mendadak Rani mengibaskan tangannya, dan benda berat itu mendadak
berhenti untuk kemudian berbalik ke arah Rani dan Andi dan langsung melesat
turun bukit.
Andi merasa heran dengan
tindakan yang di lakukan adiknya itu, mulanya dia berpikir bahwa Rani hendak
membawa kembali halter kepadanya, namun gerakan halter yang melayang dengan
cepat itu membuat Andi mulai merasa was-was.
“ Ran......hati-hati !!! “
tukas Andi dengan nada suara menandakan kekhawatiran. Dia menatap adiknya,
nampak wajah Rani kelihatan tenang saja. Sesaat halter biru itu mengubah arah,
menuju tepat di mana Andi tengah berdiri, namun sama sekali tak mengurangi
kecepatannya.
“ Kak Andiiii........aku kehilangan
kontrol tenagaku !!!!!! “ seru Rani tiba-tiba, Andi yang kaget dengan teriakan
adiknya, ingin berlari menghindar, namun entah mengapa kakinya terasa berat
untuk melangkah, dia lalu terjatuh berlutut di tanah lembab. Sementara halter
itu semakin mendekat ke arahnya, muka cowok itu pucat pasi.
Andi menutup matanya, tak tahan
saat membayangkan rasa sakit yang akan dia derita saat halter itu menimpa
kepalanya. Namun hal yang itu tak terjadi. Ada kesunyian yang tercipta secara
seketika, Andi merasa heran. Perlahan cowok itu membuka kedua matanya, dan
pemandangan yang dia temui adalah halter biru yang tengah melayang dan
berputar-putar di depan hidungnya, sementara adiknya Rani sedang tertawa
terkekeh-kekeh melihat kakaknya ketakutan. Seketika itu juga Andi mengerti
bahwa Rani tengah mempermainkan dirinya.
“ Raniiiii !!!!!!!!! “ bentak
Andi Marah
Gadis itu memelototkan bola
matanya menantang, membuat Andi mengalah, lagi² karena mengingat kekuatan
supernatural adiknya. Rani tersenyum senang, sudah lama sekali dia mencari
kesempatan untuk menjahili kakaknya yang usil banget itu, sekarang dia benar-benar
merasa berada di atas angin.
“ Wah......cepat sekali
kemajuanmu dalam mengontrol energi-mu itu, Ran, “ Andi tak sanggup
menyembunyikan kekagumannya.
“ Thank you....thank you..hadirin
yang terhormat.........!! “ Rani membungkukan badannya menghormat a la star
yang menerima piala Oscar. Andi semakin sebel melihat tingkah adiknya itu. Andi
melirik jam tangannya, sudah hampir pukul enam sore.
“ Ran, pulang yuk ! “ ajak Andi
sambil meraih halter yang masih melayang-layang di depan hidungnya. Namun halter
itu terasa berat sekali, dia tak mampu menggesernya semili-meterpun.
“ Ran............. “ Andi
merasa jengkel sekali karena dia terpaksa harus memohon. Gadis itu bukannya
mengikuti kata-kata kakaknya, dia malah tertawa terkekeh seraya meleletkan
lidahnya ke arah Andi. Andi menjadi lebih sebal,
“ Ran........ “ intonasi suara
cowok itu mulai meninggi, tapi Rani semakin ngelunjak, dia malah mulai
mengangkat tangannya, dan kali ini bukan benda² di sekitar mereka yang
bergerak, tetapi Andi yang mulai terangkat ke udara.
“ Rani,.....jangan gitu dong bercandanya.....turunin
aku !!! “ teriak Andi, gadis itu tetap mengangkat tangan kanannya, dan Andi
semakin melayang ke atas seperti balon gas ringan. Cowok itu mulai panik, sebab
pohon-pohon di bawah mulai kelihatan kecil, sedangkan Rani adiknya hanya
kelihatan sebesar biji langsat saja.
“
Raaaaaaannnnniiiiiiiiiiiiiiii................turunin aku...............!!!!!!!
awas kamuuuu, nanti ku bilangin Mama baru sampai di rumah !! “ cowok itu
mengancam dengan nada memelas ( orang ngancam kok pake nada memelas ??? )
Perlahan Andi mulai melayang
turun, wajahnya seputih kapas, di bawah Rani masih senyum-senyum geli, gadis
itu berucap nakal,
“ Ihhh Kak Andi, enak deh abis
nakalin kamu, rasa plong dada Rani hehehe !! “
“ Sialan kamu, Ran !! “ sungut
Andi kesal
“ Wah, kamu sudah hampir bisa
mengontrol tenagamu secara total, Ran “ sambung Andi, terpaksa memuji lagi
adiknya.
“ Pulang, Yuk !! nanti Mama
khawatir... “ Rani tak menghiraukan pujian kakaknya, dia langsung berjalan di
depan Andi, yang mengekor dari belakang.
“ Ran !! “ panggil Andi.
“ Hmmm.....?? “
“ Gimana rasanya ? “ tanya Andi
pelan
“ Apanya ? “ Rani balas
bertanya malas.
“ Punya kekuatan kayak
gitu..... “ Andi ingin tahu.
“ Enak, bisa jahilin kamu !!
hahahahaha !! “ Rani tertawa terbahak-bahak dengan gurauannya sendiri. Andi
menyesali pertanyaan-nya.
Saat tiba di rumah, Ibu Andi
& Rani tengah menyiapkan makan malam di dapur.
“ Sore, Ma..... “ Rani mengecup
pipi Ibunya dari belakang
“ Kok baru pulang, Ran ? “
tanya Ibu heran
“ Ehmm....keasyikan main sih !
“ tanpa sengaja Rani keceplos menjawab, Andi menatap adiknya dengan bola mata
besar.
“ Main ? katanya cari kadal ???
“
Mendengar pertanyaan Ibu yang
mulai agak mengarah-arah, dan berpikir ttg Rani yang suka keceplos, Andi
cepat-cepat menjawab,
“ Eh..anu Bu, si Rani nemu
pohon tumbang, trus kita keasyikan main loncat-loncatan di situ, abis lucu sih
!! ‘
“ Tapi kadalnya dapat enggak ?
jangan-jangan kamu berdua sudah keasyikan main, dan lupa tujuan utama ke hutan.
“ Ibu menggeleng²kan kepalanya, mendengar cerita Andi.
“Dapet, dong !! ‘ Rani yang
menjawab.
“ Besar nggak ? mana Ibu mau
lihat !! “ pinta Ibu, hati Rani mulai berdebar, untung saja di halaman melintas
seekor kadal, dengan cepat Rani mengarahkan energi-nya, kadal yg tengah berlari
memotong taman belakang melayang cepat ke arah Rani, yang dengan sigap langsung
menangkap masuk ke tangannya, yang dia taruh di punggung.
“ Nih !! “ sodor Rani pada
Ibunya.
“ Ihhhh Ran, jijik ah !! “
Ibu ketakutan melihat binatang yang di
sodorkan, dia langsung mundur, Andi tersenyum melihat reaksi Ibu.
“ Sana taruh di dalam botol
atau apa, kek ! tapi jangan di biarin keliaran di dalam rumah, ya ?!! awas
kalau Mama lihat, uang saku kalian berdua bakal di hapus selama dua bulan !! “
kata-kata Ibu membuat Rani mengurungkan niatnya untuk menakut-nakuti Ibunya.
Bayangkan aja tak punya uang saku selama dua bulan, itu sih artinya no
milk-shake di café kesukaan Rani, no bioskop......hiiii.......lebih mengerikan
dari film horor manapun juga.
“ Okey Boss........ “ gadis
manis itu langsung berlari menuju ke kamarnya. (BERSAMBUNG)
2 komentar:
ih bagus banget ceritanya yach..
Internet : Thank's..
Posting Komentar