14 Desember 2011 | By: nsikome

The Diary of Janda-Janda Kampung (3)

Photo: www.clipartguide.com

THE BATTLE

Manado hari ini cuaca-nya cukup tenang. Nggak kayak kemaren, angin ribut dan hujan deras, banjir, becek, membuat orang-orang pada malas keluar rumah. Kok jadi ngomongin cuaca ya?. Kemarin kan, kita sudah sampai pada pertempuran antara tante Rosye dan si janda genit Neni.

“Eh, janda kampungan bejat, berani-beraninya kamu ngatain saya janda kayak kamu?!” teriak tante Rosye sewot mendengar ucapan si Neni yg mengatainya sudah janda.
“Lha…kan suami kamu katanya sudah nggak pulang-pulang ke rumah? Bukannya kalau sudah tidak punya suami dirumah itu kan namanya janda kayak saya?” tambah si Neni meledek.

Sementara tante Rosye mukanya makin merah karena marah. Saya dan tetangga-tetangga lain yg makin asyik aja menonton pertarungan bibir yg makin seru itu, naik ke atas tumpukan karung berisi botol-botol bekas di samping got,  milik si Uls , juragan botol bekas di kampung kami yang jenis kelaminnya kurang jelas, biar keliatan lebih jelas situasi-nya. Soalnya, rimbunan perdu di pagar rumahnya si Neni agak-agak menghalangi gitu.

Tiba-tiba, tanpa disengaja, saya melihat ada gerakan-gerakan disamping rumahnya si Neni. Masya ampun!! itu kan om Arman, suaminya tante Rosye. Dia sedang mengendap-endap, seperti sedang mencari jalan keluar dari tempat itu. Dengan semangat proklamasi yang menyala-nyala, segera kupanggil tante Rosye.

“Tante Rosye!! tuh!!” tunjuk saya dengan ke sepuluh jari tangan lengkap kearah om Arman yang langsung kabur secepat mungkin (bukan kilat ya, soalnya nggak bakal ada orang yg bisa lari secepat kilat, mustahil!)
“Armannnnnn!!! laki-laki bejat, akan ku potong p*n*s (sensor)-mu yg gatal ituuuuu!!!” nggak mau kalah, tante Rosye langsung melepas kedua sandal jepit di kakinya, dan pergi mengejar sang suami yang tertangkap basah di rumah si janda kaki lima.

Saya sengaja memeberitahukan posisi om Arman tadi, bukan hanya karena saya jengkel banget sama Neni si perusak reputasi janda itu, juga karena saya juga kesal banget sama tante Rosye, karena selama ini, dia-lah si biang kerok penggosip nomor wahid di kampung kami, yang selalu menjelek-jelekkan kami, para janda. Padahal, kan tidak semua janda bersalah kepadanya. Makanya, biar dia tau rasa, suaminya main serong dengan si janda genit. Memang agak jahat sih kelakuan saya tadi, tapi, apa boleh buat, janda kan juga manusia, boleh dong sesekali merasa geram dan kesal?!.

Karena mulut jahat si tante Rosye itu, kampung kami pernah kehilangan seorang janda yang merupakan aset penting. Namanya Joy. Seperti Angie, dia juga adalah seorang janda muda. Tapi, dia menjadi janda bukan karena perceraian, tapi karena suaminya meninggal dunia akibat kecelakaan.
Tante Rosye yg mulutnya jahat itu, menyebarkan gosip ke seluruh penjuru kampung, sampai ka lubang-lubang semut sekalipun, bahwa si Joy sudah menjadi perempuan gampangan, booking-an laki-laki bejat, karena sering keluar malam dan pulang di pagi hari. Akibat mulut usilnya itu, dia juga sempat kena tendangan memutar si Joy, yang dulunya adalah atlit Taekwondo propinsi kami, yang mengakibatkan bibir tante Rosye harus mendapatkan 3 jahitan.

Si Joy, yang keluarganya terlanjur kemakan sama gosip tante Rosye, ikut-ikutan marah padanya, hingga membuat Joy tidak tahan, dan langsung angkat kaki keluar dari kampung kami, pergi entah kemana. Dia memang setiap malam selalu keluar dan pulangnya pagi, tapi bukan karena dia adalah seorang perempuan panggilan, namun dia bekerja sebagai sekuriti di sebuah bank di kota kami, yang  shift-nya selama sebulan pertama adalah shift malam.

Namun apa daya, keluarganya terlanjur membenci si Joy, tanpa mengecek dan ricek dahulu gosip yg disebarkan oleh tante Rosye itu benar apa tidak. Saya sangat sedih waktu tahu si Joy pindah, karena, dialah satu-satunya teman yang membuat saya merasa sangat aman bila berjalan bersama. Bagaimana tidak, dia pernah meng-KO-kan 3 lelaki hidung belang yang menggoda kami ketika aku dan Joy melewati TKB (Taman Kesatuan Bangsa) di pusat kota pasar 45.

Makanya, saya sangat senang bisa mengadu domba si Neni dan tante Rosye, karena saya mempunyai dendam pribadi pada keduanya. Sayang, saat pertengkaran antar bibir terjadi antara Neni dan tante Rosye, pagar rumahnya si Neni di gembok, kalo nggak, bakal ada kejadian lebih seru, seperti tari-menarik rambut dan juga cakar-mencakar antara kedua wanita uzur tersebut.

Saya sama sekali tidak mengerti bagaimana status janda itu bisa menjadi ancaman bagi para wanita-wanita bersuami. Apakah dengan menjadi janda, kecantikan seorang wanita menjadi bertambah? tidak kan?. Lalu mengapa para wanita bersuami itu harus sewot?. Mungkin mereka-mereka yang sewot itu, memang sudah merasa rendah diri dari sono-nya, lalu kemudian merasa terancam dengan kehadiran para janda di sekelilingnya, yang dia rasa bisa mengancam posisi-nya sebagai seorang istri.

Padahal, kalau saya sih, mana mau dengan laki-laki seperti om Arman itu? udah tua, bau tanah, gak ada duitnya lagi!. Makanya dia cuman mau sama si Neni. Saya sendiri curiga, si Neni tidur sama om Arman, bukan karena suka, tapi karena hanya mau balas dendam sama tante Rosye yang hobi ngegosipin dirinya.

Tapi, saya heran juga dengan laki-laki di kampung saya ini. Begitu ada perempuan yang jadi janda, mereka ikut-ikutan PIKTOR alias pikiran kotor. Seperti dulu waktu pertama kali saya “launching” jadi janda. Om Abi, suaminya tante Nisa yang pensiunan polisi itu. Dulu, semasa saya kecil, dia temenan sama ayah saya. Nah, ketika saya jadi janda, heran banget tu om, dia dengan lancang dan beraninya menggoda saya, ngajakin dugem dan main-main ke club malam katanya. Tua-tua nggak sadar diri ya? udah bengeknya kumat setiap dua jam, ngajakin ke disco, ckckckcck. Sialan banget!.  Untung saja, saya masih mikirin istrinya yang baik banget sejak dulu sama saya, kalo enggak, sudah saya adu domba dia sama istrinya. Memangnya, setelah jadi janda, tertulis di jidat saya “available utk semua lelaki”apa?!!

Saya sih, termasuk beruntung. Biar janda, tapi punya semuanya (hehehehe), maksudnya, udah punya rumah biar kecil, punya karir biar gak naik-naik, punya motor biar kreditan. Jadi, hidup saya, nggak harus bergantung pada yang namanya kaum lelaki. Bisa mandiri, mandi sendiri!! (hehehe, lagi).

Disambung lagi kalo sempat dihari berikut ya..soalnya saya udah bosan nih, ngopi dulu!


4 komentar:

manadoparabola mengatakan...

hahaha...keren sis...

NSikome mengatakan...

@Manadoparabola : hehe, thanks

Goesphin mengatakan...

seru nih...

cici mengatakan...

Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny

Posting Komentar