Ada kalanya, dalam hidup ini, kita harus memilih pilihan-pilihan yang tersulit, yang kita sendiri tahu bahwa itu kemungkinan besar tak akan membuat kita bahagia. Namun, dalam hidup ini, yang terpenting adalah, bukan seberapa besar kebahagiaan yang kita peroleh, namun berapa banyak kebahagiaan yang bisa kita berikan pada orang-orang disekitar kita, terutama orang-orang yang kita sayangi dan cintai. Meskipun, kita harus mengorbankan kebahagiaan kita sendiri.(NS)
Photo:www.libankruptcylawinfo.com
SAAT HARUS MEMILIH
By
: N.Sikome
“ Hallo ?
selamat malam. Bisa bicara dengan Donny ? ‘’ suaraku ku rasa agak susah
keluar dari tenggorokan. Ku dengar suara berat seorang laki-laki tua menyahut
dari seberang, ‘’ ini dari siapa, ya ? ‘’ aku menjadi semakin gugup, dan
keringat dinginku mulai jatuh bercucuran. Ku coba untuk mengatur suaraku, ‘’
ehemm..ini sepupunya, Sonia. ‘’ Ini bukan yang pertama kalinya aku berbohong
kepada seseorang, namun aku merasa seperti seorang pendeta yang hendak melakukan
dosa besar pertamanya. Sedetik kemudian, terdengar suara yang sudah begitu ku
kenal, ‘’ Hallo ?! ‘’
Tuhanku,
entah sudah berapa banyak waktu yang ku habiskan untuk berpikir tentang dia.
Aku yang saat ini terpisah ribuan kilometer darinya, kini mendengar suara orang
yang menghantui mimpi malamku selama seminggu terakhir.
‘’ Sorry aku
bohong tadi pada ayah mertua-mu. Ini Maria. ‘’
Saat dia
mengeluarkan suara, dia terdengar sama gugupnya dengan aku. Dua menit kemudian,
percakapan selesai. Aku dan dia tak bicara banyak, namun itu cukup untukku. Aku
tak pernah tahu kalau dia merasakan sesuatu yang bernama CINTA untukku atau
tidak, aku tak perduli. Dia adalah cinta-ku.
Kelihatannya agak idiot, tapi itulah kenyataannya.
Ku kenal dia semenjak aku kecil. Dia tinggal
sekampung dan juga segereja denganku. Saat usiaku menginjak masa remaja, aku
mulai mengenal dia lebih dekat, sebab kakaknya pacaran dengan sepupuku.
Saat itu aku adalah seorang gadis remaja yang sangat
kelelaki-lakian, dan senang mengganggu orang. Dan yang selalu menjadi korban
tetapku, adalah sepupuku dengan pacarnya. Suatu hari, mungkin karena bosan di
ganggu terus, sepupuku meminta dia untuk membuatku jatuh cinta pada seseorang,
mereka lalu taruhan.
Dia kemudian mulai memasang perangkapnya, dengan
memberi aku perhatian ekstra yang kemudian berhasil membuat aku bertekuk lutut
tak berdaya seperti seorang gadis bodoh. Aku jatuh cinta setengah mati
kepadanya, dan bagiku, saat itu adalah merupakan saat yang terindah.Aku serasa
melayang di awan, dan saat aku menerima kado ulang tahun dan sepucuk surat
cinta darinya, aku merasa sangat istimewa, betapa bodohnya!.
Kemudian, dia menyakiti aku. Aku patah hati dan
sedih, aku menangis sambil membakar kado yang dia berikan untukku. Cerita indah
pertama di masa remaja selesai sudah, aku akhirnya melewati proses normal anak
remaja, merasakan apa dan bagaimana jatuh cinta dan patah hati itu.
Tiga tahun kemudian, aku dan dia kembali menjadi
sangat dekat, namun dengan situasi yang sangat berbeda. Kami sama-sama telah menjadi dewasa, berubah bersama dengan waktu. Namun,
ada satu dari dalam diriku yang tak berubah, yaitu aku masih menyimpan perasaan
yang sama untuknya. Namun dia tak bisa menjadi milikku. Dia memilih untuk
menikahi orang lain, aku juga. Namun, hingga hari ini, aku masih selalu ingat
dia. Ku pikir, aku adalah seseorang yang sangat bodoh, dan CINTA yang membuatku
jadi seperti itu.
Namun, aku tak berdaya, aku tak bisa menghindari diri dari semua itu.
Pernah beberapa kali ku coba dan bahkan ku paksa diriku untuk menghapus
bayangannya dalam memoriku, aku tak pernah bisa.
Hari ini, setelah hampir 4 tahun aku tak pernah lagi melihat dia dan
mendengar suaranya, ku putuskan untuk menelpon dia.
**************************************
Terdengar suara lembut lewat pengeras suara yang memperingatkan para
penumpang pesawat tujuan Manado untuk segera memasuki ruang tunggu, sebab
pesawat akan berangkat dalam waktu 20 menit yang akan datang. Ku kemasi bagasi
tanganku yang agak sedikit berat, dan berjalan memasuki ruang tunggu.
Saat melewati pintu pendeteksi, mataku menangkap sesosok bayangan yang
sepertinya sudah ku kenal, sedang duduk di sudut ruang tunggu. Hatiku mulai
berdebar tak menentu, sedetik kemudian, aku tak bisa mempercayai penglihatanku.
Dia, subyek penderitaanku kini berada di hadapanku.
Suatu kebetulan yang tak
biasa, dan juga tak bisa ku sangkal kalau itu membuat hatiku berdesir indah,
tepat seperti yang ku rasakan dulu, saat pertama kali jatuh cinta kepadanya. Ku
lihat juga dia tak bisa menyembunyikan kekagetannya, ku coba lalu untuk
bersikap normal dengan menyapanya duluan.
“ Hai Don !
apa kabar ? kok ada di Singapura ? ngapain di sini ? ‘’ Tak sadar ku hujani dia dengan pertanyaan.
‘’ Maria !! aku baik-baik saja. Kamu
sendiri, ngapain di sini ? ‘’
‘’ Aku hanya
transit, Don. Aku baru sampai 2 jam yang lalu dari Amsterdam. Mana istri dan
anakmu ? ‘’
‘’ Mereka
ada di Bitung, aku sendiri berada di Singapura untuk urusan kerja. Kamu
sendiri, mana suami dan anak-anakmu ? ‘’
‘’ Mereka
nggak ikut, sekarang kan masih belum musim liburan. ‘’
Sejenak,
tercipta keheningan di antara kami berdua. Ku lihat dia menatap aku dengan
cermat, lalu berucap lirih,
‘’ kamu masih sama seperti dulu, Maria. Hampir tak berubah sama sekali. ’’ aku hampir
tersedak mendengar mendengar semua itu.
Terdengar kembali panggilan lewat pengeras suara, meminta kepada semua
penumpang pesawat Silk-air tujuan Manado untuk segera memasuki pesawat. Aku
beranjak bangkit, dan ku rasa ada tangan Donny yang memegang tanganku spontan,
’’ Biar ku bawa bagasimu ! ’’
Setelah hampir 4 jam terbang, kami tiba juga akhirnya di Manado. Kami tak
bisa bicara lagi selama penerbangan, karena tempat duduknya terpisah jauh
dariku.
Aku merasa ada yang aneh saat menuruni tangga pesawat, dan aku tahu apa
itu. Setelah hampir 4 tahun tak pulang ke Manado, saat menghirup udara nyaman
yang bercampur dengan wangi pepohonan seperti ini, aku jadi tak biasa lagi.
Aku sedang melangkah menuju ruang pengambilan bagasi saat terdengar suara
panggilan di belakangku ’’ lagi-lagi dia ! ’’ pikirku dalam hati
’’ Maria ! kamu mau ku antar ke rumah orang tuamu ? aku punya mobil yang
ku tinggalkan di pelataran parkir airport, dan kebetulan juga, aku tak langsung
pulang ke rumahku. ’’
Aku menatap Donny heran, ’’ Mengapa kamu tak langsung pulang ke Bitung ? ’’
aku takut dia merencanakan sesuatu.
‘’ Aku harus singgah di rumah Ibuku, Deany dan anak-anak akan datang ke
sana hari ini. Lagipula, aku terlalu capek untuk bisa bawa mobil pulang ke
Bitung. ‘’
Aku menatapnya sekali lagi, mencoba untuk mencari apa yang tersembunyi di
hati lewat mata bagusnya, dan ku temukan ada ketulusan di sana.
‘’ Okey deh ! tapi….’’
‘’ Eiiitt…!! Tidak ada tapi-tapian !! sekarang biar
ku bantu kamu untuk mencari bagasi-bagasi kita. ‘’ Donny memotong kata²ku
sebelum aku selesai bicara.
Saat dia mengucapkan kata ‘kita’, aku merasa ada
sesuatu yang menusuk hatiku. Ku tahu, bahwa itulah yang sebenarnya ku inginkan.
Ku ingin membentuk sebuah keluarga dengannya, ingin bersama dengan dia, namun
dulu ada rasa egois yang terlalu besar di hati kami masing-masing. Rasa egois
yang akhirnya mengalahkan semua keinginan² yang lain. Padahal, aku ingin sekali
berada di sisinya, bangun setiap pagi dan berucap ‘ selamat pagi sayang..’
‘’ Maaf ? kamu bilang apa, Maria ? aku tak mendengar
dengan jelas. ‘’ ternyata tak sadar aku sudah tak lagi bicara dalam hati.
‘’ Tidak
apa-apa. Aku hanya menggerutu kesal
lihat antrian panjang untuk check paspor ‘’ dustaku.
Akhirnya, semua urusan selesai sudah. Aku dan Donny
melangkah keluar dari ruang tunggu Airport Sam Ratulangi, Manado. Di
luar, langit mulai menjadi kelabu, seperti biasanya di bulan Desember. Aku tak
mengerti mengapa Aline adikku memilih untuk merayakan pesta pernikahannya di
bulan Desember seperti ini yang selalu basah dan hujan hampir setiap hari. Di
pelataran parkir, ku lihat Donny menghampiri sebuah Toyota Corolla berwarna
hitam keabu-abuan dan membukannya.
‘’
Cinderella ! kereta anda sudah siap. Silahkan masuk ke dalam, dan maafkan
hamba atas ketidak nyamanan kereta ini. Harap maklum..dia sudah agak tua, Princess !! ‘’ Donny tersenyum
bercanda padaku, dan aku menjadi heran, karena ku dapati diriku menjadi lebih
bersemangat dan gembira mendengar dia berkata seperti itu.
Perjalanan menuju kampung kecil kami hanya memakan
waktu kira-kira 15 menit dari Airport. Donny memberhentikan aku tepat di depan
rumah milik orangtuaku. Tak ku sangka, ternyata ada banyak anggota keluargaku
di sana. Di saat Donny membantu aku menurunkan semua bagasi² milikku, ada
berpasang² mata yang menatap kami aneh. Semua orang di keluargaku kenal siapa
Donny, dan mereka juga tahu bahwa aku dan dia pernah menajlin hubungan kasih
dulu. Ku lihat Aline datang menghampiri,
‘’ Apa yang terjadi padamu, Kak ? ‘’
ku peluk Aline penuh rindu
‘’ Apa maksudmu, Line ? ‘’
‘’ Pssstt..itu..tu..kok si Donny yang ngantar kamu ?
‘’
‘’ Ooo..itu…’’ tak sadar aku jadi tersipu malu. ‘’
Kebetulan aku dan dia naik pesawat yang sama dari Singapura, trus dia nawarin
untuk ngantar aku ke sini, emangnya salah ? ‘’
Aline tersenyum meledek, ‘’ Oooo..gitu, ya ?!..sstt…dia datang ! ‘’
‘’ Don, makasih ya sudah ngantar aku ke sini. Salam buat istri dan anakmu, juga buat Ibu dan ayahmu ! ’’
Dia hanya melemparkan senyum ramah yang sangat simpatik, ’’ aku akan
sampaikan, Maria. Kalau begitu, aku pamit dulu, ya ? ’’
’’ Dan jangan lupa datang ke pesta pernikahanku, udah dapat undangannya,
kan? ’’ tambah Aline. Donny
mengangguk mengiyakan, lalu masuk ke dalam mobilnya dan berlalu pergi di iringi
pandangan² penuh tanda tanya semua keluargaku.
Baru saja aku memasuki pintu rumah, semua orang mulai
bercanda meledek aku, dengan melontarkan pertanyaan mereka tentang kebersamaan
yang mereka saksikan tadi antara aku dan Donny.
**************************************
Tangan Donny terasa hangat memeluk badanku sementara
kami berdansa katrili mengitari ruangan. Ku coba untuk tersenyum, dan tak
menggubris debar-debar aneh yang mendadak muncul di dalam hatiku. Ku pandangi
sekeliling ruangan, mengamati para pelayan restoran yang sibuk melayani, dan
pemain musik yang sedang bermain di atas panggung kecil yang spesial di sediakan
untuk mereka.
Aku merasa sangat puas dengan hasil kerjaku. Aline
meminta aku untuk mengorganisir pesta pernikahannya, dan itu ku lakukan dengan
sempurna hingga detik ini. Kesempurnaan, itu seakan menjadi sebuah obsesi
bagiku. Aku memang agak perfeksionis untuk hal-hal semacam ini. Apalagi, saat
ini adalah merupakan moment terpenting bagi adikku satu²nya. Suara musik
terdengar mulai mengecil. Aku melepaskan diri dari Donny, walaupun ada rasa
enggan di hatiku. Ku lirik istrinya yang duduk di dekat Ibu Donny, dan ku
dapati wanita itu tengah menatapku dengan mata membara. Sejak dulu, Deany istri
Donny itu memang selalu menganggap aku sebagai saingan potensial yang sewaktu²
bisa merampas Donny dari tangannya. Tapi itu dulu, sewaktu mereka masih
pacaran. Tapi tak ku sangka itu masih
berlangsung sampai sekarang.
Kembali terdengar suara musik lembut mengalun melagukan instrumental ’ I
understand ’-nya Herman Shermits. Aku hampir tak bisa menahan diriku untuk
tidak pergi berlari memeluk Donny. Lagu itu adalah lagu kenangan di mana untuk
yang pertama kalinya aku berdansa, dan itu dengan Donny. Walaupun waktu itu aku
sempat beberapa kali menginjak kakinya karena aku tak pernah berdansa
sebelumnya.
Ku lihat dari seberang, Donny menatapku dengan pandangan yang aneh,
dan itu membuat aku teringat 8 tahun yang silam, saat untuk yang kedua kalinya
dia mengungkapkan rasa sayangnya kepadaku. Jadi, dia
menyadari perasaanya. Dia tahu hal itu, dan dia mengerti bahwa antara kami
masih ada sesuatu yang tak terselesaikan. Dan, saat mereka pamitan untuk
pulang, Donny mendekati aku dan berbisik pelan, ‘’ aku akan menelpon-mu besok
sore jam tiga. ‘’
Keesokan
harinya, dia benar² menelpon aku. Dia bilang, bahwa dia ingin bertemu denganku,
dan bicara secara pribadi. Aku hanya mengiyakan, dan kami memutuskan untuk
bertemu di sebuah hotel kecil di kota Tomohon.
Aku menjadi
tak sabar menunggu saat pertemuan itu. Aku tahu semenjak aku bertemu dengannya
di Singapura, bahwa cerita di antara kami tak akan pernah selesai begitu saja.
Sampai akhirnya hari yang di tentukan tiba, aku merasa seperti seorang ABG yang
baru pertama kali jatuh cinta, aku sangat gugup.
Aline menghampiri aku saat aku tengah berpakaian di kamar. Dia tampak
memperhatikan aku dengan cermat, dan aku kenal dia. Dia pasti sudah menangkap
ada sesuatu yang aneh padaku.
’’ Kak Maria, aku.......’’
’’ Aku merasa ada sesuatu yang aneh dari dirimu, kamu pasti menyimpan
rahasia dariku ! ’’ sebelum Aline selesai berkata, aku sudah melanjutkan apa
yang mau dia katakan. Aline menggamit bahuku, dan berkata pelan,
’’Ada apa sebenarnya, Kak ? sejak dulu kita selalu berbagi cerita dan tak
pernah menyimpan rahasia sekecil apapun. Setelah hampir 4 tahun tak bertemu,
itu bukan artinya kakak harus menghindari aku dan tak mau mengutarakan beban di
hati kakak ! ’’
’’ Ini tentang Donny, Line. ‘’ aku berucap pelan
‘’ Aku tahu, dan semenjak dulu aku tahu bahwa di
antara kalian berdua masih ada sesuatu yang tersisa. ‘’ Adikku itu memang
adalah orang yang paling mengenal diriku.
‘’ Aku ada janji dengannya hari ini, dia bilang dia
ingin bicara denganku secara pribadi. Aku tak tahu kalau apa yang akan aku
lakukan nanti benar atau salah, Line. ‘’
‘’ kamu harus pergi, Kak. Untuk bisa memastikan dan memutuskan semua
cerita yang belum selesai di antara kalian berdua. Kakak harus pergi, untuk
mencari tahu kebahagiaan kakak ada di sini, dengan Donny, atau di Belanda,
dengan Klaus. ’’
’’ Terima kasih, Line. Kamu adalah satu²nya orang yang bisa memahami aku.
’’
’’ Aku tahu ! jangan lupa, aku kan adikmu !! ’’ Aline lalu memelukku
erat-erat.
Saat aku tiba di hotel, Donny sudah menunggu aku di sana. Aku sedikit
gemetar, tak tahu apa yang nanti bisa ku bicarakan dengannya.
’’ Maafkan aku, Don. Aku agak terlambat, kamu sudah dari tadi menunggu ?
‘’ aku mencoba untuk sedikit mencairkan suasana.
‘’ Tidak juga. Ayo kita ke atas, aku punya sesuatu yang hendak ku
tunjukkan kepadamu. ‘’ dan aku tak mampu menolaknya. Aku tak tahu lagi apa yang
terjadi, dan siapa yang memulai. Yang ku tahu, begitu pintu kamar hotel
menutup, kami berdua menghambur dalam kelaparan liar yang tak terkendalikan
lagi. Aku berada dalam dekapan Donny, dia lalu memondong aku ke tempat tidur.
Semua hal tiba-tiba menjadi tak penting kecuali pelukan hangat Donny dan
kenyamanan yang aku rasakan. Setelah semuanya selesai, kami berdua terbaring
saling memeluk erat, dan aku berpikir dengan penuh kebahagiaan, ‘ cinta-ku ada
di sini’.
******************************************************
Dua hari sesudah itu, aku harus kembali ke Belanda. Aku bicara banyak hal
dengan Donny, dia meminta aku untuk mengajukan permohonan cerai pada Klaus. Dia
bilang, bahwa dia akan mengajukan permohonan cerai pada istrinya secepat
mungkin. Aku lalu memutuskan untuk menelpon suamiku, tapi Tray anak tertuaku
yang mengangkat telpon.
‘’ Hallo
Mama ? pulang cepat, dong ! Tray sama Sean rindu skali
sama Mama ! ‘’
Aku tersenyum mendengar rengekan manja Tray.
’’ Iya sayang, Mama kan lusa nanti sudah ada di rumah. Mana adik dan Papamu ? ‘’
‘’ Mereka pergi belanja di supermarket, tadi malam Papa bobok dengan foto
Mama, pulang cepat ya, Ma ? kita semua sudah rindu banget, nih ! apalagi sama
masakannya Mama. Tau nggak, Ma, kemarin Papa masak dan Doggie yang
bantu Tray sama Sean habisin ‘tartiflette’ Papa yang rasa permen karet !!
‘’
Aku tersentak, hatiku mendadak menjadi sedih mendengar suara manja
anakku. Aku telah mengkhianati suami dan anak-anakku. Aku hanya menuruti
perasaanku dan rasa ego yang berlebihan, tanpa memikirkan hal² yang lain.
Tiba-tiba ada rasa berdosa yang mulai menjalari hatiku, dan aku di hadapkan
pada sebuah dilema ; melanjutkan tinggal dengan suami dan anak-anak yang
mencintai-ku, atau pergi dengan laki-laki yang memiliki hatiku dan harus
kehilangan anak-anakku ? aku tak tahu lagi.
************************************************************
Terdengar bunyi lewat pengeras suara yang meminta para penumpang pesawat
Singapore Airlines untuk mengenakan sabuk pengaman, melipat meja, dan
menegakkan sandaran kursi, karena dalam waktu 7 menit, pesawat akan mendarat di
airport Schipol, Amsterdam.
Di ruang
tunggu, ku lihat suami dan kedua anakku sedang menunggu di sana. Klaus menatap
aku rindu, sedangkan kedua anakku meloncat kegirangan saat aku melangkah keluar
menemui mereka.
Aku sudah mengambil keputusan, walaupun aku sebenarnya tak yakin. Aku
akan kembali ke sisi suamiku, mencoba utk memaksa agar cinta bisa muncul di
hati untuknya, karena aku tak ingin kehilangan kedua anakku, terutama tak ingin
merusak hidup mereka.
Aku akan mencoba sekali lagi untuk
melupakan Donny dan semua yang terjadi di antara kami saat yang lalu. Donny
sebenarnya merasa berat dengan keputusan yang ku ambil, tapi ku katakan
padanya, bahwa cinta itu bukan berarti harus memiliki segalanya, dan dia
mengerti. Kami berdua saling berjanji untuk menyimpan rahasia tentang apa yang
terjadi antara kami berdua sewaktu aku berada di Manado, dan mencoba untuk tak
mengulangi kesalahan yang
sama saat kami bertemu lagi di suatu hari nanti. Satu yang ku sesalkan,
aku tahu bahwa rasa bersalahku karena telah mengkhianati Klaus satu kali, akan terus
menghantui sampai aku mati nanti.
6 komentar:
POSTING YANG SANGAT BAGUSS...TRUSKAN BROEE
happy weekend! :)
good night to you my friend.. have a nice sleep
Memilih mana yang enak dan yang gak enak lebih mudah dibanding memilih mana yang baik dan yang gak baik, benergak? he he he
Posting menarik, TQ
Icah : Thank's..Jenny : Happy weekend to u 2.. Mikeexplorer : have a nice dream mike..Pak Harun : iya ya...tapi sayang, yg enak-enak biasanya suka gak baik ujungnya..kayak, makanan berlemak, enak tapi ujungnya ada kolesterol tinggi..hehehehe
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny
Posting Komentar