30 Oktober 2011 | By: nsikome

RAHASIA RANI (Novel Part 3)


Photo : www.chilloutpoint.com

        Bel tanda jam sekolah usai berdering keras, wajah seisi kelas nampak berseri-seri. Maklum, saat yang paling membahagiakan bagi seorang siswa kalau bukan naik kelas, libur, atau tamat sekolah, salah satunya adalah bunyi bel pulang.
Rani sudah janjian dengan Winda sama Rino untuk jalan-jalan di mall sepulang sekolah nanti. Berhubung si Rino di pinjamin mobil sama Bapaknya, dia yang bertugas nganterin Rani sama Winda pulang ke rumah nanti.
“ Rino, kita ke mall apa toko buku, nih ? “ tanya Winda saat mereka sudah melaju di jalan.
Tauk tuh, tanya sama Rani ! “ jawab cowok itu kalem
“ Si Rani diam aja dari tadi, masih malu kali di hukum sama Bu Lasut tadi hihihi ! “ tukas Winda setengah meledek. Rani memang hanya diam semenjak tadi, sejak peristiwa melorotnya rok Bu Lasut di kelas saat jam Aritmetika.
“ Ran !! “ panggil Winda heran melihatan tatapan sahabatnya yang kosong seperti tengah berada di tempat lain
“ Y..ya, Win ? “ gugup Rani menjawab panggilan Winda karena kaget. Si Winda sih pake acara terik di telinga segala.
“ Pikiran kamu lagi di mana, sih ? aku panggil-panggil dari tadi, nggak mau nyahut “ ujar Winda setengah kesal.
“ Sorry Win, kamu mau tanya apa, sih ? “ Rani meminta maaf
“ Kita mo kemana sekarang tuan putri........ “ Rino mengoceh sambil senyum miring
“ Ehmmm...ke toko buku aja, deh. Aku mau beli sesuatu di sana ! “ akhirnya Rani yang memutuskan.
Sesampai mereka bertiga di toko buku besar, kelihatan ramai di sana. Sudah banyak ABG yang hilir-mudik di depan toko itu. Soalnya, di situ kan ada cafe-cafe gaul yang punya internet wireless buat anak-anak muda. Konsep toko itu bagus juga, dulunya jarang ada anak² yang ngumpul di situ, paling-paling hanya Ibu-ibu yang datang belanja keperluan sekolah anak mereka. Tapi setelah di taruh cafe gaul, wuihhh...langsung deh jadi tempat nongkrongnya para ABG, apalagi seusai jam sekolah seperti ini.
Setelah Rino memarkir mobilnya, mereka bertiga langsung berjalan menuju ke arah pintu masuk toko. Saat mereka hendak menyeberang jalan, tiba-tiba dari tempat parkir sebelah cafe, muncul sebuah mobil jeep, sedangkan dari dalam sebuah mobil yang baru saja di parkir, seorang anak kecil berusia kira-kira 5 tahun berlari turun dan langsung menyeberang jalan.
“ Awaaaaasssss stoooooopppp !!!!! “ Rani berteriak panik sambil mengangkat tangannya, saat melihat jeep yang tengah melaju itu menuju cepat ke arah si anak kecil yang terpaku ketakutan melihat mobil yang berlari agak cepat itu.
Tiba-tiba, seperti di tahan oleh sebuah tenaga yang sangat kuat, mobil jeep itu terhenti sejenak, sebelum akhirnya terbalik perlahan.
Semua orang yang ada di sekitar situ berlarian ke arah mobil jeep yang mulai berasap, nampak di dalam seorang laki-laki berusaha untuk keluar.                                                       
“ Tolong sayaa, kaki saya terjepit ...... “ laki-laki itu merintih kesakitan,
Rani dan teman²nya yang sudah sampai situ lebih dahulu mencoba untuk mengangkat sedikit mobil, agar laki-laki itu bisa mengeluarkan kakinya yang terjepit kap. Nampak ada darah yang sudah mulai mengalir. Winda mulai panik, mukanya berubah menjadi pucat pasi, dia memang anaknya nggak bisa melihat darah seperti itu.
“ Rino, si Winda mau pingsan !! “ Rani berseru tegang, dia juga mulai merasa takut sekali, sementara itu orang² yang berdatangan mulai mengitari mobil untuk membantu mengeluarkan laki-laki yang terjepit di dalamnya.
“ Waduh, mobilnya berat sekali, kita harus mencari mobil penderek utk bisa mengangkat dan mengeluarkan orang itu ! “ seorang laki-laki setengah baya berkata. Rani tiba-tiba mendapat akal,
“ Apa ada yang punya dongkrak di sini ? “ tanya Rani keras
“ Saya punya, Ran. “ sebuah suara menjawab, Rani menoleh, ternyata Didi sudah ada di situ.
“ Kita mungkin bisa mengeluarkan tangannya yang terjepit itu dengan mendongkrak kap mobil sedikit ke atas ! “ ujar Rani menerangkan
Didi berlari cepat menuju mobilnya, mengambil pendongkrak dan langsung membawanya ke sisi jeep yang terbalik itu.
“ Siaap ? “ tanya Didi memberi aba-aba
“ Begitu saya sudah berhasil mendongkrak kap mobil ke atas, bapak yang di dalam harus segera di tarik keluar dari mobilnya, okey , “ tambah Didi seraya mulai bersiap-siap untuk memasang dongkrak.
Lima belas menit setelah itu, laki-laki yang terjepit di dalam mobilnya sudah menuju ke rumah sakit, dengan ambulans rumah sakit yang datang karena di telepon pihak toko buku.
“ Aneh ya, bagaimana mungkin jeep itu bisa terbalik ? “ Rani mendengar suara gadis di sebelahnya bicara pada seseorang.
“ Iya..ya..yang paling aneh, mobil itu terhenti sebelum menabrak anak kecil tadi, dan langsung terbalik perlahan, seperti ada yang menahannya dan kemudian menggulingkan mobil itu ! “
Mereka berdua kemudian meninggalkan Rani yang tertegun dengan pembicaraan kedua orang itu. Rani mengedarkan pandangannya ke sekeliling, Rino dan Winda tidak ada lagi di situ, mereka ikut mobil ambulans ke rumah sakit untuk menemani laki-laki yang terluka itu.
“ Ran, kamu nggak apa-apa ? “ terdengar suara Didi di samping gadis itu
“ Ah, itu kamu Di. Aku baik-baik saja, makasih. “ jawab Rani
“ Kamu kelihatan pucat, yakin nggak sakit ? “ Didi kelihatan kuatir
“ Bener Di, cuman masih tegang aja dengan kejadian tadi. “ Rani mencoba senyum untuk meyakinkan cowok itu.
“ Bagaimana kalau aku traktir kamu makan es cream di cafe, untuk menghilangkan ketegangan kamu, Ran ?! “ tawar Didi
Rani hanya menyahut dengan kepalanya, kemudian mengekor di belakang Didi menuju ke dalam cafe.
“ Rani, lagi mikir apa ? “ suara Didi lembut bertanya.
Rani masih belum bisa melepaskan pikirannya dari kejadian tadi. Semuanya itu sudah terlalu banyak, bukan hanya kejadian dengan kakaknya Andi itu, tapi saat di mobil Ayahnya juga, sewaktu mereka berdua stop karena lampu merah, Rani yang mulai panik takut terlambat, mengharap lampu lalu lintas itu untuk segera berubah menjadi hijau, dan itu menjadi kenyataan.
“ Aku masih agak shock, Di’ “ jawab Rani setengah berkeluh kesah. Dia ingin membagi kebingungannya itu dengan seseorang, namun dengan siapa ? apa ada orang yang bisa mengerti nanti ? apa ada yang bisa percaya bahwa dia kelihatannya mempunyai kekuatan supernatural ? Rani bingung.
“ Aku pikir, orang yang punya jeep itu dia nggak parah-parah amat keadaannya, Ran. Kamu nggak usah terlalu kuatir dengan hal itu. “ Didi mencoba menenangkan Rani yang kelihatan gelisah.
“ Makasih Di’, kamu baik. “ desah gadis itu perlahan. Entah mengapa, walaupun kegelisahan Rani bukan di sebabkan oleh hal yang Didi katakan, dia merasa mulai tenang setelah di hibur cowok itu.
“ Kamu pulangnya pake apa, Ran ? “ tanya Didi lagi
Rani tersentak, dia tak memikirkan hal itu sejak tadi, sebab otaknya tidak bisa lagi berpikir hal lain.
“ Seharusnya aku di antar Rino, tapi dia ikut ambulans ke rumah sakit dengan Winda, mungkin aku naik angkot Di’. “
“ Nggak usah, Ran. Biar aku antar kamu, “ tawar Didi yang langsung di iyakan oleh gadis manis itu.
                                                                      ********************
Semenjak kecelakaan di depan toko buku itu, Rani tak lagi mengalami hal-hal aneh, dia merasa gembira. Sebab itu artinya dia sejak kemaren-kemaren hanya berhayal melulu. Dia masih berpikir seperti itu hingga tadi sore, saat dia tengah membersihkan kamarnya.
Seperti biasa, setiap sabtu sore Rani selalu membersihkan dan menata kembali kamarnya. Saat gadis itu tengah menyapu lantai, tanpa di sengaja dia menyenggol vas bunga berisi anggrek hidup yang berada di meja belajarnya. Rani terkejut dan langsung menutup matanya, seperti orang normal lain kalau menjatuhkan sesuatu yang bisa pecah dan berbunyi keras.
Anehnya, vas bunga yang terbuat dari kristal berat berisi air dan bunga anggrek itu tak terdengar jatuh ke lantai. Perlahan Rani membuka matanya, betapa terkejutnya dia saat melihat vas bunga itu tengah melayang di udara. Rani mulai gemetaran. Tiba-tiba terdengar suara sesorang di depan pintu kamarnya,
“ Rani, bagaimana mungkin itu bisa terjadi ??? “ ternyata Andi kakaknya sudah berada di situ, terheran-heran menatap pemandangan luar biasa yang  dia lihat di kamar adiknya itu.
“ Aku sendiri tak tahu kak Andi, aku sama sekali tidak mengerti. “ ucap Rani dengan suara hampir tak terdengar.
“ Itu kamu yang melakukannya ? “ Andi berjalan pelan menuju vas yang tengah melayang itu.
“ Mungkin, aku tak tahu...... “ Rani mulai menangis
“ Ran, ini benar-benar aneh, apa sebenarnya yang terjadi ?? “ Andi merangkul adiknya ke dalam pelukan, mencoba untuk menenangkan Rani.
“ Aku nggak tahu Kak Andi, aku tadi lagi nyapu, trus nggak sengaja aku menyenggol vas itu, aku ingin menahannya agar tidak jatuh, dan yang ku temukan adalah vas itu tengah melayang di udara, benar-benar membuat aku takut....” gadis itu menjadi semakin terisak-isak.
“ Apa yang kamu lakukan untuk mencoba menahan vas itu, Ran ? “ Andi mencoba untuk mencari penjelasan lebih masuk akal.
“ A...aku han..ya berpikir untuk me....me..nahannya, “ jawab Rani terputus-putus
“ Dan skarang kamu masih berpikir itu ? “
“ Iya Kak Andi “
“ Ran, coba kamu berpikir untuk memindahkan vas itu ke atas meja belajarmu “ saran Andi yang mulai tertarik dengan fenomena aneh yang terjadi di kamar adiknya itu
“ Tapi apa yang harus saya lakukan ? “
“ Kamu hanya harus berkonsentrasi pada vas bunga itu, dan berpikir bahwa kamu memindahnya ke atas meja, ayo ! “ desak Andi, dia sudah pernah mendengar tentang kekuatan telekinetik yaitu kekuatan memindahkan benda hanya dengan berkonsentrasi pd benda tersebut.
Tentu saja hal itu hanya ada di film² atau buku-buku cerita fiksi, tapi yang di lihatnya ini benar-benar membuatnya takjub, dua kali Andi harus mencubit tangannya utk meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia nggak tengah bermimpi.
“ Ayo Ran ! “
Rani mengusap airmatanya, dia lalu mengikuti perintah kakaknya, mulai berkonsentrasi pada vas bunga itu, tiba-tiba vas bunga yang tengah melayang itu mulai bergerak, lalu melayang ke arah meja belajar Rani.
“ Bagus Ran, sekarang turunkan vas bunga itu perlahan ke atas meja.... “ tukas Andi memberi instruktur pada adiknya. Rani melakukan apa yang di perintahkan Andi, vas bunga itu mulai melayang turun dan mendarat perlahan di atas meja belajar Rani.
“ Waw....benar-benar luar biasa, Rani cubit saya dong, agar saya yakin bahwa ini bukan mimpi. “ pinta Andi dengan mata terkagum² pada apa yang dia saksikan barusan.
Rani mendekati kakaknya, sedetik kemudian terdengar suara Andi berteriak kesakitan,
“ Aiiiiiiii.....telinga kelinci, sakit cubitanmu itu !!!!!!!! “
“ Sorry....keasyikan sih.....!! “ Rani terkekeh melihat wajah kakaknya.
“ Ran, sejak kapan kamu punya kekuatan supernatural ? “ muka Andi berubah menjadi sangat serius. Dia tahu bahwa sebenarnya adiknya itu sedang ketakutan.
“ Semuanya berawal di Mesir............. “ Rani mulai bercerita. Dia lalu menceritakan semua kepada kakaknya, tentang ruangan kecil di bawah tanah yang dia temukan ketika dia tengah berlindung dari serangan badai pasir, dan juga tentang batu yang mengeluarkan cahaya berwarna biru yang meledak saat dia mencoba untuk meraihnya. Saat Rani selesai bercerita, lama Andi terdiam takjub dengan kisah Rani itu.
“ Ku pikir, batu itulah yang membuatmu punya kekuatan supernatural itu.. “ tukas
Andi pelan. Rani hanya mengangkat bahunya.
“ Kak Andi, jangan dulu bilang sama Mama dan Papa tentang semua ini, ya ? Rani nggak mau mereka jadi kuatir. “ pinta Rani pada kakaknya
“ Tapi Ran__ “
“ Rani takut mereka nanti-nya jadi panik, sebelum kita berdua tahu pasti kekuatan Rani punya efek samping apa tidak, sebaiknya yang tahu hal ini cukup kita berdua saja, gimana Kak Andi ? “ potong Rani sebelum Andi menyelesaikan kata-katanya.
“ Okey deh. “ putus Andi akhirnya. Dia tahu bahwa Rani benar, dan dia akan mengawasi perkembangan kekuatan yang Rani punya itu dengan teliti, sejujurnya walaupun mereka sering bertengkar, Andi sangat sayang pada adik satu²nya itu, dan dia tak ingin Rani mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan. Kekuatan yang Rani miliki itu membuat Andi sedikit merinding. (BERSAMBUNG)



29 Oktober 2011 | By: nsikome

A FOOL STORY ABOUT SELLY….


Beberapa minggu ini, sengaja aku publish beberapa Cerpen, yang terinspirasi dari kehidupan sahabat-sahabatku, meski ada beberapa yang sengaja ku "pelintir" habis-habisan, hehehe..Yang satu ini, buat si cantik Stefanny Sundah.......miss u girl..
Photo: www.totallypimpedout.net

A FOOL STORY ABOUT SELLY….


          Akhirnya... setelah sekian lama.. Selly berbisik pada dirinya sendiri, saat kaki gadis itu melangkah keluar dari pesawat yang membawanya kembali ke kota kelahirannya, Medan. Perjalanan panjang yang dia tempuh semenjak kota Oeffelt, tempat Selly tinggal selama 2 tahun belakangan ini di Belanda, bagi dia terasa bertambah panjang dua kali lipat, dan juga sangat membosankan. Dalam hati, tak henti-hentinya gadis itu berharap untuk segera sampai di Medan.

Angin dingin bulan Desember menerpa wajah gadis bertubuh jangkung itu, walaupun dia terbiasa dengan udara dingin di Eropa, tak urung Selly bergidik juga. Gadis itu lalu mengedarkan pandangannya ke kejauhan. Semuanya tampak begitu lain, seperti tak pernah dia kunjungi. Saat memasuki ruangan International Arrival, Selly tersenyum sendiri. Hanya dua tahun, dan semua di situ sudah berubah. Airport yang dulunya bisa di bilang kumuh, kini nampak tertata rapi dan indah, dengan sentuhan Traditional Art di beberapa sudut, di tambah lagi dengan bunga-bunga hampir di setiap tempat, semua kelihatan begitu berbeda. Syukurlah... kini Medan sudah berkembang ke arah kemajuan, pikir Selly senang.

“ Selly.. !! “ terdengar suara seseorang memanggilnya dari kejauhan. Gadis iu melempar pandangannya ke sekeliling, ternyata dari luar sana. Nampak Andre tengah melambai-lambaikan tangannya. Selly masih mencari-cari lagi ke sekeliling Andre, namun matanya tak menemukan apa-apa. Mungkin dia lagi nunggu di mobil, batin Selly, mencoba untuk menghibur dirinya sendiri.

“ Hallo Selly sayang... apa kabar ?!.. aduh makin jangkung aja kelihatannya, kebanyakan makan keju, ya ?! “ cecar Andre seraya merengkuh gadis itu erat-erat ke dalam pelukannya. Selly mulai susah bernapas di peluk oleh cowok berbadan bongsor itu.

“ Aduh Ndre...seneng sih seneng, tapi meluknya jangan kenceng kayak gitu, aku susah napas nih... “ keluh gadis itu.
“ Sorry...abis aku gemes banget liat tampang kamu yang makin cakep dan imut aja pulang dari Belanda. Eh, ngomong-ngomong oleh-oleh buat aku ada, kan ? “ tanya Andre. Selly hanya tersenyum samar, seraya kembali mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat parkir mobil.

“ Ndre, Marthen nggak ikut, ya ? kata kamu kemaren waktu telpon, dia mau ikutan jemput aku... “ ucapan Selly lebih menjurus ke protes. Sejenak Andre kelihatan salah tingkah. Cowok itu lalu berucap pelan,
“ Sebenarnya, aku mau ngomongin tentang Marthen sama kamu, Cuma aku takut kamu jadi sedih.. “ Selly tersentak mendengar penuturan Andre. Rasa cemas mulai menghantui gadis itu.
“ Marthen nggak apa-apa kan, Ndre ? “
“ Jangan panik gitu dong...Marthen ngak kenapa-napa, dia Cuma tunangan sama Eggy aja minggu yang lalu.. “ Andre langsung membekap mulutnya sendiri selesai dia bicara, cowok itu keceplosan.
“ Marthen tunangan sama Eggy ? Ndre, April Mopnya masih lama...kamu bercandanya kok kayak gitu, sih ? “ tak urung Selly menjadi gusar dengan ucapan Andre . Cowok yang adalah salah satu sahabat paling dekat Selly itu menundukkan kepalanya, menatapi lantai putih airport.
“ Ndre...kamu bercanda, kan ? “ desak Selly lagi. Andre tak mampu bersuara, cowok itu hanya menggelengkan kepalanya. Seketika Selly sadar, kalau Andre memang tak bermaksud untuk bergurau dengan ucapannya. Semua yang Andre katakan itu benar.
“ Sejak kapan mereka jadian, Ndre ? “ tanya Selly hampir tak terdengar
“ Setahun setelah kamu pergi ke Belanda “ suara Andre seperti tercekat di tenggorokan. Sesaat ada kesunyian yang aneh diantara mereka berdua.
“ Kamu baik-baik aja kan, Ndre ? “ Selly sepertinya berusaha menyembunyikan rasa sedihnya. Andre hanya tersenyum getir. Ironis sekali, seharusnya dia yang bertanya tentang keadaan Selly setelah berita tak menyenangkan tentang Marthen dia dengar, tapi malah gadis itu yang menanyakan kabarnya.

“ Ndre, nggak usah terlalu dipikirin, mungkin itu udah takdirnya aku sama Marthen, lagian kamu...aku yang ngalamin, kamu yang kelihatan stress... “ lagi-lagi gadis itu mencoba untuk mencairkan suasana. Andre menatap gadis jangkung berambut panjang itu. Dia merasa bersalah sama Selly, karena merasa gagal menjaga Marthen, seperti yang gadis itu pesankan sebelum dia berangkat ke Belanda.
“ Ndre, kok Marthen nggak pernah bilang padaku kalau dia sekarang sudah jalan sama Eggy, padahal dia selalu ngirimin aku email hampir tiap hari... “ keluh gadis itu. Mereka berdua kini sudah berada dalam mobil Andre dan tengah melaju dikeramaian pusat kota.
“ Maafin aku ya, Ly. Sebenarnya itu salah aku. Seharusnya aku yang ngomong sama kamu, tapi aku nggak punya keberanian. Setiap kali aku hendak mengirimkan e-mail, aku selalu ingin memberitahu kamu tentang apa yang terjadi, tapi aku nggak bisa... “
suara Andre bernada penyesalan yang sangat dalam. Selly menatap sahabatnya kasihan, dia tahu Andre itu adalah type sahabat yang sangat setia pada apa yang namanya persahabatan.
“ Tapi nggak apa-apa kok, Ndre. Aku sendiri nggak terlalu terpengaruh dengan kejadian ini. Aku cuman sedih aja, kok bisa Eggy ya ? dia kan salah satu sahabat dekat aku ! “
“ Itulah salah satu alasan yang bikin aku nggak mampu untuk memberitahukan dirimu selama ini tantang hubungan mereka berdua... “ keluh Andre.
“ Yah...tapi itu sudah berlalu kan ? aku nggak apa-apa kok, soalnya, sejak hari pertama aku tiba di Belanda, aku langsung punya pacar, nih fotonya, cakep kan ? namanya Kurt, orangnya asyik banget deh..tahu nggak Ndre, dia bakal dateng liburan musim panas nanti, pasti deh kamu bakal cocok temenan dengannya.......”
Andre terpana, sementara Selly terus menyerocos tak henti-hentinya. Cowok itu tak percaya dengan pendengarannya, dia yang selama ini terus memendam rasa bersalah, karena menganggap dirinya tak mampu untuk menjaga amanat yang ditinggalkan sahabatnya, dan bahkan jadi agak kurus gara-gara rasa bersalahnya itu yang membuatnya tak bisa makan enak selama 2 tahun belakangan ini, dan ternyata................sialan !!!


27 Oktober 2011 | By: nsikome

SETELAH LELAH MENANTI

This story was inspired from a "Curhat" of a good friend; Ricardo Hongarta (nyong Ambon Manise), semoga sudah mendapatkan cinta sejatinya ya, Ric...biarpun kayaknya masih melanglang buana dalam dunia cinta-mu yg masih kurang jelas (Hehehehehe)................Miss u all guys, Law Class 2004 De La Salle University Manado.

Photo : www.jjap.deviantart.com
SETELAH LELAH MENANTI


            Ric membalikkan badannya resah di atas tempat tidur, entah untuk yang keberapa ratus kali. Mata cowok itu nyalang menatap langit-langit kamarnya yang berwarna biru cerah, sambil sesekali mendengus, entah kesal atau marah. Cowok itu menatap bingkai foto yang setia berdiri di meja belajarnya. Bertahun-tahun foto itu selalu ada di situ, dan gadis di dalam foto itu seakan selalu menatap Ric dengan senyum manisnya. Dan sepanjang waktu itu, tak pernah sedetikpun pikiran Ric beralih ke gadis lain, walaupun gadis di foto itu berada jauh dari matanya, entah di mana.

            Beberapa tahun yang lalu, saat itu di Ambon kerusuhan pecah. Orang-orang saling membunuh, merusak dan membakar rumah. Kekacauan ada di mana-mana. Banyak orang yang terpaksa harus mengungsi meninggalkan seluruh harta benda mereka. Salah satunya adalah keluarga Rina. Ric sendiri, dia dan keluarganya masih beruntung, rumah mereka tidak hancur hingga kerusuhan mereda. Namun kasihan Rina, dia dan keluarganya terpaksa mengungsi ke Manado, karena di kampungnya, tak ada yang tersisa. Semua bangunan bahkan rata dengan tanah, bahkan puing-puingpun bisa di bilang hampir tak ada.
Mulanya, Ric hampir gila saat mengetahui bahwa semua rumah di kampung Rina habis terbakar, dan banyak sekali orang yang meninggal di sana. Namun hatinya menjadi tenang ketika dia berjumpa dengan sepupu Rina, yang mengatakan bahwa Rina beserta seisi rumahnya terpaksa mengungsi ke Manado. Namun sepupu Rina itu juga mengatakan, bahwa dia dan keluarganya mengungsi ke Manado, dan tak akan pernah kembali lagi ke Ambon.
Sayangnya, Ric yang saking gembiranya mendengar bahwa Rina masih hidup, dia lupa meminta pada sepupu Rina itu alamat keluarga Rina di Manado.

Rick mendesah pelan, lalu berbalik lagi ke arah meja, menatapi foto Rina.

            Betapa berat perjuangan Ric untuk mencari tahu keberadaan Rina di Manado. Bahkan cowok itu tak segan-segan melakukan perjalanan panjang bolak-balik Ambon-Manado yang sangat melelahkan hanya untuk mencari di mana Rina berada. Setiap liburan sekolah, Ric langsung berangkat ke Manado, menghabiskan seluruh waktu liburannya dengan menjelajahi seluruh pelosok kota Manado, hanya untuk mencari Rina.

Hingga saat dia lulus SMU, Ric memutuskan untuk kuliah di Manado, sekaligus melanjutkan pencariannya. Semua itu, hampir dua tahun yang lalu.
Tahun ini, Ric sudah masuk ke semester 3. Tanpa di duga, dia bertemu dengan Rina. Saat itu Ric tengah mencari-cari bahan untuk pembuatan kliping di sebuah toko buku di pusat komersial Megamall. Tiba-tiba, mata cowok itu tertumbuk pada sesosok tubuh yang sudah teramat sangat di kenalnya. Betapa tidak, sosok tubuh itulah yang selalu mengisi setiap relung hatinya. Dia, Rina.

Mulanya Ric hampir tak percaya dengan matanya sendiri. Sebab dia sendiri hampir tak percaya lagi dengan kata-kata sepupu Rina dulu, bahwa gadis itu pindah ke Manado. Ric sendiri sering berpikir, bahwa mungkin sepupu Rina itu salah dengar, dan gadis itu bukan pindah ke Manado, tapi tempat lain.

“ Rina.... “ saking terkejutnya, Ric hampir tak bisa lagi bersuara. Kerongkongannya terasa di jejali biji buah kedondong. Terasa sekat dan entah apa lagi rasanya. Gadis yang di panggil Ric itu tak kalah terkejutnya dengan cowok itu.
“ Rick... apa.. kabar.. ? “ terputus-putus Rina menyapa Ric. Mata gadis itu bahkan berkaca-kaca. Ric sendiri, dia tak tahu lagi bagaimana mengungkapkan perasaannya saat itu. Tanpa di komando lagi, Ric langsung merangkuh Rina ke dalam pelukannya, dia lalu memejamkan kedua bola mata, yang telah di genangi oleh airmata. Sesaat semuanya terasa seperti berhenti, Ric merasa seperti beban yang selama ini dia pikul terangkat begitu saja. Cowok itu merasa lebih lega.
“ Ku pikir, aku takkan pernah menemukanmu lagi, Rin... “ bisik Ric lirih. Rina tak mampu bersuara. Gadis itu hanya sesenggukan di bahu Ric.
“ Rin ?!.... “ suara seseorang yang terdengar asing bagi telinga Ric tiba-tiba saja membuyarkan keharuan yang tengah tercipta di antara mereka berdua. Refleks keduanya mengangkat kepala. Sejenak Rina tampak gugup dan serba salah, sedang Ric menatapi gadis itu penuh tanda tanya. Nampak seorang cowok berkulit putih bersih tengah berdiri dengan tangan penuh tas belanjaan.
“ Oh... kamu, Dre... oh ya Ric, kenalin, ini Andre.. “ tukas Rina cepat, tapi agak salah tingkah. Ric lalu mengulurkan tangannya, cowok itu juga.
“ Aku Andre, tunangan Rina.. “ kata-kata yang di ucapkan cowok itu seketika menghantam Ric seperti sebuah palu besar. Seperti ada yang di renggut secara paksa dari hatinya, yang meninggalkan rasa nyeri seketika. Hampir tak tertahankan. Tapi, Ric cepat menguasai dirinya, bagaimanapun, dia adalah seorang laki-laki.
“ Namaku Ric. Aku teman baik Rina waktu kami masih di Ambon, “ akhirnya Rick memutuskan untuk menyelamatkan situasi. Dia lalu menoleh ke arah Rina dan berucap lirih,
“ Aku pikir, aku tak akan pernah bertemu lagi dengannya. Aku tak tahu Rina pergi kemana saat kekacauan di Ambon terjadi. Lucu sekali, aku datang untuk kuliah di Manado, dan akhirnya bertemu dengan dia di sini, “ Andre tersenyum, dia nampak lega.
“ Ooo... jadi kalian ini sama-sama dari Ambon manise, ya... “ cowok itu lalu tertawa dengan gurauannya, Ric juga, Rina juga. Namun keduanya tertawa dalam getir, dan Ric maupun Rina, tau akan hal itu. Setelah bertukar nomor HP, mereka berpisah.

Ric tersenyum pahit mengingat semua itu. Betapa hidup ini kadang terasa sangat aneh. Dan Tuhan yang mengatur kehidupan ini, juga sangat aneh. Saat dia berusaha mencari Rina, Tuhan malah tidak mempertemukan mereka berdua. Dan saat dia hampir putus asa, Tuhan mempertemukan mereka, namun dalam situasi yang telah berbeda. Rina sudah punya tunangan. Huh !!

            “ Ric, kok bengong melulu dari tadi ?! “ Indira berusaha menjejeri langkah-langkah panjang Ric. Mereka baru saja selesai mengikuti mata kuliah Pengantar Hukum dan tengah menuju ke arah kantin yang terletak di Basement universitas De la Salle.
“ Eng..nggak... “ kilah Ric. Namun gadis yang tengah berjalan di sampingnya terlalu cerdik untuk bisa di bodohi dengan senyuman paksa yang Ric berikan.
“ Belom dapet kiriman dari ortu, ya ?! “ cecar gadis itu lagi, cerewet amat. Ric menggelengkan kepalanya. Dia terus melangkah ke arah meja yang masih kosong, lalu duduk disana. Penasaran, Indira lalu menarik sebuah bangku plastik berwarna biru, dan duduk di samping Ric, sambil menatap mata cowok itu tajam.

“ Lalu apa dong ??!! “ tanya Indira. Ric akhirnya mengalah. Si Indira itu, rasa ingin tahunya melebihi para anggota FBI dan CIA sekalipun. Sebelum dia mendapat jawaban yang pasti, jangan pernah berharap dia akan menjauh atau menyerah.
“ Kamu tau Rina, kan ? “ Ric balik bertanya
“ Anak ekonomi yang jadi Putri Bahari itu ? “ tampang Indira sungguh sok tahu.
“ Bukan.... Rina pacarku waktu di Ambon, aku kan udah cerita sama kamu.. “
“ Oooo... itu.... emangnya kenapa ? kamu ketemu ama dia ? “ tebak Indira. Ric mengangguk.
“ Asyiiik dong.... cinta kamu yang tercecer kamu dapetin lagi....!! “ wajah Indira berseri-seri. Kayak dia aja yang sedang mengalami.
“ Tapi dia udah punya tunangan, “ lanjut Ric, membuat wajah berseri Indira langsung tersaput awan kelabu. Gadis itu cemberut, lalu bertukas marah,
“ Jahat banget dia... udah ampir dua tahun kamu nyari dia terus nggak brenti-brenti, eh... begitu ketemu, dia malah udah tunangan, nggak punya perasaan banget jadi orang !! “ tak urung kata-kata Indira yang di barengi dengan wajah cemberut itu membuat Ric tersenyum. Gadis itu memang biar suka campurin urusan orang, tapi peka banget perasaannya.

“ Nggak... itu bukan salah dia, mungkin dia pikir aku udah meninggal di Ambon sewaktu kerusuhan itu, iya kan ?! “
“ Tapi dia kok__ “ kalimat Indira langsung di potong oleh Ric.
“ Sudahlah.. kita lupakan saja pembicaraan ini, ya ?!.. kamu mau pesen apa ? bakso, mie goreng, nasi campur....pilih aja, aku yang traktir, “ Ric mengalihkan pembicaraan mereka. Sejenak Indira terdiam. Lalu gadis itu menyahut, kali ini nada suara kembali riang seperti semula.
“ Nyammm.... aku mau mie goreng ayam... “ keduanya lalu tertawa bersama.
“ Ric, aku boleh ngomong nggak ?! “ tanya Indira serius, keduanya tengah menyantap pesanan makanan masing-masing. Ric hanya mengangguk mengiyakan.
“ Ric, banyak orang suka terpaku sama masa lalu mereka, bukannya itu nggak boleh, tapi bagi aku, masa lalu itu nggak untuk di jadiin pegangan, tapi buat patokan, kalau-kalau nanti kita harus menoleh lagi kebelakang, untuk ngingetin kita ini dulu apa, gimana, darimana... gitu... “ tutur Indri pelan. Nada bicaranya terdengar lebih dewasa. Ric mengernyitkan dahinya, tak mengerti dengan apa yang di ucapkan Indira.

“ Maksud kamu apa sih, Ra ? “
“ Maksud aku, aku nggak suka kamu bersedih terus karena Rina, dia kan masa lalu kamu... lagian, kamu masih muda, belum tentu dia adalah kebahagiaan kamu yg sebenarnya. Kita tuh, semuanya masih dalam proses pencarian. Ya mencari jati diri, ya masa depan, ya temen hidup... semuanya deh !! jadi, aku cuman minta kamu untuk jangan sedih lagi, tuh... di kampus sini kan banyak cewek cakep, ada Winny.. ada Sally.. ada Marlyn...ada Nancy...ada Peggy...ada Nivi...Natalia..semuanya sekelas ama kamu lagi, tinggal di pilih mau yang mana. Mau yang rambut panjang...rambut pendek..kulit putih...item.. “ si Indira kumat lagi ceriwisnya. Namun semua itu sebenarnya membuat Ric tersadar. Hidup ini masih panjang. Masih banyak hal yang harus di hadapi, dan persoalan CINTA, itu hanya salah satu dari sekian problematika hidup manusia.

Perlahan namun pasti, rasa nyeri di hati cowok itu mulai mereda. Mungkin memang butuh waktu untuk menyembuhkan luka itu, tapi dia yakin, dia pasti bisa. Toh jodoh dan hidup manusia itu Tuhan yang  ngatur. Kalau emang Rina jodohnya, pasti akan ketemu lagi nanti. Tapi, seperti kata Indira, dia masih muda. Ric tersenyum, dalam hati dia mengiyakan kata-kata sahabatnya itu. Kan ada Sally...ada Peggy...Ada Nivi....Ada Marlyn...Ada Winny..dan juga Indira, biarpun ceriwis bin cerewet, dia juga kan cewek...

“ Ngapain senyam-senyum kayak kerbau sakit gigi, gitu ?! “ Indira bertanya curiga. Ric makin melebarkan senyumannya, kali ini, terlihat manis sekali.
“ Aku mau melanjutkan hidup aku, Ra. Thank’s buat segalanya, ya ?!... “ cowok itu lalu melenggang pergi, kembali ke kelas untuk mata kuliah berikutnya. Meninggalkan Indira yang terdiam penuh tanda tanya, lalu tersentak dan menjerit keras,
“ Riiiiiccc............makanannya belom di bayar, niiiiihhhhh !!!....... “

( Ric Hongarta...sorry banget... )

                                                T H E     E N D



YANG TAK TERGAPAI

Inspired from a true story (hehehehehehehe)....Prolognya : mereka akhirnya jadian (hmmmm) dan sudah mau menikah (HAH???!!)..Emang gue pikirin? Yg nulis kan gue , hehehehehehe (nyengir lagi)
Photo: www.lovealwayssunny.com

YANG TAK TERGAPAI


“Jil, kamu lagi kenapa, sih? Kok bengong begitu?!“ Alfred menepuk pundak sahabatnya. Pelajaran teknik gambar sudah di mulai sejak hampir setengah jam yang lalu, namun cowok imut itu masih saja terpaku di depan Laptop-nya, tanpa melakukan kegiatan apa-apa.
“ Ah, tidak ada apa-apa,“ jawab Jillian pendek, namun dia sempat menyisakan senyum agak-agak misteri, membuat Alfred jadi lebih penasaran.
“Lagi jatuh cinta, ya “ todong Alfred. Jillian hanya mengangkat bahu-nya.
“ Siapa sih dia?“ rasa penasaran Alfred yang memang agak-agak di luar batas membuatnya terus mencecar Jillian.
“Kamu nggak kenal dia, Al,“ jawab Jillian pendek, dan langsung mengemasi peralatan menggambar-nya. Bel tanda pulang sudah berdentang.

Jillian tengah melaksanakan tugas rutin sorenya, menyiram bunga-bunga milik Mama-nya di halaman depan, saat sesosok tubuh lewat di depan rumahnya. Hati cowok itu tiba-tiba berdebar keras.
“Hai Jill, bunga-bunga Mama-mu bagus-bagus, ya ?!“ sosok itu menyapa. Jillian tak mampu mengangkat wajahnya, lututnya-pun gemetaran.
“I...iyy..ya...“ cowok berwajah bayi itu mencoba untuk berbicara, namun yang keluar dari kerongkongannya malah mirip desahan. Dalam hati dia memaki dirinya sendiri, namun Jillian tak bisa berbuat apa-apa, pesona sesosok tubuh itu terlalu kuat untuk di tepis.
“Pulang dulu ya, Jill?!!“ dia melambaikan tangannya. Jillian hanya mengangguk pelan, tentu saja masih dengan kepala yang tertunduk.
Sepanjang malam itu Jillian terbaring nyalang. Segala macam perasaan campur-aduk di dalam hati-nya. Dia terus memikirkan sesosok tubuh itu. Mempesona, terlalu mempesona bahkan.
Dan ketika akhirnya dia jatuh tertidur, Jillian memimpikan sosok itu, yang datang mencium pipi-nya. Sialan !!

“Al, aku nggak bisa terus-terusan begini!“ Jillian akhirnya tak bisa menahan semua persoalan  itu sendiri dalam hatinya.
“Terus-terusan gimana?“ tanya Alfred heran. Dia sama sekali tak mengerti kemana arah pembicaraan Jillian.
“Aku lagi fall in love, berat!!“ suara Jillian lebih mirip pengeluhan, wajahnya berubah muram.
Fall in love aja, kayak orang lagi kehilangan duit sekarung. Resah amat?!“ ledek Alfred.
“Masalahnya nggak segampang itu, Al,“ mata cowok itu menerawang jauh. Alfred memandangi sahabatnya prihatin, namun agak jengkel. Gara-gara lagi fall in love, belajar udah nggak beres, utang bakso-nya ke Alfred jadi tertunda-tunda.
“Kenapa.....beda agama? dia jauh? dia nggak suka kamu?!!“ Alfred bertanya seperti kesurupan.
“Itulah yang aku nggak tahu, suka aku sebenernya apa enggak...“ keluh Jillian
“Yeee....kamu ini jatuh cinta-nya sama Britney Spears, ya?!! “
“Britney sih kalah menarik sama dia....“ puji Jillian tanpa memperdulikan ledekan sahabatnya itu.
“Jill....Jill..kamu ini yang bener aja, siapa sih gadis itu ?!“ Alfred merasa sangat heran. Jillian yang populer, di sukai banyak cewek di sekolah, kini bertekuk lutut pada seorang gadis misteri? apa sih kelebihan gadis itu yang bikin Jillian tergila-gila padanya?! seribu pertanyaan bergelayutan di otak Alfred (Bergelayutan..monyet kaleeee,hehe)
“Dia itu Al, nggak ada dua-nya. Cukup cantik, smart, pokoknya...“ mata Jillian kembali berbinar-binar, namun langsung redup melihat tampang sahabatnya yang udah di tekuk kayak lutut itu.
“Jill, aku nggak tanya sempurna apa enggak-nya gadis itu, aku tanya siapa dia dan apa aku kenal dia??!!!“ Alfred jadi sewot melihat tingkah Jillian yang udah kayak orang bego lagi bingung.
“Sudah ah!! tanya melulu....biar di paksa-pun aku tidak bakal kasih tahu siapa dia sama kamu!! “ balas Jillian ikutan sewot. Dia lalu meraih tas gantung-nya, dan melangkah pergi, meninggalkan Alfred yang malah jadi lebih bingung melihat reaksi Jillian.

Sepeninggal sahabatnya, Alfred mulai memutar otaknya, mencoba menerka-nerka siapa gadis yang menyebabkan Jillian jadi seperti kehilangan pegangan hidup seperti itu.
Si Eni memang cantik, tapi Jillian tidak suka dia, sebab katanya Eni itu manja-nya nggak ketulungan. Si Reyna, bisa jadi. Tapi dia kan baru pacaran sama si Gatot ?. Si Angel, pasti enggak, selain dia terlalu cantik seperti kata Jillian (maklum setengah bule), dia juga matre amat, dan nggak suka sama cowok yang kere kayak Jillian, maupun Alfred sendiri (ngaku kere, nih yee!!)
Alfred mengacak rambut-nya sendiri, dia jadi pusing mikirin semua itu. Mendingan pulang ah !!
Sebulan sudah berlalu, Jillian-pun kelihatannya udah mulai normal dan waras lagi.
“ Hai Jil, gimana nih kabarnya ??!! “ Alfred lebih dulu menyapa sahabatnya. Sudah sebulan ini mereka berdua marahan.
“ Baik aja, kamu ?! “ Jillian merasa agak surprise. Soalnya si Alfred kan anak-nya gengsian banget. Dari dulu, mana mau dia menyapa Jillian duluan kalau mereka lagi marahan. Selalu Jillian yang bikin langkah pertama dalam rangka mau berbaikan dengan Alfred.
Sama-lah. Gimana, sudah lewat acara fall in love-nya?“ Alfred bertanya setengah bercanda.
“ Sudah apaan? aku masih jatuh cinta sekalian patah hati, “ tukas Jillian datar tanpa emosi
Alfred menatapi wajah imut sahabatnya, ada kesungguhan di sana. Kayaknya si Jillian bener-bener lagi menderita, deh !!
“ Aduh Jill...kenapa lagi, sih ?? “
“ Al, dia itu ibarat-nya bintang di atas langit, berkilauan dan memikat hati, namun tak tersentuh oleh tangan kita... “ ucap Jillian mulai berpuisi.
“ Pasti Shakira !! “ tebak Alfred asal, soalnya Jill kan fans berat sama penyanyi itu.
“ Mungkin.......udah ah !! aku ke perpustakaan dulu Al, nanti kita pulang barengan, ya? “ Jillian menyudahi percakapan mereka. Dia lalu berjalan menjauh dari Alfred, dengan hati yang mulai resah.

Kalau saja kamu tau, kalo dia itu adalah Kak Nada, kakak kamu itu, pasti kamu akan menelanku hidup-hidup, Al, Jillian berkata dalam hatinya.

Ah...Kak Nada...kenapa hati Jillian bergetar setiap kali mengingat-nya? kenapa Jillian tidak bisa tidur gara-gara mikirin dia?.
Jillian mulai merasa berdosa. Kak Nada kan udah menikah dan punya anak, tapi Kak Nada masih cantik, dan Jillian jatuh cinta sama dia, ALAMAAAAAAAKKKK.......!!!!!!!!

(Manado 2003, to a special one ; ST)





26 Oktober 2011 | By: nsikome

BIARKAN CINTA BICARA

To a friend : You know who you are .....
Photo : www.kumpulangambar.com

BIARKAN CINTA BICARA


            “ Pokoknya Mama nggak mau tahu, Mama nggak kepingin denger alasan apapun dari kamu, hanya satu yang Mama mau, yaitu kamu harus menghentikan hubungan antara kamu dan Rama, titik !! “ suara Mama terdengar marah sekali, Asti sampai gemetar melihat Mama jadi histeris kayak gitu. Seumur hidupnya, gadis itu belum pernah melihat Mamanya marah sampai seperti itu.
“ Ma….. Asti salah apa ? kan Mama sendiri yang bilang, kalo sekarang Asti bisa ngenalin pacar Asti ke Mama... “ tukas Asti agak-agak gemetar
“ Ima... ada apa ini, sampe teriak-teriak segala ?... “ suara Nenek terdengar dari ruang nonton. Isak Asti yang tadinya tak terdengar kini mulai bersuara.
“ Nggak apa-apa, Bu. Saya cuman ngajarin Asti, agar dia jangan sembarangan milih pacar.. “ suara Mama Asti melemah.
“ Tapi jangan sampai teriak-teriak kayak gitu, malu kan kedengeran sama tetangga, “ sahut Nenek menasehati.
“ Ya sudah... pokoknya Mama nggak mau dengar apalagi sampai lihat kamu masih berhubungan sama anak sialan itu !! “ tambah Mama mengakhiri kalimatnya dengan nada mengancam, lalu berbalik menghambur ke arah kamarnya.
Tinggal Asti yang terdiam tak mengerti, gadis itu bingung dengan sikap Mama-nya. Dua bulan yang lalu, Mama ngomong sama Asti, kalau Asti sudah bisa punya pacar kalau dia sudah menginjak usia ke -17. Dua minggu yang lalu gadis itu merayakan Ultah seventeen-nya. Dan hari ini, dengan persetujuan Mama, Asti mengajak Rama untuk berkenalan dengan Mama. Sampai di rumah Asti sengaja meninggalkan Rama sendirian dengan Mama, sebab kata Mama dia ingin mengenal Rama lebih mendalam, ingin mengajukan pertanyaan tentang siap Rama, siapa keluarganya, dan segala macam pertanyaan lain.
Namun, saat Asti kembali dari kamarnya, Rama sudah tidak lagi berada di ruang tamu, yang ada hanya Mama dengan wajah memerah seperti menahan amarah, tengah menunggu Asti yang lengsung menyemprot gadis itu begitu dia tiba di hadapan Mamanya.
            “ Ta, aku sama sekali nggak ngerti dengan sikap Mama aku, kemaren dia bilang aku udah boleh pacaran, begitu aku kenalin Rama ke Mama, dia jadi histeris. Menurut kamu, Mama-ku cuman bercanda saat bilang aku udah boleh pacaran, atau apa ada yang salah dengan Rama, ya ? “ tanya Asti pada Ita sahabatnya, saat mereka berdua tengah beristirahat di depan halaman fakultas.
“ Kenapa kamu nggak tanya langsung pada Rama, Ti ? “ saran Ita tanpa mengalihkan perhatiannya pada es krim di tangan gadis itu.
“ Aku sih pengennya begitu, tapi semenjak hari itu, Rama kelihatannya enggak mau bertemu dengan-ku. Setiap kali aku mencarinya, Rama selalu nggak ada, “ keluh Asti kedengaran agak putus asa.
“ Yah.. kalau di kampus nggak bisa ketemu, kenapa kamu nggak samperin dia ke rumahnya aja ?! “ usul Ita
“ Iya..ya...usul kamu boleh juga, Ta. Tapi gimana caranya ? aku sendiri nggak tahu rumah Rama dimana... “
“ Gampang... tanya aja sama Andre, dia kan sahabat Rama yang paling dekat, nggak mungkin dia nggak tahu rumah Rama, kan ?  “
            “ Ti, bukannya aku nggak pengen kasih tahu, tapi Rama sendiri yang bilang ke aku, kalau dia udah nggak mau punya urusan apapun dengan kamu... “ Andre menatap Asti. Sebenarnya dia agak kasihan dengan gadis itu, tapi Rama sendiri yang nggak pengen ketemu gadis itu lagi.
“ Aku hanya pengen tahu, apa yang sebenarnya terjadi antara Rama dan Mama-ku hari itu, Ndre... soalnya aku sampai sekarang masih bingung... “ tutur Asti pelan, mata gadis itu mulai berkaca-kaca.
“ Please, Ndre.... aku cuman pengen tahu dimana rumah Rama, aku nggak bakal kasih tahu ke dia kalau kamu yang ngasih alamatnya ke aku, please.... “ ada airmata yang mulai jatuh di pipi gadis itu. Namun cowok berkacamata di hadapannya itu hanya menggelengkan kepalanya pelan, sambil berucap lirih,
“ Aku nggak bisa, Ti... maafin aku, ya.. “ Andre lalu beranjak pergi meninggalkan Asti yang terpaku dengan kedua pipi basah airmata. Tanpa gadis itu sadari, dari balik rimbunan semak-semak perdu di belakangnya,  Rama, tengah menatap Asti dengan pandangan tersiksa, sebenarnya dia ingin menemui gadis itu, namun kata-kata Mama-nya Asti kembali mengiang di telinga Rama, membuat dia mengurungkan niatnya untuk bicara pada gadis itu.
Sakit kepala Asti yang selalu muncul semenjak pertengkaran dia dengan Mamanya memaksa gadis itu untuk pulang ke rumah lebih awal hari ini. Gadis itu baru saja hendak melangkah naik ke kamarnya saat dia mendengar suara orang terisak dari arah kamar Nenek. Perlahan Asti berjingkat ke arah kamar itu, sakit kepalanya mendadak hilang tak berbekas.
“ Bu... bukannya saya jahat sama Asti, saya cuman nggak mau dia menderita seperti saya, Ibu tahu sendiri bagaimana saya begitu menderita selama ini.... “ terdengar suara Mama Asti. Gadis itu lalu menarik kursi plastik lalu naik ke atasnya dan mulai mengintip ke dalam kamar lewat celah-celah ventilasi di atas pintu. Nampak di dalam kamar Mama-nya tengah menangis di pangkuan Nenek di atas tempat tidur.
“ Ima... kamu harus tahu, itu adalah masa lalu. Asti adalah masa  kini dan juga masa depan-mu, bukan begitu caranya bila kamu hendak melindungi dia... “ Nenek membelai kepala Mama Asti
“ Bu... kalau bukan karena mereka memaksa hendak menikahkan bang Hendri dengan Ibu Rama dulu, Asti pasti masih punya Ayah, dan kami pasti bahagia sampai saat ini, pasti bang Hendri belum meninggal,.... “
Asti mulai tertarik dengan kata-kata Mama-nya. Sepertinya Mama-nya itu kenal betul dengan Ibunya  Rama. Gadis itu lalu memasang telinga-nya lagi.
“ Tapi itu sudah takdir dari yang maha kuasa, Ima... kita manusia hanya bisa ikhlas menerima... “ kembali Nenek bersuara bijak
“ Tidak !! itu bukan takdir, Bu... kalau mereka tidak menulis surat palsu pada bang Hendri, bahwa aku memilih untuk menikahi laki-laki pilihan Ayah, bang Hendri tak akan  pernah terjun dari jurang itu, Bu... tanpa tahu bahwa aku sedang mengandung anaknya...... “ Asti terkejut mendengar semua itu. Selama ini, setiap kali Asti mengajukan pertanyaan tentang Papa-nya, Mama-nya tak pernah mau menjawab selain bilang bahwa Papa Asti adalah laki-laki yang sangat baik, dan dia sudah meninggal saat Asti masih berada dalam kandungan.
“ Ibu tahu, Ima... namun itu tak boleh jadi alasanmu untuk menyiksa Asti. Rama boleh saja anak Rina, perempuan pilihan orangtua Hendri, tapi dia dan Asti hidup di jaman yang berbeda, mereka berdua punya perasaan, kamu harus sadari itu, Nak... ““ Jangan buat mereka mengalami penderitaan sama seperti yang kau alami, Ima... kau sudah tahu bagaimana rasanya. Apa kau ingin Asti mengalami penderitaan yang sama dengan-mu ? “ lanjut Nenek lagi
“ Bu.... bertahun-tahun saya berjuang untuk menghidupi Asti, bertahun-tahun saya berusaha untuk melindungi dia, saya nggak ingin dia terluka seperti saya... saya menderita sekali selama ini, Bu... saya sama sekali nggak pernah bisa menghapus bayangan Bang Hendri dari pikiran saya.... tak pernah sedikitpun hadir dalam benak saya untuk mengganti posisi Bang Hendri dengan laki-laki lain. Bang Hendri adalah cinta pertama, dan juga terakhir saya..... “ Airmata Asti tak tertahankan lagi, kini gadis itu mendengar kisah Mama-nya, cerita yang sejak dulu dia ingin tahu. Kini dia mengerti, kenapa Mama-nya marah pada Rama. Ternyata cowok itu adalah anak dari perempuan yang pernah di jodohkan oleh orangtua Papa Asti. Dia merasa sedih sekali, sekaligus terharu dengan kisah hidup Mama dan Papa-nya. Cinta mereka begitu kuat, sampai-sampai Papa-nya memilih untuk mati daripada nggak bisa bersama dengan Mama Asti. Dan Mama Asti yang tak berhenti mencintai Papa-nya hingga detik ini.
“ Ma..... Asti udah denger semua.... “ tiba-tiba saja gadis itu sudah menghambur masuk ke kamar neneknya
“ Asti..... “ Mama Asti tampak terkejut, namun gadis itu langsung menghambur ke pelukan Mama-nya
“ Ma.... Asti janji sama Mama, Asti bakal jaga diri baik-baik... Asti sayang sama Rama, namun perjalanan Asti masih panjang, dan ada banyak cita-cita yang pengen Asti raih. Kalau memang Asti dan Rama berjodoh, biar CINTA yang bicara, agar nanti nggak akan ada yang terluka... nggak kayak Mama dan Papa.... “ tutur Asti di sela-sela tangisnya
“ Maafin Mama ya, Ti.... Mama sebenarnya cuman kepengen melindungi kamu, tapi otak Mama tertutup dengan luka dari masa lalu Mama.... “ perempuan itu langsung merengkuh Asti ke dalam pelukannya. Dia memeluk anak-nya erat-erat.
“ Asti nggak pernah marah kok sama Mama, Asti sayang banget sama Mama.... “ gadis itu balas memeluk Mama-nya erat-erat.  Sementara itu, di pintu depan Rama tengah berdiri dengan seikat bunga di tangannya. Dan, Asti tahu, damai itu sudah ada di sana....

(June 05’ to  a little sister ; Asye, rest in Peace..)


23 Oktober 2011 | By: nsikome

RAHASIA RANI (Novel Episode 2)

Hai guys.... The Lost City udah kelar, and makasih banyak yang udah setia selama berbulan-bulan ngikutin ceritanya ya.. Dan, Rahasia Rani adalah novel baru, yg setiap episode-nya terbit di hari Senin, buat gantiin TLC (Golden Mountain). Ceritanya keren abis (one of my favorite)..so Enjoy guys!!
Photo : www.randommization.com


Rani terbangun oleh percikan air yang menimpa mukanya, perlahan dia membuka kelopak matanya yang terasa berat. Samar-samar dia melihat wajah Ayahnya yang kelihatan sangat kuatir.
“ Rani...kamu baik-baik saja, Nak ? “ tanya Ayah Rani cemas
“ Rani nggak apa-apa kok, Pa. Hanya haus sekali.... “ Rani menjawab lemah. Tidak tahu bagaimana caranya, Ayah, Ibu, dan Kakak Rani sudah berada dengannya di dalam lorong itu. Anehnya, batu biru yang tadi di lihat gadis itu sudah hilang.
“ Bagaimana kalian bisa menemukan aku ? “ tanya Rani heran.
“ Si penunjuk jalan yang menemukan kamu, dia tahu bahwa di sekitar tempat ini ada banyak lobang² seperti ini yang jadi perlindungan orang-orang sekitar saat melintasi padang gurun dan tiba-tiba ada badai datang, kami sudah mencarimu di sekitar padang gurun selama hampir 1 jam, saat Mama melihat lobang kecil itu ! “ Andi kakaknya menjelaskan panjang lebar. Rani tertegun, untung saja mereka menemukan dia, kalau tidak dia mungkin akan mati kehausan.
Mama yang sejak tadi hanya diam mengamati Rani, tiba-tiba menyeletuk,
“ Ran, kok lehermu biru membengkak begitu ? tadi kayaknya nggak ada, deh ! “
Rani meraba bagian leher yang di tunjuk Ibu-nya, ada rasa nyeri di dekat tengkuknya.
“ Iya ya Ma, sakit nih ! mungkin tadi waktu batu biru itu meledak, Rani terpental jatuh dan bisa jadi waktu jatuh leher Rani sempat terbentur di batu. “ Jawab Rani mencoba memberi penjelasan kepada Ibunya, dan juga kepada dirinya sendiri.
“ Batu biru ? apaan tuh, Ran ? “ Andi bertanya heran sambil mengerutkan keningnya. Ayah dan Ibu-nya juga ikut-ikutan memandang Rani heran campur kuatir.
Rani tiba-tiba menyadari bahwa tak ada gunanya menceritakan kepada mereka tentang batu bercahaya biru yang sempat di lihatnya tadi. Mereka pasti akan bilang bahwa Rani menggigau, namun Rani sadar benar bahwa dia tak pernah bermimpi sedikitpun.

Karena kejadian hilangnya Rani di padang gurun pasir dan juga keadaan Andi yang bertambah sakitnya, membuat Ayah memutuskan untuk segera pulang ke Indonesia, dan menghabiskan sisa liburan mereka di sana. Rani menggerutu kesal saat mendengar keputusan ayahnya itu, sebab dia sebenarnya masih ingin berkeliling di negara yang memiliki salah satu dari 7 keajaiban dunia itu.

Seminggu kemudian, Rani sudah harus masuk sekolah lagi. Dia merasa agak-agak malas, tapi karena harus dan juga demi masa depannya, gadis remaja yang ingin menjadi petualang yang berkeliling ke seluruh penjuru dunia untuk melihat-lihat keajaiban-keajaiban masa lalu yang masih bisa di lihat saat ini, seperti “the city of the dead” Alexandria di Mesir, puing-puing candi Parthenon di Athena - Yunani, atau candi suku Maya di Meksiko, semua itu ingin sekali Rani kunjungi, dan satu²nya untuk bisa mencapai impiannya itu, adalah belajar lebih giat, agar bisa mencapai cita-citanya.

Hati Rani merasa sedikit terhibur saat memikirkan seseorang yang sangat spesial di hatinya, yang nanti akan dia temui di sekolah, yaitu Didi. Cowok manis berkaca mata, yang baru pindah ke sekolah Rani dua bulan yang lalu, dan duduk di depan bangku gadis itu.
Semenjak hari pertama Didi masuk ke kelas Rani, gadis itu langsung merasa ada yang aneh di hatinya. Dan semua perasaan yang dia rasakan, langsung di tumpahkan ke dalam buku harian yang sialnya di temukan kakaknya Andi.

Langsung deh, seisi rumah pada tahu bahwa Rani lagi jatuh cinta sama Didi. Bahkan yang paling menyebalkan, adalah sampai sebulan Ibu dan Ayahnya masih suka meledek Rani tiap kali lagi kumpul di meja makan. Dan yang paling parah lagi, Rani hanya bisa tersipu-sipu tanpa bisa membalas ledekan seisi keluarganya yang sangat dia sayangi itu, namun juga adakala bikin Rani gondok setengah mati.

“ Ran.....!! kamu ikut Papa apa Andi ? “ suara Ibu-nya mengagetkan Rani dari lamunan pagi gadis itu.
“ Ikut Papa aja, Ma, sebel kalau di antar Kak Andi ! “ tukas Rani sambil bergegas meraih tas-nya.
“ Rani ke sekolah dulu ya, Ma..... “ gadis itu mengecup pipi Ibu-nya sekilas, dan langsung berjalan menuju mobil Ayah-nya, siap untuk memulai hari pertama “back to school”, setelah liburan 2 minggu.

“ Rani !! aduh kulit kamu jadi gosong gitu, gimana liburannya ? “ baru saja Rani memasuki pintu kelas, Winda sahabat karib-nya sudah mencecar Rani dengan pertanyaan.
“ Ran, mana oleh-oleh untukku ?!! “ suara Rino, satu²nya cowok di dalam gank Rani terdengar dari bawah meja.
“ Ngapain kamu nongkrong di bawah meja, No ? cari pulpen lagi ya... “ Rani tertawa melihat tingkah temannya itu, soalnya si Rino setiap pagi kerjanya cari pulpen ketinggalan milik anak-anak yang masuk kelas sore.
“ Rino, lupa ya kalo anak-anak kelas sore juga liburan kayak kita ? “ si Winda berujar sambil di iringi tawa Rani.
“ Eh Ran, gimana liburan di Mesir, enak nggak ? “ tanya Winda ingin tahu
“ Enak apaan, gara-gara si buntut Keledai Andi, kita semua terpaksa harus pulang sebelum liburan selesai, nggak sempet deh liat kuil Abu Simbel* !! “ jawab Rani setengah menggerutu.
“ Emangnya kenapa dengan cinta-ku itu ? “ Winda lagi-lagi bertanya, dia memang selalu ingin tahu segala hal yang berhubungan dengan si Andi, sebab dia suka banget sama kakak Rani itu, nggak hanya suka, cinta malah !
“ Tau aja dia itu orangnya nggak bisa bepergian jauh, naik unta keliling padang pasir saja langsung sakit ! kita terpaksa harus pulang gara-gara si buntut keledai itu ! “ rasa penasaran Rani belum habis-habis juga
“ Hussss...Ran, idolamu tuh datang ! “ Winda berbisik sambil menunjuk ke arah pintu. Hati Rani tiba-tiba langsung berdebar keras, apalagi saat Didi menoleh ke arahnya seraya memberi ucapan  selamat pagi.
“ Pagi, Ran..pagi semua..... “ suara cowok kiyut itu terdengar bagaikan nyanyian merdu di telinga Rani
“ Duh...Rani di kasih selamat pagi duluan nih yee...... “ Rino berbisik meledek di telinga gadis itu, dia juga tahu bahwa Rani suka sama Didi.
“ Rino ah !! “ sebuah tepukan langsung melayang di pundak cowok yang tingkah-nya agak² kenes itu. 

Bel tanda pelajaran di mulai berdering tiba-tiba, anak-anak yang tadinya masih pada keluyuran di luar langqung berlarian menuju ke dalam kelas, banyak yang mulai panik, sebab pelajaran pertama hari ini adalah Aritmetika oleh Ibu Lasut, yang terkenal dengan hukuman unik-nya kalau dia lagi mengajar dan ada yang tidak meperhatikan, yaitu : berdiri di sudut kelas hingga jam pelajaran selesai dengan kaki yang di angkat satu, sementara jari telunjuk dan jari ibu membentuk bulatan seperti kacamata, dan di taruh di depan mata.
Saat pertama Ibu Lasut memberlakukan hukuman itu, Rani-lah yang lebih dulu tertawa dan di ikuti oleh hampir seisi kelas. Akibatnya, hampir seisi kelas di hukum, setelah itu, tak ada lagi yang berani tertawa, sebab kaki mereka semua pada pegal² sehabis menjalani hukuman unik itu.

“ Pagi anak-anak !!!! “ suara Ibu Lasut yang khas muncul di depan pintu kelas
“ Pagi Buuuu....!! “ terdengar bunyi koor seisi kelas menyahut guru mereka
Ibu Lasut langsung menuju tempat duduknya, dan mulai membuka buku absen yang sudah di taruh Anwar sang ketua kelas di atas meja guru.
“ Win, Ibu Lasut lupa mengunci retsluiting-nya “ Rani berbisik pada Winda di sebelah, yang langsung senyum-senyum geli melihat pemandangan itu.
“ Win, bilang dong sama Ibu Lasut....kamu kan anak kesayangannya di kelas ini !! “ bisik Rani lagi. Sayangnya aksi Rani itu di lihat oleh sang Ibu guru, malang bagi Rani, hari pertama di sekolah sudah harus dia jalani dengan hukuman unik ala Ibu Lasut.
“ Maharani !! ke sudut !!! “ suara Ibu Lasut menggelegar
“ Tapi Bu..... “ Rani mencoba untuk membela dirinya
“ Tidak ada tapi-tapian, dan tidak ada tawar-menawar !! “ kata² Ibu Lasut yang tegas tak terbantah membuat Rani tak bisa berkutik. 

Dia merasa kesal sekali, sebab dia yang tadinya bermaksud baik, malah di hukum tanpa mau mendengarkan penjelasannya.
Belum lagi rasa malu yang harus di tanggung Rani karena sekarang dia di hukum bukan saja di depan seisi kelas, namun yang paling memalukan adalah Didi tengah memperhatikan dirinya. Dengan muka yang mulai memerah, Rani berjalan ke sudut “legenda”, dan mulai mengangkat kaki kirinya.
“ Mudah²an ritsluiting Ibu Lasut lebih pecah dan rok-nya jatuh ke lantai ! “ Rani berkata dalam hatinya karena sebal.
Sedetik setelah itu, seperti di tarik oleh sebuah kekuatan yang tak terlihat oleh mata, ritsluiting rok Ibu Lasut rusak total, dan roknya langsung melorot ke lantai. Pemandangan itu langsung di sambung oleh tawa membahana seisi kelas, sedangkan Ibu Lasut kebingungan, masih belum menyadari apa yang terjadi pada dirinya. Dan saat dia menyadari semua itu, dengan muka merah padam, sang Ibu langsung menarik rok-nya ke atas, dan berlari panik keluar kelas, menuju ruang guru.

Rani tertegun, tak percaya dengan semua yang terjadi. Dia baru saja mengucapkan sesuatu dalam hatinya, dan semua yang dia ucapkan menjadi kenyataan. Namun dia menepis semua itu dari kepalanya. Gadis itu lalu berjalan kembali ke kursinya.
“ Hahahaha !! kamu lihat itu Ran, sekarang pasti jam Aritmetika kita bebas !! “ Rino tertawa terbahak-bahak sampai-sampai airmatanya jatuh bercucuran.
“ Kamu lihat bagaimana muka Ibu Lasut, No ? hahahahaha !! “ Winda malah terpingkal-pingkal hingga jatuh dari kursi. Seisi kelas masih terus tertawa, hanya Rani yang diam, dia masih merasa heran dengan kejadian itu. (BERSAMBUNG)