31 Juli 2011 | By: nsikome

LEGENDA ANGGREK HITAM

One of of my wildest imagination...menemukan Anggrek Hitam Pekat seperti arang..mungkin nanti dapetnya hasil silang anggrek Maron sama Arang Tempurung ya? Hehe..yg pasti, cerita ini juga based dari kebencian-ku terhadap seseorg, yg "kubunuh" dalam imajinasiku (dari pada bunuh-bunuhan beneran? Kan dosaaaa..). Hope You'll like it, as I did.

LEGENDA ANGGREK HITAM

By: N.Sikome

Suara lewat pengeras suara yang bunyi-nya benar-benar memekakkan telinga, meminta para penumpang kapal SULIFIVE untuk menyiapkan bagasi masing-masing, sebab kapal penumpang sudah mendekati pelabuhan terakhir-nya, yaitu pelabuhan SAMUDERA di kota Bitung, Sulawesi Utara.

Dengan mata yang masih setengah tertutup, ku edarkan pandangan-ku ke sekeliling ruangan “Super Ekonomi” yang di jubeli oleh penumpang-penumpang kelas terbawah. Nampak di sudut, si Eko anak Fakultas Ekonomi masih mendengkur dengan pulas-nya, seakan tak memperdulikan suara keras yang memekakkan tadi itu.

-Lara, bagasimu udah siap ? – sebuah suara menyapaku, ternyata si pendiam Sandly. Dia anak kedokteran yang jadi bagian dalam team KKN kami di propinsi yang di juluki sebagai propinsi ‘Nyiur Melambai’ ini.

-Belum tuh, aku baru saja terbangun, - jawabku datar, tanpa menoleh dari kegiatan mengemasi barang-barangku. Saat tahu bahwa kelompok KKN kami akan di kirim ke Sulawesi Utara, aku girang setengah mati. Soalnya aku kan penggemar Snorkeling, dan keindahan Taman Laut Bunaken sudah sejak lama membuat telingaku gatal, namun apa dayaku ? dengan kocek mahasiswa yang masih berharap pada orangtua, mana mampu aku kesana ?.

-Nanti kalau kamu udah siap, aku tunggu di dekat pintu keluar, bilang pada teman-teman yang lain kalau aku ada di sana untuk absen turun ! – suara Sandly yang setengah memerintah membuatku hampir mengumpat, kalau saja aku tak ingat bahwa dia adalah ketua kelompok kami. Mentang-mentang anak kedokteran, sombong banget dia itu !

-Tolong bilang sama yang lain, ya ? – ulang dia sekali lagi. Dengan dongkol aku hanya menganggukkan kepalaku tanpa sudi melihat wajah bego-nya yang di hiasi dengan kaca mata tebal dan besar, mirip dengan kacamata selam punya si Donni, abangku.

Saat tiba di ruang kedatangan, nampak sesosok gadis manis tengah mengangkat karton bertuliskan nama kelompok dan Universitas kami.

-Hallo...nama saya Sandly, saya adalah ketua kelompok ini, - sialan ! si Sandly emang pendiam beneran apa pura-pura, sih ? selama perjalanan di kapal yang hampir seminggu dari Jakarta sampai Bitung, bisa di hitung berapa kali dia membuang kalimat dari bibir-nya. Aku dengan anggota kelompok yang lain sudah akrab, namun hanya dengan Sandly seperti ada jarak. Dan sekarang, baru saja turun dari kapal, begitu melihat cewek manis yang menjemput kami, dia udah gatel kayak cacing kena panas, pake acara menyapa genit, lagi !!

-Hai...nama saya Pingkan, saya yang di tugaskan untuk menyambut sekalian mengantarkan anda sekalian ke tempat akomodasi masing-masing selama KKN di Sulawesi Utara – gadis manis itu tersenyum seraya memperkenalkan dirinya. Kami lalu memperkenalkan diri kami masing-masing.

Hari pertama kedatangan kami di kota Bitung yang merupakan kota Industri Sulawesi utara ini hanya diisi dengan acara istirahat. Maklum-lah, selama hampir seminggu berada di atas kapal dan hampir-hampir tak pernah tidur lebih dari 4 jam setiap harinya karena suara ribut orang-orang yang berjubel di kelas ekonomi membuat kami capek sekali.

Namun, hari kedua kegiatan sudah di mulai, namun belum pada inti-nya sebab kami hanya pergi berkenalan dengan pemerintah kota setempat, dan berkunjung ke hutan Tangkoko, yang terkenal dengan Tarsius Spektrum-nya, species monyet yang terkecil di dunia.

Hutan Tangkoko merupakan sebuah hutan yang boleh di bilang masih perawan. Selain lingkungan tempat tinggal Tarsius yang memang memiliki pos penjaga karena hampir selalu di kunjungi oleh orang-orang, di sekitarnya merupakan hutan berpohon lebat yang kelihatannya tak pernah tersentuh oleh langkah kaki manusia.

-Mana Tarsius-nya ????!!!! – suara si centil Rini memecahkan kesunyian, dan dia langsung di bentak oleh Sandly,

-Kalo kerongkongan kamu terbuka lebar kayak gitu, jelas aja Tarsius-nya nggak bakal nongol, Non !! binatang itu suka kesunyian !! – cowok itu lalu mencibir sinis ke arah Rini

-Bego banget kamu, San ! biar sunyi, kalo siang-siang kayak gini, kamu nggak bakalan ketemu sama tu binatang, soalnya dia hanya keluar pada saat hari sudah mulai gelap !! – aku tak bisa lagi menahan rasa dongkolku saat mendengar kata-kata Sandly kepada Rini. Terlalu pongah tu cowok, emang !

Nampak Sandly menatapku ke arahku dengan pandangan terkejut. Tapi dia hanya melengos lalu memalingkan tatapannya ke arah hutan lebat, seakan ingin menghindari tatapanku.

-Sudah...sudah...!! kalian ini bawaannya mau bertengkar melulu. Pemandangan bagus gini, mestinya bikin hati orang tentram dan damai, bukannya panas..- Epi mencoba untuk menengahi.

Rasa dongkolku yang semakin menjadi-jadi terhadap Sandly membuatku tak sudi lagi berdekatan dengannya. Guide yang membawa kami mengitari lingkungan tempat tinggal Tarsius tengah sibuk berceloteh menceritakan tentang Tarsius yang entah sudah keberapa ribu kali-nya dia ucapkan dengan kata-kata dan kalimat yang sama persis. Tiba-tiba mataku menangkap sebuah bayangan di balik pohon besar yang akar-akarnya segede betis Rambo. Gila !! bukankah itu Babirusa ? binatang langka yang kata mereka hanya orang yang benar-benar beruntung bisa melihatnya. Perlahan kudekati pohon itu, dan binatang itu benar-benar ada di sana. Mataku terbelalak di antara rasa heran dan terpesona melihat perpaduan Rusa di bagian kepala, sedangkan Babi di bagian badan. Rasa heran di hatiku melihat mahkluk ciptaan Tuhan yang aneh itu membuatku lupa pada kelompokku. Saat aku menyadari hal itu, tak sadar aku terpekik kecil, membuat Babirusa di hadapanku sadar akan kehadiranku, dan langsung berlari masuk ke dalam semak-semak rimbun lalu menghilang dari pandangan mataku.

Ku edarkan pandanganku ke sekeliling, teman-temanku bersama guide kami sudah tak kelihatan. Aku lalu memutuskan untuk mengikuti mereka, dengan cepat aku berlari menyusuri jalan setapak yang ada di hadapanku.

Hampir satu jam aku berlari, mereka masih belum aku temukan. Aku lalu memutuskan untuk berbalik ke jalan tadi, dan menunggu mereka di dekat pohon besar tempat Babirusa yang kulihat tadi bersembunyi. Namun rasa panik mendadak mulai merayapi hatiku, saat kulihat bahwa ada begitu banyak jalan setapak di dekat situ, dan aku tak tahu yang mana menuju tempat tadi.

Namun aku tahu, bahwa lebih baik duduk dan menunggu di situ, sebab mereka pasti akan mencariku. Sebab, berjalan bisa membuatku tersesat lebih jauh ke dalam hutan lebat itu. Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 10 pagi, ternyata kami sudah dua jam lebih berada di hutan Tangkoko itu. Saat aku tengah duduk-duduk sambil memikirkan langkah apa yang harus kubuat agar mereka bisa menemukan aku, tiba-tiba mataku terbentur pada batang pohon yang tak terlalu tinggi. Bukannya batang pohon itu yang menarik perhatianku, tapi sesuatu yang menempel pada permukaannya. Untuk yang kedua kali-nya aku berpikir bahwa ini adalah hari kesialan sekaligus keberuntunganku. Pertama, aku bisa melihat sesekor Babirusa, yang membuatku kehilangan jejak teman-teman sekelompokku. Kedua, aku melihat kejaiban ini. Nampak menempel di batang pohon itu, sekelompok bunga Anggrek, yang telah berbunga. Dan warna bunga-nya hitam seperti arang, yang kelihatan begitu kontras dengan daun-daun hijaunya. Seperti di dorong oleh kekuatan magis, aku segera meraih cabang demi cabang, memanjat ke atas pohon tersebut. Tanganku baru saja mau menyentuh setangkai bunga Anggrek hitam itu, saat sebuah suara lembut menegurku,

-Tolong bunga-nya jangan di petik, Nona- refleks aku menoleh ke arah suara itu. Seorang gadis cantik yang berpakaian seperti penjaga-penjaga hutan di film-film barat tengah berdiri tepat di bawah pohon yang tengah kupanjati.

-Memangnya kenapa ? – tanyaku ingin tahu, sambil meluncur turun dari pohon

-Bunga itu dilindungi, sebab keberadaannya sudah sangat langka. – jawabnya pendek. Aku mengangguk mengerti. Agak kecewa sih, sebab sudah kubayangkan senyum girang si fanatik anggrek ; Mamaku, saat melihatku pulang dengan pohon anggrek hitam pekat.

-Kalau begitu, maaf ya ?! –

-Nggak apa-apa, banyak juga yang seperti anda. Lagi ngapain di tengah-tengah hutan ? – tanya gadis itu lagi. Dengan cepat kuceritakan kejadian yang kualami, dan berharap dia akan mengantarku kembali ke pos penjaga. Namun gadis itu hanya mengangguk mendengar ceritaku. Dia lalu duduk di dekatku, dan mulai bicara,

-Tau nggak, konon bunga Anggrek hitam ini dulu adalah seorang putri – ceritanya, membuatku mulai tertarik, aku kan orangnya suka banget mendengar mitos-mitos atau legenda semacam itu.

-Oh ya ? bagaimana dia bisa jadi bunga Anggrek hitam ?-

-Putri itu adalah seorang pencinta bunga anggrek, semua warna bunga itu sudah berada di istana-nya. Namun dia masih belum puas, sebab ada satu warna yang masih belum ada, yaitu warna hitam. Putri itu lalu berkelana mencari Anggrek hitam itu, hingga suatu ketika dia bertemu seorang penyihir yang berkata bahwa dia sanggup menghadirkan bunga tersebut, tapi dia harus menyerahkan pacarnya yaitu seorang Pangeran dari negeri tetangga pada penyihir itu. Sang putri tanpa berpikir panjang langsung mengiyakan permintaan sang penyihir, yang langsung menghadirkan bunga anggrek berwarna hitam. Namun sang putri begitu keinginannya tercapai, dia tak memenuhi permintaan sang penyihir yang menjadi sangat marah. Saking marahnya, dia menyihir pacar sang putri menjadi seekor Babirusa, lalu menyihir sang putri menjadi bunga Anggrek hitam. – gadis itu mengakhiri cerita-nya yang menurutku sama sekali tak begitu menarik.

-Lara !!!! – kamu sudah kita cari kemana-mana, ternyata lagi asyik duduk di sini, ya ?!! – suara bentakan ‘The Big Boss’ Sandly mengagetkanku.

-Sorry, San. Aku tersesat saat hendak menyusul kalian, - ucapku meminta maaf. Namun cowok itu seakan tak memperdulikan perkataanku,

-Ngapain kamu bengong di sini ? – tanya dia lagi, kasar.

-Aku melihat bunga anggrek hitam ini, aneh ya ?! – tunjukku ke atas pohon. Entah setan apa yang tiba-tiba bersarang di kepala Sandly, cowok itu langsung memanjat ke atas pohon dan dengan kasarnya merenggut setangkai bunga anggrek hitam yang sudah merekah,

-Jadi gara-gara bunga jelek ini kamu lupa pada teman-temanmu ?! – teriak Sandly seraya menghempaskan tangkai itu ke tanah

-Sandly !!! apa-apaan kamu ??? bunga itu di lindungi, tau !!- aku balas berteriak marah melihat tingkah cowok itu. Sepertinya bukan anggrek itu objek kemarahannya, tetapi aku.

Gadis berbaju penjaga hutan yang sedari tadi hanya diam mendadak mukanya memerah, seperti matahari sore hari yang baru mau tenggelam.

-Dia bajingan, dia menyakiti aku !! – serunya tertahan. Dengan heran ku tatap gadis itu, tak mengerti apa maksud kata-katanya. Gadis itu lalu mengacungkan tangannya, dan mendadak Sandly berubah menjadi seekor lebah. Aku terpana melihat kejadian di hadapanku.

-Kkkaaaammuu....puuu..tt.trrii iii...tttu ? – tanyakku terbata-bata, gadis itu tersenyum manis sekali, seraya menganggukkan kepalanya. Sandly yang kini telah berubah menjadi lebah nampak berputar-putar diatas kelopak bunga anggrek di atas pohon.

-Mulai sekarang, tugasnya adalah melayani aku untuk menebus salahnya, - tegas sang Putri.

-Boleh aku........-aku baru saja hendak bicara, tetapi seperti bisa membaca pikiranku, sang Putri mengulurkan tangannya, dan nampak sebuah tunas kecil anggrek melayang ke arahku.

-Kamu boleh mengambilnya, asal kamu mau menukarnya dengan pacarmu – ujar dia

-Pacar ? yang mana ? – tanyaku heran, perasaan aku udah hampir setahun nge-jomblo

-Yang ku jadikan lebah tadi, -

-Oh........- ku palingkan pandanganku ke arah lebah ‘Sandly’ yang terbang mengelilingi bunga itu, seraya tersenyum licik,

-Boleh, tapi aku juga punya satu permintaan, bawa aku hingga ke pos penjaga, ya ? –

Sang putri menganggukkan kepalanya, dan dalam sekejap mata, aku langsung sampai di dekat pos, yang langsung di sambut oleh wajah-wajah khawatir teman-temanku.

-Kamu kemana aja, Lara ? – tanya Andre khawatir, yang lain langsung mengerubungiku

-Aku nggak kemana-mana, cuma liat-liat ke sekitar sini, kok – jawabku

-Kirain kamu tersesat, oh ya, nggak ketemu sama Sandly ? – tanya Irene, aku cuma mengelengkan kepalaku, munafik.

-Pak, pernah dengar tentang Anggrek Hitam ? – tanyaku pada guide kami, saat teman-temanku mulai berebutan mencari bekal makan siang masing-masing.

-Maksud kamu Legenda Anggrek Hitam ? tentu saja pernah, itu kan legenda yang sangat terkenal di sini. Tapi tak pernah ada satupun yang pernah mendapatkannya. Dan konon, bila ada yang berhasil mendapatkan bunga itu, dia harus merawatnya dengan seksama, sebab bila bunga itu tak terawat, maka pemiliknya akan mendapat musibah besar. Tapi itu cuma legenda semata, kok. – tutur pak Guide panjang lebar, namun membuatku nyengir agak-agak takut, sambil melirik kedalam tasku, anggrek hitam itu ada di sana.

Hingga KKN kami selesai, Sandly tak di ketemukan lagi. Dia lalu di nyatakan hilang, sedangkan aku dengan egois-nya dan juga dengan bangga-nya membawa pulang tunas kecil anggrek hitam itu, lalu memberikannya pada Mamaku, di hari ulang tahunnya. Yang di terimanya dengan airmata bahagia. Dengan syarat, meskipun itu jadi milik Mama, tetap harus aku yang merawatnya, dengan rasa ngeri yang meracuni hatiku, tentu saja !!.. (FIN)

Keterangan :

Cerita ini hanya imajinasi semata, sampai saat ini belum pernah ditemukan bunga Anggrek berwarna hitam (hitam pekat) di Wilayah Sulawesi. Anggrek Hitam Pekat konon tumbuh di tanah Papua, entah benar apa tidak, aku sangat penasaran, I'm an Orchid Freak!!..Karena anggrek hitam yg kudapat informasinya, ternyata anggrek hijau dengan kelopak tengah berwarna hitam berbintik2 putih, atau merah tua yg terlihat "hampir hitam" dengan kelopak tengah berwarna merah muda berbintik2 coklat, boufff!!..

21 Juli 2011 | By: nsikome

Miniseri : Kisah keluarga Om Kalo dan Tanta Onya (seri 5 : SI KEKE)

Halo samua...posting seri 5 dari Kisah Keluarga Om Kalo & Tanta Onya ini, bacirita tentang dorang pe anak sayang2 si Keke, juga tentang Om Kalo pe keluarga di masa lalu..

SI KEKE

Sayup-sayup dari dalam kamar pa Keke, dapa dengar lagu-lagu manis dari grup musik Michael Learns to Rock yang punung deng kata-kata cinta mendayu-dayu. Sementara itu di ruang tamu, om Kalo deng tanta Onya sementara asyik dudu bauni televisi. Mendadak tanta Onya babuka suara.

“ Kalo, ngana ada perhatikan bae-bae pa Keke akhir-akhir ini ? “ tanta Onya batanya. Om Kalo pe mata masih turus tatanang di televisi, mar dia manyao depe bini pe pertanyaan.

“ Nyanda, Onya. Kiapa, ada yang nyanda beres pa Keke ? “

“ Bukangnya ada yang nyanda beres, mar kita perhatikan so satu minggu ini, Keke tinggal ada putar lagu sama turus, riki kita manusia pe paling biongo bahasa Inggris ini mar hafal deng itu lagu ‘paint my love’, kira gampang !! “

Om Kalo langsung haga herang pa dia pe bini dapa dengar samua itu, dia bukang herang dapa dengar Keke putar lagu sama turus, mar herang dapa dengar tanta Onya bilang tu ‘paint my love’ dengan lidah pe fasih skali. Soalnya depe bini itu, tiap dia mo coba cumu kata² yang pake bahasa inggris, salalu dia salah cumu orang pe fam.

“ Kiapa ngana haga pa kita deng mata somo tacabu bagitu, Kalo ?! “

“ E..ee..nyanda Onya, kong kiapa so deng Keke ? “ om Kalo berusaha mengalihkan pembicaraan.

“ Kita rasa, torang pe Keke lagi jatuh cinta, Kalo. Adakali kita lia, Keke senyum-senyum sandiri, tatawa sandiri, tahaga-haga rupa orang bogo-bogo ! “

“ Bagimana ngana tau kalo Keke lagi jatuh cinta, Onya ? boleh jadi ngana pe anak itu so mulai dapa panyaki bingo-bingo !! “ baru om Kalo klaar cumu tu kalimat, bantal kadera so malayang pa depe kapala.

“ Eh ngana ini Kalo sambarang bicara, biar bagitu itu ngana pe anak ! kita ini bicara serius !! “ tanta Onya so mulai bamarah. Dapa lia depe bini pe muka so mulai bengko, om Kalo langsung babuju sayang-sayang, mar stengah baterek.

“ Adoh Onya, ngana dapa lia lebe pasung eh kalu bekeng muka broot bagitu…”

“ Kalo….!! “ ancam tanta Onya, mar kali ini so bukang bantal kadera yang ada pa depe tangan, mar so asbak rokok.

“ Iyo dang Onya, kita mo stop baterek pa ngana ! skarang bicara serius dulu tentang Keke. “ om Kalo jadi ciut juga dapa lia tu asbak rokok. Dari kalo tu asbak malayang di ontak, memang langsung tandu sapi kwa’ kaluar deng sukses !!

‘’ Kita so tau sapa tu Keke pe Romeo, Kalo ! ‘’ lanjut tanta Onya serius. Dapa dengar samua itu, om Kalo biar dia sebenarnya nyanda tertarik deng depe bini pe percakapan ( banyak laki² yang pikir kalo tu urusan mendidik anak, itu cuma bini pe karja ), mar lantaran inga² tu asbak rokok tadi, dia iko-iko aros. Om Kalo lalu batanya pura² tertarik,

‘’ Sapa tu Keke pe pujaan hati, dang ?! ‘’

‘’ Si Toar, Tole’ pe anak. ‘’ tanta Onya manyao palang-palang, dari dia nemau Keke dapa dengar dorang sementara ada bicara tentang anak itu. Tanta Onya pe suara yang memang volume-nya so paling minimum itu, dapa dengar rupa ledakan bom pa om Kalo pe talinga.

‘’ Apa ngana bilang, Onya ???? Tole’ pe anak ???????? ‘’ om Kalo bataria stengah kalap. Tanta Onya riki takage jaha-jaha dapa dengar om Kalo bataria rupa kaki saribu baru gigi di panta.

‘’ Aduh rekey, Kalo’ !! palang² sadiki…..’’ tanta Onya bulum klaar bicara, om Kalo so baangka capat² dari kadera, kong langsung pigi batoki pa Keke pe pintu kamar. Baru Keke buka tu pintu, plaaaaak !!!!! om Kalo pe tangan kanan langsung malayang pa Keke pe pongo-pongo.

“ Keke, mulai hari ini Papa nemau dengar ngana berhubungan dengan itu Tole’ pe anak, awas sampe Papa dapa dengar ngana dengan dia bakudapa, bukang cuma lima jari ngana mo tirima !! “ ancam om Kalo. Si Keke yang nentau judul dan sebab sampe dapa tampeleng langsung manangis babanting di pa depe tampa tidor. Om Kalo babale dudu di kadera dengan napas masih tahela-hela lantaran marah. Tanta Onya sandiri nyanda mangarti dengan om Kalo pe reaksi. Tanta Onya pikir, om Kalo nyanda suka Keke batona, lantaran Keke masih kacino.

“ Kalo, kalu ngana nyanda suka Keke batona, ngana boleh bilang bae-bae pa dia, bukang langsung main tampeleng bagitu ! “ palang-palang tanta Onya bicara pa depe laki. Dia sandiri so tako mo basuara dapa lia om Kalo pe model tadi yang so rupa Arnold Schwazeneger di film Terminator, pe kejam skali do’en ada tampeleng pa Keke, tanta Onya tako mo basuara lebe karas, jang kage kong Terminator kase ley pa dia tu lima jare sablah, bukang soe ?!

‘’ Bukang itu depe persoalan, Onya. Kita bukang marah Keke batona, dari kita sandiri so lewat tu masa remaja rupa Keke ! ‘’ om Kalo manyao pa tanta Onya. Tanta Onya pe kening langsung mengkerut rupa ‘kukis bodok’ salah goreng, dia sandiri herang, sebab kalo om Kalo marah Keke batona, dari pertama waktu dia cirita Keke ada depe Romeo, pasti so dari situ om Kalo pi rako pa Keke. Tanta Onya mendadak tahu depe masalah ada di mana.

“ Ngana nyanda suka dia batona deng Tole’ pe anak, kang ? kiapa so Kalo ? “ tanya tanta Onya stengah menuduh. Om Kalo batengo pa depe bini, kong pindah depe mata ka Keke pe pintu kamar. Dia tiba² rasa manyasal so tampeleng pa depe anak sayang-sayang, depe Keke satu-satunya, hanya karna masa lalu, om Kalo mendadak mulai melamun, dapa inga ulang tu dulu-dulu………

Om Kalo sebenarnya bukang asli orang kampung itu, dulu om Kalo deng depe keluarga tinggal di Tataaran, di Tondano sana. Om Kalo masih dapa inga skali, waktu itu om Kalo umur 10 taong. Om Kalo ada sementara bakutulung deng om Kalo pe Papa di kobong pece, user-user burung yang datang coba mo teto tu padi-padi yang so mulai bakuning depe warna. Kage-kage, dari arah kampung, ada 4 tantara datang ka kobong pece, kong nyanda pake tanya-tanya, dorang langsung borgol kong bawa pa om Kalo pe Papa.

Depe cirita nanti om Kalo tau waktu dia pulang di rumah. Ternyata katu’ om Hentje, orang paling kaya di kampung yang lapor pa tantara katanya om Kalo pe Papa ada bapancuri pa dia pe rumah. Cek para cek, tu depe tuduhan nyanda butul, om Kalo pe Papa kaluar dari penjara, mar depê nama so terlanjur jadi rusak. Samua orang di kampung kase sarani ‘keluarga papancuri’, lantaran om Hentje kase sebarkan cirita, bahwa om Kalo pe Papa sebenarnya butul ada pancuri itu depe barang², mar lantaran dia ada sudara tantara, makanya dia orang kase kaluar dari penjara. Di skolah, samua orang basusere turus pa om Kalo, terutama si Tole’, om Hentje pe anak. Nyanda tahang deng samua itu, om Kalo pe Papa bekeng keputusan untuk pindah dari Tataaran, merantau ka kota Manado ( kong jaoh jo tu tampa merantau !! )

Nantinya om Kalo baru dapa tau, kalo om Hentje dari dulu memang so banyak kali coba bekeng busu om Kalo pe Papa pe nama, gara-gara om Kalo pe Mama. Om Hentje itu terkenal sebagai ‘kalapa tua’ di kampung, semakin tua semakin baminya. Maniso sosoro gatal sampe di ujung solop. Suka skali ganti-ganti bini, pokoknya depe semboyan ; ‘’ mati satu tumbuh seribu, so bosan pa maituaku, ganti dengan yang masih fresh dan cantik itu ! ‘’

Waktu dia baru cere deng depe bini yang entah so ka barapa belas, dia dapa lia pa om Kalo pe Mama yang waktu itu masih bulum jadi deng om Kalo pe Papa, biar dia so keriputan, so bobou tanah, om Hentje nekat pi maso minta pa om Kalo pe Mama pe orangtua, yang lantaran silau dengan om Hentje pe gigi palsu mas, langsung trima tu lamaran. Taunya om Kalo pe Mama sementara ada batona deng om Kalo pe Papa, dapa dengar depe orangtua trima tu om Hentje pe lamaran, om Kalo pe Mama langsung pangge bakulari pa om Kalo pe Papa, jadilah dorang dua kaweng koboi. Om Hentje marah skali baru dia dapa tau om Kalo pe Papa deng Mama so kaweng, mar dia nembole bekeng apa-apa. Makanya sepanjang om Kalo pe Papa pe hidop berumah tangga waktu masih tinggal di Tataaran, om Hentje salalu berusaha bekeng susah pa dorang pe keluarga.

‘’ Kalo…… !! ‘’ suara tanta Onya bekeng om Kalo langsung takage dari depe acara melamun.

‘’ Kiapa Onya ? ngana ini bekeng kage pa kita ! ‘’

‘’ Ngana ini rupa ada di bulan, eh ! so dari tadi kita ada pangge², ngana cuma acuh akang, kita riki amper pangge pa oma Wawu, ta tako ngana so kemasukan roh jaha, tadiang² bagitu bekeng kita panik ngana ini ! ‘’

‘’ Kita kwa dapa inga pa Tole’ pe Papa, Onya ‘’

‘’ Hah ?! ngana kanal pa Tole’ pe Papa ? bagimana mungkin sedangkan dorang Tole’ baru 2 taong ada bapindah kamari, deng menurut yang kita dengar Tole’ pe Pa’ so meninggal dari lama ?!! ‘’ tanta Onya herang dapa dengar om Kalo pe ucapan.

Om Kalo lalu bacirita pa tanta Onya tu om Kalo pe Papa deng om Tole’ pe Papa pe kisah. So lama om Kalo abis bacirita depe kisah lalu pa tanta Onya, sang maitua masih tahaga-haga dapa dengar samua itu. Skarang baru dia mangarti kiapa kong om Kalo brubah jadi Terminator tadi.

“ Kalo, itu kan masa lalu. Nyanda ada hubungannya dengan masa skarang. Untuk apa ngana mo banapsu bagitu dapa dengar Keke batona deng Tole’ pe anak, cuma gara-gara perkara dulu-dulu. “ palang² tanta Onya coba kase nasehat pa depe laki itu. Dia tau skali kalu om Kalo sayang pa Keke, seumur-umur Keke mulai dari lahir sampe skarang, baru tadi om Kalo taruh tangan pa dorang pe anak semata wayang itu.

“ Ngana memang butul, Onya. Cuma tu Tole’ deng depe Papa pe bekeng² pa kita pe keluarga dulu susah kita mo lupa. “ ada rasa manyasal dapa dengar dari om Kalo pe suara.

“ Kalo, dorang pe kalakuang itu bukang ngana yang musti hakimi lewat Keke deng Toar, itu Tuhan pe urusan. Noh ngana lia sandiri Tole’ so jaga dapa kredit dari depe perbuatan dulu² itu ! ‘’ tanta Onya bilang bagitu lantaran memang om Tole’ so lumpuh gara² kecelakaan motor taong lalu, kong so nembole karja.

Om Kalo langsung tadiang dapa dengar tanta Onya pe kata-kata.

‘Malam minggu, malam yang panjang, malam yang asyik ‘tuk berpacaran…..’ dapa dengar Keke bersenandung di dalam depe kamar. Keke sanang skali malam ini, soalnya tadi sore om Kalo bilang pa Keke, kalu om Kalo so nyanda marah Keke batona deng Toar, om Tole’ pe anak itu. Om Kalo katu jadi sadar lantaran tanta Onya so kase inga pa dia. Tanta Onya sandiri terangkan pa Keke, kiapa kong depe Papa marah sampe tampeleng pa dia. Pokoknya tanta Onya cirita samua pa Keke. Jadi malam ini Keke sanang biarpun dia nyanda mo bakudapa deng Toar, soalnya Toar bilang dia mo pigi pa depe Oma pe rumah di Tataaran. Keke sandiri bilang pa depe Romeo, dia nyanda mo kaluar rumah. Mar, berhubung tadi Eva, Keke pe tamang bae datang pangge pa Keke mo pigi ka harijadi pa Eva pe tamang, Keke langsung iyo akang, dari pada malam minggu cuma baforo di rumah ?

Baru abis basaleng baju, Keke langsung pamit pa depe Papa deng Mama, kong langsung bajalang mo pigi pa Eva pe rumah. Sebenarnya Keke kurang sanang Toar nyanda ada di kampung, soalnya nentau kiapa, tiap kali nyanda dapa lia Toar pe werge** biar cuma satu hari, Keke pe hati resah skali, makang rasa ada talang durian pe kuli, minum rasa ada minum captikus kadaluarsa ( memangnya captikus jaga kadaluarsa ?!! ), pokoknya nyanda tentram Keke pe jiwa-raga. Apalagi malam minggu bagini, saat Keke pe tamang² berpasang-pasangan, kong Keke merana sendirian, mana tahannnn…untung Eva datang pangge pa Keke batamang pigi pesta harijadi.

Eva pe rumah masih kira² 300 meter lagi, Keke agak tako sadiki. Soalnya kalu mo pigi pa dorang Eva pe rumah, musti lewat pekuburan. Pas Keke sampe di muka kubur, dia baru mo ancang-ancang lari, tiba-tiba dia dapa dengar suara yang dia so kanal skali, suaranya si Toar.

“ Itu cuma gossip, Rin. Sapa yang bilang pa ngana ? kita nyanda batona deng Keke, kita deng dia cuma batamang biasa ! “

Keke pe jantong bajalang dua kali lebe capat, depe rasa tako taganti deng rasa penasaran, palang² Keke bajalang badekat ke arah Toar pe suara. Suara itu datang dari balakang kubur di dekat pintu masuk kompleks pekuburan. Keke pe hati rasa tacucu dapa lia Toar sementara duduk di atas kubur deng Rini, Keke pe tamang satu klas di skolah, pe mesra dorang dua sementara ada bakupegang tangan.

“ Toar !!! ngana memang pangputar bale !!!!! “ nyanda tahang depe saki di hati, Keke langsung bataria bekeng kage pa Toar deng Rini. Nyanda pake tunggu-tunggu, Keke langsung lari pulang pa depe rumah, dengan pipi punung aermata.

“ Onya, Keke so tasono ? “ Tanya om Kalo palang-palang. Dia takage² tadi dapa lia Keke maso ka rumah rupa angin puyuh, langsung banting pintu muka kong maso pa depe kamar. Om Kalo coba tanya, Keke cuma balas deng manangis, terpaksa om Kalo serahkan tu urusan pa depe maitua. Tanta Onya memang jago babuju, nyanda sampe dua menit, Keke pe pintu kamar so tabuka.

“ Sudah, Kalo. “ balas tanta Onya babise

“ Kiapa si Keke ? ‘’ nyanda pake tunggu besok, om Kalo langsung ke pokok persoalan, tanta Onya lalu cirita pa om Kalo samua yang Keke cirita pa dia.

‘’ O…rekey, Onya. Memang rupa si Utu bilang, ‘like grandfather…..like grandson !!’. Opa deng cucu so kurang sama depe maniso, memang kwa’ tu mangga, dia mo pi babuah rambutan ?!! “ om Kalo sapu-sapu dada… rasa sayang pa depe Keke yang baru kanal cinta pe manis, kong langsung rasa tu cinta pe pait.

‘Keke…..Keke….hidop ini kasiang anak, lebe kejam dari putus cinta, mar ngana skarang sementara lewati itu proses natural seorang manusia biasa, akan ada waktu di mana ngana bakal mangarti, kalu itu hidup lebe susah dari yang ngana bayangkan..’ om Kalo berfilosofi di dalam hati……….

Paris, 05 Mars 2002

17 Juli 2011 | By: nsikome

PARDONNE....

Sebuah elegi di senja hari.....


PARDONNE


By: N.Sikome


Maaf,

Untuk semua kisah sedih yang pernah ada,
Untuk semua perih yang pernah tersirat,
Untuk semua luka yang telah tergores di dada....

Maaf,

Bukan maksud ingin sakiti hati,
Aku hanya, terlalu lama bermimpi...
Tentang cinta yang mungkin tak pernah ada.....

Maaf,

Sekali lagi untuk yang kesekian kali,
Takkan pernah cukup lewat kata dan suara,
Kuingin teriak-kan segala sesak di dada..
Tentang kau, tentang kita..
Tapi bukan tentang cinta....

Maaf,

Aku tak pernah punya rasa...
Meski beribu kali telah aku coba,
Bertahan dan terus melangkah dalam lara,
Dalam rapuhku yang tersembunyi dalam diam...

Maaf,

Meski kau takkan pernah tau,
Meski hanya terucap dalam sunyi..
Meski takkan pernah bisa kau dengarkan....

Kau, dalam segala keindahan yang kau punya,
Dalam segala kebaikan yang kau miliki,
Dalam setiap ketulusan di hatimu,

Kubiarkan kau pergi...
Semoga dalam hidup ini kau kan selalu diberkati,
Selamanya.......................................

(Paris, 19 April 2010)

YOU ARE, HERS....

Life is always an option..It's ours to choose it, good or bad, that's all depend on us, because we will livin' with, not anybody else...I'm happy, to choose YOU, and had been chooses by YOU..


YOU ARE, HERS..

By : N. Sikome

Pertemuan kembali setelah hampir sepuluh tahun kehilangan kontak terasa sangat aneh tapi menyenangkan. Setelah begitu lama aku dan kau memendam rasa marah dan dendam di dalam hati masing-masing, kita akhirnya bicara, dan bicara.

Pembicaraan yang di awali dengan serangkaian kalimat pembuka sebagai basa-basi menjadi awal dari pertemuan kita kali itu. Kau, yang selanjutnya membuka percakapan langsung menghujaniku dengan serentetan kalimat pedas yang menyalahkan diriku atas perpisahan waktu itu.

“ Kenapa kau tak mau memberiku kesempatan kedua ? padahal kau sangat tahu kalau aku begitu mencintai dirimu !! “ tukasmu pedas. Aku hanya terdiam. Aku yang selalu pandai merangkai kata-kata bahkan sering menjadikannya sebagai suatu rangkaian syair yang indah hanya terdiam.

“ Aku tahu saat itu aku salah dan selalu membuatmu terluka, tapi itu kan karena aku masih terlalu muda dan belum bisa berpikir lebih dewasa... “ demikian kau melanjutkan, membela dirimu. Aku masih terus terdiam.

“ Aku juga sering membuatmu terluka, karena kau pernah membuatku terluka.. “ kata-katamu tergantung, tak terselesaikan. Namun nada bicaramu sudah mulai melemah, tak segarang awalnya. Akupun mulai berani untuk membuka suara.

“ Aku tahu aku salah, tapi semua yang kau katakan itu takkan pernah bisa membenarkan dirimu ataupun diriku atas kejadian yang terjadi pada kita dulu itu, “ demikian aku mulai berucap.

“ Meskipun aku telah pernah berbuat kesalahan sekali padamu, tapi bukankah sudah kubuktikan padamu bahwa aku tulus dan takkan pernah lagi mengulangi kesalahan yang sama, namun kau terus saja menyiksaku, seakan ingin membuatku membayar semua yang pernah kulakukan padamu !! “

“ Tapi aku tak bisa lagi percaya !! “ selamu cepat, mulai mengandung amarah

“ Seperti katamu, kau dulu masih muda dan tak bisa berpikir dewasa, demikian juga aku. Aku saat itu masih sangat kekanak-kanakkan... “ kucoba untuk memutar kembali alasan yang kau kemukakan diawal percakapan kita.

Kau terdiam, aku juga. Tak ada lagi percakapan, kita berdua hanya terduduk diam dan saling menatap. Aku terkejut saat kutatap matamu, kulihat ada seberkas kerinduan dan keputus-asaan disana. Aku tak pernah menyadari sudah sebegitu jauh kau terluka. Kita sama-sama terluka.

Waktu seperti turut berdiam diantara kita. Bahkan malam yang kelam ikut menghiasi suasana aneh itu. Aku tak tahu apa yang tengah bergejolak dalam hatimu, namun yang aku tahu pasti adalah bahwa kemarahan dan kekecewaanku yang dulu itu masih kupendam dan terbawa hingga detik itu. Kau yang berada dihadapanku membuat semua amarah dan kesedihanku mengambang ke permukaan, dan ku tahu bahwa aku harus mengemukakan segalanya, agar kau tak pergi dengan persepsi yang keliru tentang diriku, tentang perpisahan itu.

Akhirnya semua mengalir keluar bagaikan sebuah bendungan yang bobol airnya. Kaupun tahu, mengapa kita harus berpisah, dan mengapa aku harus pergi. Bukan karena aku membenci, namun keadaaan yang memaksaku untuk berlalu dari hidupmu.

Satu hal yang tak kuungkapkan adalah bahwa sesungguhnya aku tak pernah menyalahkan dirimu atas semua itu, walaupun kau pernah membuatku terluka dan terhina. Karena kumengerti sepenuhnya bahwa saat itu kau memang hanyalah seorang anak remaja yang masih belum bisa berbuat apa-apa untuk semua masalah yang kualami saat itu.

“ Hidup ini sangat aneh, ya .. “ ungkapmu, yang lebih mirip dengan sebuah pengeluhan. Aku hanya tertawa miris. Hidup ini memang aneh.

“ Lalu bagaimana denganmu saat ini ? “ tanyaku, hendak mencari kepastian darimu.

“ Entahlah... kupikir aku bisa melupakan segalanya, tapi aku tak bisa.... “ ucapmu pelan. Angin pantai yang bertiup membuat aku mulai menggigil, betapa kuingin kau memelukku saat itu dan menghangatkan hatiku, namun seperti ada sebuah pembatas kasatmata diantara kita.

“ Apakah aku harus pergi ? “ tanyaku lagi, dengan airmata yang mulai mengalir. Sungguh, kuingin semua rasa sakit itu pergi saat itu juga. Kau hanya menggeleng.

“ Dan bagaimana dengan kita ? “ kali ini kau yang balik bertanya. Aku mulai bingung. Tak tahu harus berucap apa, harus mulai menjelaskan dari mana. Kau yang bicara tentang dia, kutahu kini bahwa meski aku selalu kau bawa dihatimu, tapi dia terlalu memujamu.

“ Kau pikir, situasi bisa berubah ? “ kau menatapku penuh harapan, namun kutahu ada keraguan disana. Angin bertiup lebih kencang. Kurapatkan jaketku, aku tak ingin bicara apa-apa. Aku hanya ingin berpikir dan mencerna segalanya lebih baik lagi.

Dan ketika akhirnya kita berpisah, entah kau sadari apa tidak, aku telah tahu apa yang terbaik untuk dirimu.

(Welcome to a brand new start days..)


R E A L L Y T H E E N D

13 Juli 2011 | By: nsikome

Puisi-CLOSE TO YOU


CLOSE TO YOU

By : N.Sikome


Waktu terus berlalu,

Menajamkan rasa, mengubah asa..

Aku toh tak pernah berharap indah,

Tentang kau, tentang kita, tentang dunia

Aku masih terluka...


Kaupun selalu diam dalam heningmu,

Meski tak pernah kau simpan rasa itu

Entah tulus, entah dusta

Aku hanya tenggelam dalam sejuta tanya..


Kembali waktu berputar jauh,

Meninggalkan semua kisah masa lalu..

Dan kau, tetap dalam setiamu,

Temani aku, temani sepi dan sedihku...

Tak banyak janji, tak ada kata


Dan aku seketika tersadar,

ketika sebuah realita menelusup kedalam relung jiwa

Tentang kau, dan rasa itu,

Tentang kita, dan sejuta tanya itu..


Dalam diammu kudapat jawabannya,

Dalam keheninganmu, terkuak ketulusan itu

Dan dalam amarahku, tersirat kasih putihmu..


Dan ku berjalan, setapak lagi mendekatimu..


Seperti air, kau mengalir dalam hidupku

Diam, hening, namun mengisi seluruh kekosongan itu

Meski begitu panjang jarak dan waktu yg harus kau tempuh

Sebab perih dihati, masih menusuk sanubari..

Dan mata hatipun tertutup rapat,

Tak pernah tahu kapan kan terbuka kembali...


Kembali aku melangkah, setapak terus mendekatimu...


Mungkin kisah kita takkan seindah cerita cinta

Karena pahit yg ada masih terasa di lidah..


Namun tahukah kau?


Dalam keheninganmu, kudapat kedamaian itu

Dan aku, entah mengapa,

Aku ingin kini terus mendekat padamu,

Mendekat pada cintamu....


(Mdo,12 juli 2011)-Closer to you ; SST..

11 Juli 2011 | By: nsikome

Miniseri : Kisah keluarga Om Kalo dan Tanta Onya (seri 4-OMA NONA)

Bakudepa ulang biar cuma lewat miniseri. Seri yang satu ini, terinspirasi dari kehidupan sehari-hari pa kita pe tanah kelahiran tercinta, yg punya 1001 macam cirita. Mungkin juga, torang samua pernah ada dalam situasi yg sama deng oma Nona, ato depe kebalikan, berada dalam posisi org2 yg bagosip tentang oma Nona. Whatever, semoga cirita ini menghibur, karna memang so itu tu depe tujuan noh..

OMA NONA

Dalam kehidupan manusia biasa, so lumrah kalo ada yang jatuh cinta, ada yang patah hati, deng di mabuk asmara. Mar hal yang sebenarnya so biasa itu, jadi luar biasa kalo yang sementara da kasmaran itu so oma umur 70 taong. Itulah yang sementara ada jadi pa oma Nona. Noh tau jo bagimana tu model² orang pa dorang om Kalo pe kampung, tu berita-berita model bagitu, capat skali menjalar, memang rupa batata’ pante. Pokoknya baru tu cirita sampe pa tanta Reni ‘ the queen of Karlota ‘, cuma dalam hitungan satu jam, so yakin dan pasti tu kabar samua orang di kampung so tau.

Oma Nona ini so 15 taong jadi janda. Depe paitua mati lantaran dapa kolera, nyanda sempat tertolong. Waktu depe paitua meninggal, oma Nona sempat basumpah nyanda akang pernah dengan laki-laki laeng, mar yah..namanya juga manusia biasa, tambah ley kalu tu yang namanya cinta so datang, rupa orang bilang, biar tai gigi rasa coklat, kwa !! hele sumpah oma Nona cuek. Mar itulah hidop ! torang nyanda akan pernah tau apa yang akan terjadi di masa datang.

Menurut kabar yang beredar, oma Nona pe jantung hati tinggal di kampung sabalah, depe nama opa Oncing. Sama deng oma Nona, opa Oncing so duda.

Pokoknya mulai dari berita itu beredar, setiap gerak-gerik oma Nona, jadi perhatian samua orang di kampung itu, kecuali depe anak-anak muda yang memang nyanda farek deng tu barang-barang bagitu.

Pagi-pagi jam 9 baru oma Nona pe pintu rumah tabuka, samua mata orang-orang yang sementara da ba smokol tinutuan pa tanta Yeni pe warong langsung melotot ka arah oma Nona pe rumah, maklum dia pe rumah kan cuma bakumuka deng tanta Yeni pe warong.

“ Ngana lia Onya oma Nona pe muka pe berseri-seri ! “ tanta Lena babise pa tanta Onya, sementara depe tangan kanan loku tu tahu isi 4 biji.

‘’ Iyo kang, ngana lia Lena, oma Nona so jaga basemengken lagi ! ‘’ tanta Onya balas babise mar depe mata so mulai jaga haga miring pa tanta Lena, soalnya ini hari tanta Onya pe harijadi, kong tanta Lena minta traktir tinutuan. Tanta Onya sih anggap itu biasa, mar dia so mulai bangka dada, lantaran tanta Lena so sampe di porsi ka tiga, kong tu tahu isi so ke 6 biji. Tanta Onya lebe resah lantaran depe utang tinutuan kalamaring pagi dia bulum bayar pa tanta Yeni.

‘’ Pagi samua !!…….. ‘’ oma Nona maso ka dalam warong dengan muka yang bersinar pe ceria rupa matahari pake lampu petromaks ( hehe !! ini cuma kita pe istilah tambahan ..)

‘’ Pagi oma Nona… !! ‘’ biasanya kalo ada orang kase selamat pagi bagitu, cuma satu

dua yang manyao, kong tu laeng angka tangan, ato sekedar kase senyum. Mar kali ini, nentau kiapa stou, samua orang yang ada sementara smokol tinutuan ato mi campur, ataupun yang sementara coba babuju pa tanta Yeni supaya tanta Yeni

kase utang rampa-rampa, koor umum babalas oma Nona pe selamat pagi. Oma Nona riki taherang-herang dapa lia tu orang-orang di dalam warong ada manyao rupa anak-anak skolah minggu ada bajawab pe depe encik deng engku.

Oma Nona langsung duduk di dekat pintu.

“ Yeni, coba ngana kase kamari tinutuan campur, mar nda’ usah pake kuli ba’, neh ?! “ oma Nona bapasang pa tanta Yeni. Tanta Yeni pe biji mata langsung manyala rupa tu burung loyot ilang kacamata dapa dengar oma Nona bilang tak usah taruh itu kuli ba’. Soalnya dia tau skali oma Nona pe selera, tinutuan campur tanpa kuli ba’ for oma Nona, bagaikan siang tanpa matahari. Pernah satu kali tanta Yeni nyanda dapa kuli ba’ di pasar, jadi dia satu hari bajual cuma tinutuan campur sasaja, nyanda pake tu kuli ba’. Karna oma Nona penasaran skali, dia cari dari Manado riki sampe Tondano, dia baru berenti setelah dia so dapa tu kuli ba’ yang dia cari. Pulang ka Manado so mulai sore, tanta Yeni so mulai basiap mo tutup depe warong, lantaran tu jualan banyak yang so laku, deng juga seperti biasa orang-orang makang tinutuan campur cuma pagi-pagi. Oma Nona saking nekatnya dia singgah beli kangkong di pasar sore, kong dia paksa pa tanta Yeni bekeng depe tinutuan campur. Makanya skarang dia bilang tak usah taruh tu kuli ba’, tanta Yeni amper dapa serangan jantung.

‘’ Apa oma Nona bilang baru-baru ? ‘’ tanta Yeni masih bulum parcaya deng depe talinga.

‘’ Kita bilang Yeni,…bekeng akang tinutuan campur, mar nyanda usah taruh kuli ba !! ‘’ oma Nona jawab dengan suara lebe karas dari yang tadi.

‘’ Tumben oma Nona nemau pake kuli ba’ ? dokter larang, oma ? “ tanta Onya basuara bapancing

“ Nyanda Onya, cuma kita kwa’ lagi badiet, tau jo tu kuli ba’ depe kalori banyak skali, bekeng lebe bangka tu badang ! “ oma Nona manyao rupa tu ahli-ahli diet. Di sablah pa tanta Onya, tanta Lena langsung tatigo dapa dengar oma Nona da bilang.

‘’ Adoh Lena, bae-bae sadiki kalo mo batalang makanang. So kabarapa porsi komaling ngana ini ? so boleh badiet akang sadiki eh, Lena. Lia kasana ngana pe badang itu so rupa tu gajah. Cuma tako kong Utu pi balaeng baru ngana tahaga-haga !! ‘’ oma Nona kase nasehat pa tanta Lena. Tanta Lena yang bulum pulih dari depe tatigo, langsung takage deng oma Nona pe bicara, nyanda rekeng tiga tanta Lena langsung ba nae darah.

‘’ He oma Nona, urus jo oma pe diri sandiri, tak usah mo urus orang pe hidop. Kita

mo gode, ka mo gendut, itu kita pe urusan !! ‘’

‘’ Kita bukang mo urus orang pe hidop, cuma sayang pa ngana, tiap bulan musti bili baju baru, lantaran tu baju lama so nyanda muat di badang. Deng nyanda bagus dapa lia ngana pe bodi so model oto trek bagitu, so nyanda sexy, Lena. ‘’ kali ini

tanta Onya yang tatigo dapa dengar oma Nona bilang tu kata ‘sexy’

‘’ Betul itu apa oma Nona punya kata, perlempuan musti tampil sexy, biarl paitua nyanda bosan liat ! ‘’ mister Opo yang daritadi cuma badiang iko nimbrung di percakapannya dorang, dengan depe logat khas suka kase baku campur tu huruf ‘L’ deng huruf ‘R’.

Biar somo amper 25 taong tinggal di Manado, si Mister Opo tetap malintuang turus tiap kali dia coba bacirita pake bahasa Manado. Mister Opo ini tanta Kalista pe paitua. Dia orang Belanda, sebenarnya depe nama butul Haarlock, mar lantaran orang-orang di kampung bilang depe nama susah mo cumu, tu anak-anak muda langsung sarani pa dia deng nama itu, yang dia pake sampe dunia skarang.

‘’ Ngana so dengar pa mister Opo, Lena ? itu laki-laki pe bicara, butul tokh tu yang kita bilang pa ngana ? ‘’ oma Nona serang pa tanta Lena, yang akhirnya tabadiang so nentau mo manyao apa. Tanta Lena so rasa kerene, dia langsung baangka dari tampa dudu.

‘’ Onya, kita somo kamuka, neh ?! ‘’ ternyata tanta Lena mo pulang.

‘’ Nyanda kase abis tu di piring, Len ? ‘’ tanya tanta Onya berbasa-basi, sebenarnya di dalang hati dia so berharap, minta doa tanta Lena capat kanyang.

‘’ Sudah jo, Onya, oma Nona so bekeng ilang kita pe selera makang, eh makase jo, neh ?! ‘’ tanta Lena langsung kaluar dari warong. Tanta Onya pe bersyukur dalam hati nyanda dua, memang. Untung ley kasiang oma Nona datang kong bekeng tanta Lena pe selera makang ilang, bagini abis kwa’ tanta Onya pe doi simpanan di celengan for bayar utang pa tanta Yeni. Menurut depe selera makang so ilang, tanta Lena sampe di porsi katiga, noh bagimana dang kalo dia masih ’berselera’ ? tasalah hele tanta Yeni pe sondo dia reno-reno kong talang, kwa’ !

Hari minggu pagi, orang-orang yang mo smokol so takumpul pa tanta Yeni pe warong. Biasanya kalo hari minggu bagitu, tanta Yeni buka hanya dari jam 7 sampe jam 8:30, kong langsung tutup lantaran jam 9 musti pigi ke gereja.

Di warong ada om Abe, om Emil, tanta Ola, tanta Onya, tanta Lena, tanta Mien, deng om Endi sementara ba smokol, waktu oma Nona maso di warong, kelihatan elegan skali. Oma Nona lalu kase selamat pagi, kong langsung duduk di sei pa om Endi.

“ Bagimana ngana pe kabar, Endi ? ada tabangun di got mana pagi ini ?! “ oma Nona basindir pidis. Om Endi kan “The king of the drunken master“ di kampung. Depe motto, tiada hari tanpa botol captusa...eh captikus, sekali di got, tetap di got !! pokoknya luar biasa om Endi ini. Satu kali, saking semangatnya, hele spritus om

Endi talang, depe laste dia kurang kase nae di bendi kong bawa lari ka rumah sakit ( catatan : ini bukan lantaran lagu om Endi, nae di bendi, bola taputar om Endi talempar...mar memang dorang kurang muat pa om Endi di bendi lantaran nyanda ada oto mikro yang mo suka muat pa dia, gara-gara om Endi so mabo karas, tamuntah-muntah, kong so buang aer basar di calana !! )

“ Biasa...pinjam om Kale pe got...“ om Endi manyao asal-asal.

“ Tumben nyanda pinjam kita pe got, Endi ?! “ oma Nona tambah batanya stengah sinis.

“ Oma Nona pe got so ilang depe kualitas, makanya so jadi malas mo pinjam. Tambah lagi oma so mumaras tu rumpu japang yang ada bartumbuh di got, so nyanda empuuukk !! “ om Endi manyao lebe asal-asal. Dia kwa agak-agak sentimen pa oma Nona, soalnya bulan lalu, pas sementara asik-asik tidor di pa oma Nona pe got kong mimpi batifar saguer , kage-kage om Endi so basah kuyup. Ternyata oma Nona yang berbaik hati kase bangong pa om Endi deng aer bakas cuci piring. Om Endi bataria nyanda dua lantaran depe mata pidis skali kanal tu aer. Mulai hari itu, om Endi langsung tobat pinjam oma Nona pe got.

Oma Nona cuma haga miring dengar om Endi pe jawaban, dia langsung pi badekat pa tanta Yeni, kong pasang depe tinutuan campur, lagi-lagi…, nyanda pake kuli ba’ .

Jam 9, di kampung so sunyi, karna amper samua orang so digereja, kecuali ada sadiki yang pigi ka ‘gereja padang’, bawa dorang pe ayam manyabung, termasuk om Endi. Dia kwa memang maso dalam kategori ‘bad boy’ pa dorang om Kalo pe kampung.

Kali ini, dorang om Endi deng kawang-kawang nyanda pigi ka utang rupa biasanya. Berhubung ada acara peringatan ulang tahun ke 40 gereja-nya dorang om Kalo, dorang bekeng ibadah mingguan rupa biasa, mar abis itu ada acara makang-makang, yang di bawa dari rumah masing-masing, jadi om Endi dkk cuma pigi pa om Ungke pe tanah kosong di dekat kantor Kuntua, kong mulai ator dorang pe acara manyabung di situ. Om Kalo sandiri berela-rela dengar om Arnol pe kata-kata sambutan yang depe panjang kali ini so bukang rupa Suharto pe pidato 17 Agustus, mar rupa tu Suharto pe pidato pertanggung jawaban pa MPR ( memang kalu tanta Lena nyanda bakode deng depe kukehe bekeng-bekeng, om Arnol lupa berenti, kwa !! ), lantaran dia dapa dengar kabar burung, kalu tanta Els mo bawa depe kukis lalampa kebangsaan, kesukaan om Kalo.

Ibadah baru saja klaar, tu tanta-tanta deng dorang pe anak nona-nona sementara sibuk ba ator meja, tanta Onya baru mulai bakase kaluar tu depe piring-piring porselen cantik, tiba-tiba dari arah kampung ( soalnya tu dorang pe gereja terletak di ujung kampung ) muncul opa Oncing, yang di gosipkan sebagai oma Nona pe sayang-sayang. Opa Oncing langsung nae di tangga gereja, kong barapat pa oma Nona yang ada sementara babaator piring, lalu babise di talinga. Dapa lia

adegan itu, tanta Lena langsung buka suara basinggung,

“ E..dodo’…tunggu sampe di rumah do’en…so nyanda sabar bagitu !! “

Oma Nona pe mata langsung bahaga nafsu pa tanta Lena, memang sejak oma Nona kase saran supaya tanta Lena bakurus sadiki, dorang dua pe hubungan antar birman yang dulu pe manis-skali ada terjalin, langsung rusak. Mulai dari itu tanta Lena jaga basentimen pa oma Nona.

‘’ Ngana ganu’ so Lena ? bekeng kalo suka… !! ’’ oma Nona balas baterek. Mar dia langsung bajalang maso ka dalam gereja, sementara opa Oncing ba ekor di balakang. Nyanda lama abis itu dapa lia om Ungke kaluar laju-laju dari dalam gereja, kong langsung bajalang pulang.

“ Kiapa Ungke ? “ om Kalo bataria batanya, herang dapa lia om Ungke somo pulang, padahal hehe makang mar bulum.

“ Mo bale ulang kita, Lo ! cuma rabu-rabu mo ka rumah ! “ balas om Ungke kong langsung stengah lari.

Sementara itu, tanta Lena nyanda abis-abis depe rasa penasaran gara-gara oma Nona pe baterek tadi. Apalagi tatambah deng opa Oncing yang oma Nona tahang for mo makang sama-sama deng dorang. Pas tanta Lena pe dapa lia oma Nona maso ka dalang gereja, dia laju-laju badekat pa opa Oncing, pura-pura batanya,

“ Kiapa Ungke laju-laju pulang opa ? “ tanya tanta Lena

“ Kita kwa’ tadi lewat pa dorang om Ungke pe rumah, di tanah kosong pa dorang pe sablah rumah, kita dapa dengar ribut-ribut, kong kita pi lia, ternyata si Endi sementara mamanangis, depe kaki tagate pa om Ungke pe perangkap babi utang tua, kong so takunci mati, so nembole takaluar ! “ opa Oncing manyao.

“ So dari kiapa kong tu Endi ada di dalang pa Ungke pe tanah kosong itu, kita pe tau tu kintal dorang Ungke ada pagar ?! “

“ Yah, biasa… Endi deng depe kawang-kawang so pastiu pi manyabung di utang, kong dorang cuma cari gampang pi manyabung di pa Ungke pe kintal kosong.

“ O..oooo…..” tanta Lena goyang² depe kapala tanda mangarti.

‘’ Eh, opa…kita lia-lia opa akhir-akhir ini semakin akrab deng oma Nona, nyanda biasa kita dapa lia opa pasiar-pasiar pa torang pe kampung ! ‘’ tanta Lena bapancing ( memangnya ikan ?!! )

“ Iyo Lena, soalnya kita kwa da urusan deng Nona ! “

“ Urusan apa do’en ? dapa lia pe kancang skali..’’ tanta Lena lebe ba ober mo cari tau tu cirita.

‘’ Torang kwa ada mo barbage budel, Nona itu kan kita pe anak basudara yang paling tua, jadi dia yang ator tu urusan paling banyak ! ‘’ opa Oncing manyao kalem, mar depe manyao bekeng tu muka-muka yang ada di dalam sabua tahaga-haga, mulai dari tanta Onya, tanta Reni, tanta Ola, bahkan yang paling tahaga adalah tanta Lena. Ternyata dang opa Oncing itu katu’ oma Nona pe anak basudara, kong

Dorang so sangka-sangka laeng. Dorang so bekeng felem sandiri tentang oma Nona pe jalan hidop. Tanta Onya haga kong bacubi mata pa tanta Lena, tanta Lena sandiri iko maruku, kong pura-pura lipa-lipa itu serbet tangan.

‘’ Itu tu ngoni pe batata’ nyanda abis-abis, Lena ! bukang dapa depe batu ?!! ‘’ tenyata katu oma Nona dari tadi ada nguping tu tanta Lena pê percakapan dengan opa Oncing.

Tu tanta-tanta samua yang ada di situ cuma maruku dapa dengar oma Nona pe kata-kata.

‘’ Jadi katu’ oma nyanda sementara kasmaran rupa dorang bilang ?! ‘’ tanta Ola tekeng barani batanya.

‘’ Memang kita da sementara kasmaran anak-anak, mar itu bukang ngoni pe urusan, tau !! ‘’ oma Nona manyao dengan mata ba cubi-cubi genit.

Samua yang ada di situ cuma tahaga-haga penasaran, nyanda pake rekeng satu-dua-tiga, samua langsung bakumpul rupa tu pemain bolakaki sementara ator taktik, kong mulai angka cirita, kali ini, tanta Reni yang lebe dulu buka suara,

‘’ Eh, menurut ngoni, sapa yang patut di curigai sebagai oma Nona pe jantong hati, skarang ? menurut kita, mungkin opa Sakole, memang butul dia masih ada maitua, mar coba ngoni perhatikan dia di ibadah jaga tengo² pa oma Nona……bla-bla-bla-bla-bla-bla…….’’

Dasar memang parampuang !!!!!…………………………………………………..

Paris, 18 Mars 2002